Ads 468x60px

21 April, 2010

Askep Anak ASD, VSD, KOARTASIO AORTA dan Bronchopnemoni


PENGERTIAN
1. ASD ( Atrial Septum Defek) adalah kelainan jantung bawaan akibat adanya lubang pada septum interatrial. Berdasarkan letak lubang, ASD dibagi dalam tiga tipe :
  1. ASD Sekundum, bila lubang terletak di daerah fossa ovallis.
  2. ASD Primum, bila lubang terletak didaerah ostium primum (termasuk salah satu bentuk defek septum atrioventrikulare).
  3. Defek sinus venosus, bila lubang terletak didaerah venosus (dekat muara vena kava superior dan inferior).
2. VSD (Ventrikulare Septum Defek) adalah suatu keadaan dimana ventrikel tidak terbentuk secara sempurna sehingga pembukaan antara ventrikel kiri dan kanan terganggu, akibat darah dari bilik kiri mengalir kebilik kananpada saat sistole.
Besarnya defek bervariasi mulai dari ukuran milimeter (mm) sampai dengan centi meter (cm), yaitu dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
  1. VSD kecil : Diameter sekitar 1 – 5 mm, pertumbuhan anak dengan kadaan ini masih normal walaupun ada kecenderungan terjadi infeksi saluran pernafasan.
  2. VSD besar / sangat besar : Diameter lebih dari setengah dari ostium aorta, tekanan ventrikel kanan biasanya meninggi.
3. KOARTASIO AORTA
Adalah kelainan yang terjadi pada aorta berupa adanya penyempitan didekat percabangan arteri subklavia kiri dari arkus aorta dan pangkal duktus arteriousus battoli.

4. BRONCHOPNEMONIA
Pnemoni adalah proses inflamasi pada parenkin paru
Bronchopnemoni adalah proses dari pnemoni yang dimulai dari bronkus dan menyebar kejaringan paru sekitarnya, hal ini menyebabkan adanya gangguan ventrikel


ETIOLOGI
  1. Kelainan Jantung Bawaan : ASD, CSD, KOARTASI AORTA Penyebab utama secara pasti tidak diketahui, akan tetapi ada beberapa faktor predisposisi terjadinya penyakit ini yaitu : Pada saat hamil ibu menderita rubella, ibu hamil yang alkoholik, usia ibu saat hamil lebih dari 40 tahun dan penderita IDDM.
  2. Bronchopnemoni
Beberapa agent penyebab terjadinya Bronchopnemoni yaitu :
• Protozoa (pnemoni cranii)
• Bakteri
• Vival atau jamur pnemoni


PATHOFISIOLOGI
1. VSD ( Ventrikel Septum Defek ) :
• Adanya defek pada ventrikel, menyebabkan tekanan ventrikel kiri meningkat dan resistensi sirkulasi arteri sistemik lebih tinggi dibandingkan dengan resistensi pulmonal melalui defek septum.
• Volume darah di paru akan meningkat dan terjadi resistensi pembuluh darah paru. Dengan demikian tekanan ventrikel kanan meningkat akibat adanya shunting dari kiri ke kanan. Hal ini akan menyebabkan resiko endokarditis dan mengakibatkan terjadinya hipertrophi otot ventrikel kanan sehingga akan berdampak pada peningkatan workload sehingga atrium kanan tidak dapat mengimbangi meningkatnya workload, maka terjadilah pembesaran atrium kanan untuk mengatasi resistensi yang disebabkan oleh pengosongan atrium yang tidak sempurna.

2. BRONCHOPNEMONI
Agent yang masuk kedalam bronkus menyebabkan flora endogen yang normal menjadi patogen yang kemudian masuk terus kealveoli sehingga terjadi reaksi inflamasi yang mengakibatkan ekstravasasi cairan serosa kedalam alveoli. Adanya eksudat tersebut memberikan media bagi pertumbuhan bakteri (kuman), membran alveoli menjadi tersumbat sehingga menghambat aliran O2 kedalam perialveolar kapiler dibagian paru yang terkena dan mnyebar hampir keseluruh jaringan paru dan akhirnya terjadi hipoksemi.

KOMPLIKASI
1. ASD dan VSD
• Endokarditis
• Obtruksi pembuluh darah pulmonal (Hipertensi Pulmonal)
• Aritmia
• Henti jantung

2. KOARTASIO, kompliksi yang berbahaya adalah :
• Perdarahan otak
• Ruptur aorta
• Endokarditis

3. BRONCHOPNEMONI
• Abses paru
• Effusi pleura
• Empiema
• Gagal nafas
• Perikarditis
• Meningitis
• Atelektasis

GAMBARAN KLINIK
1. ASD
• Pertumbuhan dan perkembangan biasa seperti tidak ada kelainan
• Pada pirau kiri ke kanan sangat deras
• Pada stres : cepat lelah, mengeluh dispnea, sering mendapat infeksi saluran pernafasan.
• Pada palpasi : terdapat elainan ventrikel kanan hiperdinamik di parasternal kiri.
• Pada auskultasi, photo thorak, EKG : jelas terlihat ada kelainan.
• Ekhokardiografi : pasti ada kelainan jantung.

2. VSD (ventrikel septal defek)
• Pertumbuhan terhambat
• Diameter dada bertambah terlihat adanya benjolan dada kiri
• Pada palpasi dan auskultasi : adanya VSD besar :
1. Tekanan vena pulmonalis meningkat
2. Penutupan katub pulmonal teraba jelas pada sela iga 3 kiri dekat sternum
3. Kemungkinan teraba getaran bising pada dada

• Adanya tanda-tanda gagal jantung : sesak, terdapat murmur, distensi vena jugularis, udema tungkai, hepatomagali.
• Diaphoresis
• Tidak mau makan
• Tachipnea

3. KOARTASIO AORTA
• Pada bayi dapat terjadi gagal jantung
• Umumnya tidak ada keluhan, biasanya ditemukan secara kebetulan
• Palpasi : raba arteri radialis dan femoralis secra bersamaan
1. Pada arteri radialis lebih kuat
2. Pada arteri femoralis teraba lebih lemah

• Auskultasi :
1. Terdengar bisng koartasio pada punggung yang merupakan bising obtruksi
2. Jika lumen aorta sangat menyempit terdengar bising kontinue pada aorta.

BRONCHO PNEMONI
• Biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratoris beberapa hari.
• Suhu tubuh naik mendadak sampai 390 – 400 c.
• Kadang disertai kejang
• Anak gelisah, dispnea, nafas cepat dan dangkal, pernafasan cuping hidung.
• Auskultasi : terdengar ronchi
• Perkusi : untuk bronchopnemoni konfluens, ada keredupan.

PENATALAKSANAAN
1. ASD (Artrial Septum Defek) :
• ASD kecil (diameter <> 5 mm s/d beberapa centimeter), perlu tindaklan pembedahan dianjurkan <>
• Pembedahan : menutup defek dengan kateterisasi jantung

2. VSD (venrikel septal defek ) :
Pembedahan yang dilakukan untuk memperpanjang umur harapan hidup, dilakukan pada umur muda, yaitu dengan 2 cara :
• Pembedahan : menutup defek dengan dijahit melalui cardiopulmonal bypass
• Non pembedahan : menutup defek dengan alat melalui kateterisasi jantung

3. KOARTATIO AORTA :
Pembedahan yang dilakukan untuk mencegah obtruksi pembuluh aorta dengan dilakukan pelebaran arteri subklavia dan pangkalduktus arterious battoli yaitu dengan “ Open Heart”

4. BRONCHO PNEMONI
• Obat-obatan : antibiotik, ekspektoran, antipiretik, analgesik.
• Terapi oksigen dan melalui aerosol
• Fisioterapi nafas dan postural drainage

PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan yang dilakukan ditujukan pada beberapa masalah yang sering timbul dari kelainan jantung bawaan dan broncho pnemoni
1. Bahaya terjadinya gagal jantung
2. Resiko tinggi gagal nafas
3. resiko tinggi terjadi infeksi
4. kebutuhan nutrisi
5. gangguan rasa aman dan nyaman
6. pengetahuan orang tua mengenai penyakit


Daftar Pustaka
  1. Ngastiyah. (1995). Pedoman Anak Sakit . editor Setiawan S.Kp. EGC. Jakarta
  2. Engram.B (1994). Rencana Asuhan KeperawatanMedikal Bedah. 1th. Ed. Editor Monica ester, S.Kp. EGC. Jakarta
  3. Sariadai, S.kp & Rita Yuliani, S.kp. Asuhan Keperawatan Pada Anak. PT. Fajar interpratama. Jakarta
BACA JUGA >>>>>>>>>>



Permainan dan Perilaku bermain bagi Anak


Bermain adalah tindakan atau kesibukan suka rela yang dilakukan dalam batas - batas tempat dan waktu, berdasarkan atuan - aturan yang mengikat tetapi diakui secara sukarela dengan tujuan yang ada dalam dirinya sendiri, disertai dengan perasaan tegang dan senang serta dengan pengertian bahwa bermain merupakan suatu yang lain dari biasa.
Dengan bermain anak memenuhi kepuasan fisik, emosi, sosial dan perkembangan mental. Sehingga anak dapat mengekspresikan perasaannya baik itu perasaan kekuatan, kesepian, fantasi ataupun menunjukkan kreatifitasnnya. Disini akan dikemukakan enam teori permainan yaitu :

Teori rekreasi
Dikemukakan oleh schaller ( 1841 ) dan lazarus ( 1884 ).
Teori rekreasi menyebutkan bahwa “permainan adalah suatu kesibukan untuk menenangkan pikiran atau untuk beristirahat.” Contoh : kesibukan bermain akan dilakukan orang ketika dia lelah bekerja, maka bermain untuk memulihkan tenaga kembali atau menyegarkan tubuh yang sedang mengalami kelelahan.

Teori kelebihan tenaga
Dikemukakan oleh herbert spencer
Teori ini juga disebut teori pelepasan atau teori pemunggahan. Teori ini mengatakan bahwa kegiatan bermain pada anak karena adanya kelebihan tenaga pada diri anak. Tenaga atau energi yang menumpuk pada anak perlu digunakan atau dilepaskan dalam bentuk kegiatan bermain. Dengan demikian akanterjadi keseimbangan diri anak.

Teori atavistis
Dikemukakan oleh stanley hall.
Teori ini menyebutkan bahwa didalam bermain akan timbul bentuk - bentuk perilaku sebagaimana bentuk kehidupan yang pernah dialami nenek moyang. Hal hal yang memperkuat teori ini adalah ciri - ciri yang sama dalam bermain pada anak - anak diseluruh dunia. Contoh : permainan berburu, menangkap dan membunuh binatang, bermain kelereng pasa anak - anak zaman yunani kuno sama dengan permainan kelereng pada anak - anak masa kini. Pada masa sekarang ini sudah dapat dikatakan bahwa teori tersebut tidak berlaku lagi karena anak - anak lebih suka bermain mobil - mobilan, kereta - keretaan, kapal terbang yang semuanya tidak dijumpai pada zaman nenek moyang.

Teori biologis
Dikemukakan oleh karl gross ( jerman ) dan Dr maria montessori ( Italia ).
Teori ini mengatakan bahwa permainan mempunyai tugas - tugas biologis untuk melatih bermacam - macam fungsi jasmani dan rohani. Saat anak bermain merupakan kesempatan yang baik untuk melakukan adaptasi dengan lingkungan hidup ataupun hidup itu sendiri, serta dapat melatih jiwa dan raga untuk menghadapi kehidupan yang akan datang. Dalam teori biologis ini dapat dikatakan adanya kemiripan antara permainan yang dilakukan oleh anak manusia dengan anak binatang. Contoh : seekor anak kucing yang bermain main mengejar sepotong kertas, tidak lain adalah suatu latihan agar anak kucing tersebut dapat menangkap seekor tikus. Anak manusia bermain dengan meremas - remas kertas tidak lain sedang melatih untuk memfungsikan jari - jarinya..

Dalam hal ini montessori mengatakan bahwa permainan sebagai latihan fungsi fungsi tubuh. Fungsi tubuh dilatih dengan jalan, berlari - lari, meloncat - loncat,merangkak rangkak dan sebagainya. Dalam bermain hendaknya disertai adanya perasaan senang, karena dengan perasaan senang ini akan dapat membantu dan mendorong untuk menimbulkan kekuatan yang dibutuhkan.

Teori psikologi dalam
Dikemukakan oleh sigmud freud dan adler
Menurut freud permainan adalah pernyataan nafsu - nafsu yng terdapat di daerah bawah sadar dan sumbernya berasal dari dorongan nafsu seksual. Atau dengan kata lain, permainan adalah bentuk pemuasan dari nafsu seksual yang terdapat didaerah bawah sadar.

Menurut adler permainan merupakan usaha untuk mnutupi perasaan harga diri yang kurang. Menurut adler nafsu yang terdapat didaerah bawah sadar bersumber dari adanya dorongan nafsu untuk berkuasa. Jadi pada manusia ada 2 dorongan nafsu yang terpenting yaitu nafsu seksual dan nafsu untuk berkuasa.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dengan permainan dapat memberikan kompensasi terhadap perasan diri lebih yang fiktif dan dapat menyalurkan perasaan yang lemah atau rendah diri. Disamping itu dorongan seksual yang ada pada daerah bawah sadar akan menemukan pemuasan simbolis dalam bentuk bernmacam macam permainan. Dalam bermain ada 2 faktor yang penting yaitu fantasi dan kebebasan.

Teori fenomenologi
Dikemukakan oleh KOHNSTAMM ( belanda )
Bermain merupakan suatu fenomena atau gejala yang nyata, yang mengandung unsur suasana permainan maksudnya bahwa dorongan bermain merupakan dorongan untuk menghayati suasana bermain itu sendiri, tidak khusus bertujuan untuk mencapai prestasi - prestasi tertentu. Jadi tujuan bermain adalah permainan itu sendiri. Dalam suasana permainan terdapat faktor - faktor kebebasan, harapan, kegembiraan, ikhtisar, siasat dll.

Arti dan nilai permainan bagi anak
4. Sarana sosialisasi
5. Sarana mengukur kemampuan dan potensi diri
6. Sarana menunjukkan bakat, fantasi dan kecenderungan.
7. Sarana menghayati emosi
8. Permainan merupakan alat pendidikan
9. Permainan memberikan kesempatan mengenal latihan
10. Sarana menggunakan fuingsikejiwaan dan jasmaniah.

Permainan dan bermain mempunyai arti dan nilai tersendiri bagi anak. Permainan mempunyai arti sebagai sarana mensosialisasikan anak, artinya permainan dipergunakan untuk sarana membawa anak ke alam masyarakat, mengenalkan anak menjadi anggota suatu masyarakat, mengenal dan menghargai masyarakat manusia. Permainan sebagai sarana untuk mengukur kemampuan dan potensi diri anak. Anak akan menguasai berbagai macam benda, memahami sifat sifatnya maupun peristiwa yang berlangsung didalam lingkungannya. Dalam situasi bermain, anak akan menunjukkan bakat, fantasi dan kecenderungan kecenderungannya. Ditengah - tengah situasi bermain, anak menghayati macam macam emosi misalnya gembira, senang, tegang dan lain - lain. Permainan merupakan alat pendidikan, karena memberi rasa kepuasan, kegembiraan dan kebahagiaan. Permainan memberikan kesempatan pra latihan untuk mengenal aturan - aturan, mematuhi norma - norma dan larangan - larangan dan bertindak secara jujur maupun setia ( loyal ). Dalam permainan, anak menggunakan semua fungsi kejiwaan dan jasmaniah dengan suasana kesungguhan.


Permainan dan bermain bagi anak mempunyai beberapa fungsi dalam proses tumbuh kembangnya. Fungsi bermain terhadap sensoris motoris anak penting untuk mengembangkan otot dan energi. Aktifitas sensorik motorik adalah komponen yang paling besar pada semua umur, tetapi paling dominan pada bayi. Pada bayi akan diperoleh dari stimulasi visual, stimulasi pendengaran, sentuhan dan stimulasi kinetic

Fungsi bermain bagi anak
1. Mengembangkan fungsi sensoris motoris
2. Mengembangkan fungsi kognitif
3. Mengembangkan fungsi social
4. Mengembangkan kesadaran diri
5. Mengembangkan moral
6. Mengembangkan kreativitas

Dalam perkembangan kognitif aktivitas bermain bagi anak berfungsi untuk belajar berhubungan dengan lingkungannya, belajar mengenai objek dan bagaimana menggunakannya. Anak belajar berpikir abstrak, dapat meningkatkan kemampuan bahasa dan dapat mengatasi masalah dan menolong anak membandingankan fantasi dan realitas. Bermain juga berfungsi untuk menciptakan dan meningkatkan kreativitas anak. Melalui bermain untuk menjadi kreatif, anak mencoba ide - ide baru dalam bermain. Kalau anak merasa puas dari kreatifitas baru, maka anak akan mencoba pada situai yang lain.

Dengan bermain akan mengembangkan dan memperluas sosialisasi anak sehingga anak cepat mengatasi persoalan yang akan timbul dalam hubungan sosial. Dengan sosialisasi akan berkembang nilai - nilai moral dan etik. Anak belajar yang benar dan yang salah serta bertanggung jawab atas kehendaknya.
Bermain berfungsi juga sebagai alat untuk memupuk kesadaran diri anak karena dengan bermain anak akan sadar tentang kemampuan, kelemahan dan tingkah lakunya. Perkembanggan moral diperoleh dari guru dan orangtua serta orang sekitarnya. Anak akan menunjukkan tingkah laku yang dapat diterima oleh temannya.

Salah satu bentuk permainan adalah menggunakan simbol - simbol. Penggunaan simbol - simbol ini mulai muncul pada anak umur satu tahun karena anak mulai ikut dalam kegiatan keluarga seperti makan, minum bersama. Pada anak pra sekolah penggunaan simbol ini lebih dominan, karena anak mulai berfantasi dan belajar dari model keluarga, misalnya peran guru, ibu dan perawat.
Menurut H. Hetzer ( Jerman ), macam - macam permainan pada anak dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu : permainan fungsi ( dengan gerakan gerakan tubuh, anggota badan), permainan konstruktif ( mobil - mobilan dari tanah, kuda - kudaan dari pelepah pisang,dll ), permainan reseptif ( mis, sambil mendengar cerita atau melihat gambar, anak berfantasi dan menerima kesan - kesan yang membuat jiwanya sendiri aktif), permainan peranan ( anak memegang peranan sebagai apa yang sedang dimainkan, contoh bermain sebagai dokter ), permainan sukses ( yang diutamakan adalah prestasi sehinggga diperlukan keberanian, ketangkasan, kekuatan,dll. Contoh meniti jembatan, meloncati parit, memanjat pohon ). Berikut ini akan diuraikan beberapa hal menentukan jenis permainan sesuai usia anak.

Jenis jenis permainan menurut H Hetzer
  • Permainan fungsi
  • Permainan konstruktif
  • Permainan reseptif
  • Permainan peranan
  • Permainan sukses
Dalam memilih permainan orang tua harus memperhatikan setiap anak, sehingga anak dapat bertumbuh dan berkembang sesuai dengan usiannya. Disamping itu latar belakang budaya, jenis kelamin, dan status kesehatan serta lingkungannya merupakan hal yang tidak boleh diabaikan dalam menentukan jenis permainan.

Permainan pada bayi 0 – 2 bulan
Permainan yang paling baik adalah memotivasi perkembangan bayi melalui stimulasi yang tepat dengan bermain. Petrillo menggambarkan bahwa permainan sebagai fenomena alam yang cenderung untuk belajar,. Karakteristik yang menonjol pada bayi adalah social affective play dan sense of pleasure play

Permainan pada bayi 3 bulan
Pada usia ini stimulasi visual dengan memberi objek warna terang. Membawa bayi keruangan yang berbeda, dan meletakkan bayi yang dapat memandang daerah sekitarnya. Stimulasi pendengaran dengan berbicara pada bayi, bernyanyi atau musik ( suara lonceng, gemerincing, mendengar pembicaraan keluarga ). Stimulasi sentuhan yaitu membelai waktu memandikan, menyisir rambut, menggosok dengan lotion dan memberi kehangatan. Stimulasi kinetik yaitu meletakkan bayi dalam mobil yang dijalankan, latihan tubuh melalui gerakan ekstremitas misalnya berenang.

Permainan pada bayi 4 –6 bulan
Untuk stimulasi visual dengan meletakkan bayi di depan kaca, membawa bayi menonton TV bersama keluarga dan dengan memberikan permainan yang berwarna terang dan cukup mudah dipegang. Stimulasi pendengaran yaitu dengan mengajar bayi bicara dan menggulangi suara yang dibuatnya, memanggil namanya, ikut tertawa bila bayi tertawa dan meremas kertas dekat telinganya, dapat juga meletakkan bel ditangannya dan beri contoh mengoyangkannya. Stimulasi sentuhan dengan memberikan bayi bermain air dengan menceburkannya ke dalam bak, dan dengan meletakan bayi telanjang diselubungi selimut halus dan gerakan ekstremitas. Stimulasi kinetik yaitu dengan mendirikan bayi pada paha orang tuanya, membantu bayi tengkurap dan menyokong waktu bayi duduk.

Permainan pada bayi 7 –9 bulan
Stimulasi visual dengan memberikan mainan yang agak besar dengan warna terang, memberikan kaca dan membiarkan main dengan kaca serta berbicara sendiri, mengajak bermain ciluk ba. Memberikan bola yang diikat dengan tali serta dapat dengan memberikan kertas. Stimulasi pendengaran dengan memanggil nama anak dengan namanya, mengulangi kata - kata yang diucapkannya seperti mama, papa, dada, memberitahu apa yang sedang dilakukannya, berbicara jelas serta dengan menyebutkan nama bagian tubuhnya, orang dan makanan. Stimulasi sentuhan dengan memberikan kesempatan kepada bayi untuk mempermainkan bahan dari bermacam - macam tekstur, membiarkan main pada air mengalir merupakan motivasi untuk berenang, memberikan mangkok makan ukuran dan tekstur berbeda. Stimulasi kinetik dengan meletakkan bayi dilantai dan membiarkan tengkurap atau merangkak dilatih berdiri serta belajar meloncat - loncat sambil kedua tangannya dipegang, serta dapat meletakkan mainan di tempat yang agak jauh kemudian menyuruh anak untuk mengambolnya

Permainan bayi 10 – 12 bulan
Usia ini stimulasi visual dengan membawa anak ketempat yang berbeda, misalnya kepasar atau ke kebun binatang, memperlihatkan anak gambar - gambar berwarna terang dalam buku, mengajak bermain bola dan memperlihatkan cara melempar. Stimulasi pendengaran dengan membunyikan suara binatang tiruan atau dapat juga dengan menunjuk bagian tubuh dan menyebutnya. Stimulasi sentuhan dengan membiarkan anak merasakan dingin dan hangat, membiarkan anak merasakan angin, memberikan makanan yang dapat dipegang dengan bentuk berbeda. Stimulasi kinetik dengan memberikan anak mainan besar yang dapat ditarik ataupun didorong untuk melatih berjalan, misalnya kereta atau sepeda.

Mainan yang dianjurkan untuk bayi
  • Buku gambar terang dengan warna menyolok
  • Cangkir, sendok
  • Bola besar
  • Boneka
  • Binatang binatang dengan bentuk yang berbeda
  • Mainan yang dapat didorong dan ditarik
Anak yang bermain dengan cara toodler adalah anak yang bermain secara spontan, dan bebas bermain dan berhenti sesukanya. Disamping itu karena Kondisi motorik masih kurang sehingga anak sering merusak alat - alat permainannnya. Perlu diingatkan juga bahwa anak memilih autonomi dan kemandirian, sehingga penting diperhatikan keamanan atau keselamatannya antara lain alat - alat permainan yang runcing, tidak menimbulkan keracunan ( cat ), karakteristik pada masa toodler adalah paralel play dan solitary play

Permainan anak prasekolah
Karakteristik mainannya adalah asosiative play, dramatik play dan skill play. Jenis - jenis mainanya adalah sepeda roda 3, truk, alat - alat masak. Olahraga berenang dan ski, balok balok besar dengan bermacam - macam ukuran, menghitung, crayon, cat air, buku gambar dengan kata - kata sederhana, boneka tangan, mobil dan kapal terbbang. Pada anak pra sekolah dimana proses motorik sudah mulai meningkat, anak sangat aktif dan imajinatif.

Permainan usia sekolah
Untuk anak usia sekolah, anak bermain dengan dimensi, anak tidak hanya senang dengan permainan fisik tetapi juga keterampilan intelektual, fantasi serta terlibat dalam kelompok atau tim yang mulai timbul. Anak belajar sendiri dan perilaku mulai dapat diterima serta anak sudah mulai mampu menyesuaikan diri. Bermain tim menolong anak untuk belajar tentang persaingan alamiah. Karakteristik mainannya adalah cooperative play. Pada anak laki - laki senang alat mekanik dan anak perempuan senang dengan peran ibu, misalnya menjahit, memasak. Untuk memperluas cakrawala dunia anak usia sekolah ini senang membaca dan olahraga.

Permainan masa remaja
Pada masa remaja, anak lebih dekat dengan kelompoknya ( teman sebaya 0. Permainan pada masa ini adalah olahraga dan musik. Bentuk - bentuk permainannya adalah terapeutik yaitu permainan keahlian, pada keadaan anak tidak mampu bersosialisasi atau tidak mampu mengekspresikan perasaan karena sesuatu hal yang menakutkan, anak - anak dapat diberikan permainan sebagai penjual/tukang. Dengan berperan sebagi tukang / pedagang penjual, anak akan mengekspresikan stress yang dihadapi. Permainan waktu makan, permainan ini dimaksudkan untuk meningkatkan nafsu makan serta mencegah kebosanan terhadap makanan yang satu jenis saja sesuai dietnya. Dalam permainan ini anak dibentuk dalam satu kelompok dan mereka ikut meladeni teman - temannya waktu makan serta bergantian. Pada waktu makan ini diciptakan suasana nyaman dan menyenangkan, misalnya dengan membunyikan musik. Permainan video, komputer, bermain drama, bermain balok ( akan meningkatkan keahlian serta kontrol sensorik anak ) dan buku - buku bergambar.

Jenis jenis mainan anak usia sekolah
  • Usia 6 – 8 tahun
  • Puzzle
  • Kartu
  • Buku
  • Alat untuk mencatat/menulis
  • Sepeda
Usia 8 – 12 tahun
  • Buku
  • Pengumpulan perangko
  • Mainan kartu
  • Pekerjaan tangan
  • Olahraga
Sikap orang tua atau pendidik dalam aktivitas bermain anak
  1. Tidak menggangu anak bila mereka sedang bermain
  2. Memberikan kesempatan bermain yang cukup
  3. Memberikan ruangan cukup lusuntuk brmain
  4. Memberikan kesempatan bermain yang kreatif, untuk mencegah anak bermain yang sifatnya merusak ataupun kriminal.
  5. Memberi prmainan yang ideal bagi anak anakadalah permainan yang mudah dibentuk untuk berbagai tujuan
  6. Memberikn jenis permainan sesuai dengan usia anak.
BACA JUGA >>>>>>>>>>>>>>>>>



Askep Anak dengan Tetanus


Pengertian
Tetanus adalah penyakit infeksi yang ditandai oleh kekakuan dan kejang otot, tanpa disertai gangguan kesadaran, sebagai akibat dari toksin kuman closteridium tetani

Etiologi
Sering kali tempat masuk kuman sukar dikteahui teteapi suasana anaerob seperti pada luka tusuk, lukakotor, adanya benda asing dalam luka yang menyembuh , otitis media, dan cairies gigi, menunjang berkembang biaknya kuman yang menghasilkan endotoksin.

PATOFISIOLOGI
Bentuk spora dalam suasana anaerob dapat berubah menjadi kuman vegetatif yang menghasilkan eksotoksin. Toksin ini menjalar intrakasonal sampai ganglin/simpul saraf dan menyebabkan hilangnya keseimbanngan tonus otot sehingga terjadi kekakuan otot baik lokal maupun mnyeluruh. Bila toksin banyak, selain otot bergaris, otot polos dan saraf otak juga terpengaruh.
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.

Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :
  • Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular
  • Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya
Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan. Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada orang dewasa sirkulasi otak mencapai 15 % dari seluruh tubuh. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang. Kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat.

Prognosa
Bila periode”periode of onset” pendek penyakit dengan cepat akan berkembang menjadi berat

Manifestasi Klinik
  • Keluhan dimulai dengan kaku otot, disusul dengan kesukaran untuk membuka mulut (trismus)
  • Diikuti gejala risus sardonikus,kekauan otot dinding perut dan ekstremitas (fleksi pada lengan bawah, ekstensi pada telapak kaki)
  • Pada keadaan berat, dapat terjadi kejang spontan yang makin lam makin seinrg dan lama, gangguan saraf otonom seperti hiperpireksia, hiperhidrosis,kelainan irama jantung dan akhirnya hipoksia yan gberat
  • Bila periode”periode of onset” pendek penyakit dengan cepat akan berkembang menjadi berat

Untuk mudahnya tingkat berat penyakit dibagi :
1. ringan ; hamya trismus dan kejang lokal
2. sedang ; mulai terjadi kejang spontan yang semakin sering, trismus yang tampak nyata, opistotonus dankekauan otot yang menyeluruh.

Penatalaksanaan Medik
Pada dasarnya , penatalaksanaan tetanus bertujuan :
a. eliminasi kuman
1. debridement
untuk menghilangkan suasana anaerob, dengan cara membuang jaringan yang rusak, membuang benda asing, merawat luka/infeksi, membersihkan liang telinga/otitis media, caires gigi.

2. antibiotika
penisilna prokain 50.000-100.000 ju/kg/hari IM, 1-2 hari, minimal 10 hari. Antibiotika lain ditambahkan sesuai dengan penyulit yang timbul.

b. netralisasi toksin
toksin yang dapat dinetralisir adalah toksin yang belum melekat di jaringan.
Dapat diberikan ATS 5000-100.000 KI

c. perawatan suporatif
perawatan penderita tetanus harus intensif dan rasional :
1. nutrisi dan cairan
- pemberian cairan IV sesuaikan jumlah dan jenisnya dengan keadaan penderita, seperti sering kejang, hiperpireksia dan sebagainya.
- beri nutrisi tinggi kalori, bil a perlu dengan nutrisi parenteral
- bila sounde naso gastrik telah dapat dipasang (tanpa memperberat kejang) pemberian makanan peroral hendaknya segera dilaksanakan.

2. menjaga agar nafas tetap efisien
- pemebrsihan jalan nafas dari lendir
- pemberian xat asam tambahan
- bila perlu , lakukan trakeostomi (tetanus berat)

3. mengurangi kekakuan dan mengatasi kejang
- antikonvulsan diberikan secara tetrasi, disesuaikan dengan kebutuhan dan respon klinis.
- pada penderita yang cepat memburuk (serangan makin sering dan makin lama), pemberian antikonvulsan dirubah seperti pada awal terapi yaitu mulai lagi dengan pemberian bolus, dilanjutkan dengan dosis rumatan.
Pengobatan rumat
Fenobarbital dosis maintenance : 8-10 mg/kg BB dibagi 2 dosis pada hari pertama, kedua diteruskan 4-5 mg/kg BB dibagi 2 dosis pada hari berikutnya
- bila dosis maksimal telah tercapai namun kejang belum teratasi , harus dilakukan pelumpuhan obat secara totoal dan dibantu denga pernafasan maknaik (ventilator)


4. Pengobatan penunjang saat serangan kejang adalah :
1. Semua pakaian ketat dibuka
2. Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung
3. Usahakan agar jalan napas bebasu ntuk menjamin kebutuhan oksigen
4. Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN TETANUS
Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistemik untuk mengumpulkan data dan menganalisa, sehingga dapat diketahui kebutuhan perawatan pasien tersebut. (Santosa. NI, 1989, 154)
Langkah-langkah dalam pengkajian meliputi pengumpulan data, analisa dan sintesa data serta perumusan diagnosa keperawatan. Pengumpulan data akan menentukan kebutuhan dan masalah kesehatan atau keperawatan yang meliputi kebutuhan fisik, psikososial dan lingkungan pasien. Sumber data didapatkan dari pasien, keluarga, teman, team kesehatan lain, catatan pasien dan hasil pemeriksaan laboratorium. Metode pengumpulan data melalui observasi (yaitu dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi), wawancara (yaitu berupa percakapan untuk memperoleh data yang diperlukan), catatan (berupa catatan klinik, dokumen yang baru maupun yang lama), literatur (mencakup semua materi, buku-buku, masalah dan surat kabar).

Pengumpulan data pada kasus tetenus ini meliputi :
a. Data subyektif
1. Biodata/Identitas
Biodata klien mencakup nama, umur, jenis kelamin.
Biodata dipertanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat.
2. Keluhan utama kejang
3. Riwayat Penyakit (Darto Suharso, 2000)
Riwayat penyakit yang diderita sekarang tanpa kejang ditanyakan :
Apakah disertai demam ?
Dengan mengetahui ada tidaknya demam yang menyertai kejang, maka diketahui apakah infeksi infeksi memegang peranan dalam terjadinya bangkitan kejang. Jarak antara timbulnya kejang dengan demam

Lama serangan
Seorang ibu yang anaknya mengalami kejang merasakan waktu berlangsung lama. Lama bangkitan kejang kita dapat mengetahui kemungkinan respon terhadap prognosa dan pengobatan.

Pola serangan
Perlu diusahakan agar diperoleh gambaran lengkap mengenai pola serangan apakah bersifat umum, fokal, tonik, klonik ?
Apakah serangan berupa kontraksi sejenak tanpa hilang kesadaran seperti epilepsi mioklonik ?
Apakah serangan berupa tonus otot hilang sejenak disertai gangguan kesadaran seperti epilepsi akinetik ?
Apakah serangan dengan kepala dan tubuh mengadakan flexi sementara tangan naik sepanjang kepala, seperti pada spasme infantile ?
Pada kejang demam sederhana kejang ini bersifat umum.

Frekuensi serangan
Apakah penderita mengalami kejang sebelumnya, umur berapa kejang terjadi untuk pertama kali, dan berapa frekuensi kejang per tahun. Prognosa makin kurang baik apabila kejang timbul pertama kali pada umur muda dan bangkitan kejang sering timbul.
Keadaan sebelum, selama dan sesudah serangan
Sebelum kejang perlu ditanyakan adakah rangsangan tertentu yang dapat menimbulkan kejang, misalnya lapar, lelah, muntah, sakit kepala dan lain-lain. Dimana kejang dimulai dan bagaimana menjalarnya. Sesudah kejang perlu ditanyakan apakah penderita segera sadar, tertidur, kesadaran menurun, ada paralise, dan sebagainya ?

Riwayat penyakit sekarang yang menyertai
Apakah muntah, diare, truma kepala, gagap bicara (khususnya pada penderita epilepsi), gagal ginjal, kelainan jantung, DHF, ISPA, OMA, Morbili dan lain-lain.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelum penderita mengalami serangan kejang ini ditanyakan apakah penderita pernah mengalami kejang sebelumnya, umur berapa saat kejang terjadi untuk pertama kali ?
Apakah ada riwayat trauma kepala, luka tusuk, lukakotor, adanya benda asing dalam luka yang menyembuh , otitis media, dan cairies gigi, menunjang berkembang biaknya kuman yang menghasilkan endotoksin.

5. Riwayat kesehatan keluarga.
Kebiasaan perawatan luka dengan menggunakan bahan yang kurang aseptik.
6. Riwayat sosial
Hubungan interaksi dengan keluarga dan pekrjaannya

7. Pola kebiasaan dan fungsi kesehatan
Ditanyakan keadaan sebelum dan selama sakit bagaimana ?
Pola kebiasaan dan fungsi ini meliputi :
Pola persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat
Gaya hidup yang berkaitan dengan kesehatan, pengetahuan tentang kesehatan, pencegahan dan kepatuhan pada setiap perawatan dan tindakan medis ?
Bagaimana pandangan terhadap penyakit yang diderita, pelayanan kesehatan yang diberikan, tindakan apabila ada anggota keluarga yang sakit, penggunaan obat-obatan pertolongan pertama.
Pola nutrisi
Untuk mengetahui asupan kebutuhan gizi Ditanyakan bagaimana kualitas dan kuantitas dari makanan yang dikonsumsi oleh klien ?
Makanan apa saja yang disukai dan yang tidak ? Bagaimana selera makan anak ? Berapa kali minum, jenis dan jumlahnya per hari ?

Pola Eliminasi :
BAK : ditanyakan frekuensinya, jumlahnya, secara makroskopis ditanyakan bagaimana warna, bau, dan apakah terdapat darah ? Serta ditanyakan apakah disertai nyeri saat kencing.

BAB : ditanyakan kapan waktu BAB, teratur atau tidak ? Bagaimana konsistensinya lunak,keras,cair atau berlendir ?
Pola aktivitas dan latihan
Pola tidur/istirahat
Berapa jam sehari tidur ? Berangkat tidur jam berapa ? Bangun tidur jam berapa ? Kebiasaan sebelum tidur, bagaimana dengan tidur siang ?

b. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum (Corry S, 2000 hal : 36)
Pertama kali perhatikan keadaan umum vital : tingkat kesadaran, tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu. Pada kejang demam sederhana akan didapatkan suhu tinggi sedangkan kesadaran setelah kejang akan kembali normal seperti sebelum kejang tanpa kelainan neurologi.

2. Pemeriksaan Fisik
Kepala
Rambut
Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta karakteristik lain rambut. Pasien dengan malnutrisi energi protein mempunyai rambut yang jarang, kemerahan seperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa menyebabkan rasa sakit pada pasien.
Muka/ Wajah.
Adakah tanda rhisus sardonicus, opistotonus, trimus ? Apakah ada gangguan nervus cranial ?
Mata
Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu periksa pupil dan ketajaman penglihatan. Apakah keadaan sklera, konjungtiva ?
Telinga
Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga, keluar cairan dari telinga, berkurangnya pendengaran.
Hidung
Apakah ada pernapasan cuping hidung? Polip yang menyumbat jalan napas ? Apakah keluar sekret, bagaimana konsistensinya, jumlahnya ?
Mulut
Adakah tanda-tanda sardonicus? Adakah cynosis? Bagaimana keadaan lidah? Adakah stomatitis? Berapa jumlah gigi yang tumbuh? Apakah ada caries gigi ?
Tenggorokan
Adakah tanda-tanda peradangan tonsil ? Adakah tanda-tanda infeksi faring, cairan eksudat ?
Leher
Adakah tanda-tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid ? Adakah pembesaran vena jugulans ?
Thorax
Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan, frekwensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi
Intercostale ? Pada auskultasi, adakah suara napas tambahan ?
Jantung
Bagaimana keadaan dan frekwensi jantung serta iramanya ? Adakah bunyi tambahan ? Adakah bradicardi atau tachycardia ?
Abdomen
Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen ? Bagaimana turgor kulit dan peristaltik usus ? Adakah tanda meteorismus? Adakah pembesaran lien dan hepar ?
Kulit
Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya? Apakah terdapat oedema, hemangioma ? Bagaimana keadaan turgor kulit ?
Ekstremitas
Apakah terdapat oedema, atau paralise terutama setelah terjadi kejang? Bagaimana suhunya pada daerah akral ?
Genetalia
Adakah kelainan bentuk oedema, tanda-tanda infeksi ?

c. Pemeriksaan Penunjang
Tergantung sarana yang tersedia dimana pasien dirawat, pemeriksaannya meliputi :
1. Darah
Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N < style="font-weight: bold;">Perencanaan
Perencanaan merupakan keputusan awal tentang apa yang akan dilakukan, bagaimana, kapan itu dilakukan, dan siapa yang akan melakukan kegiatan tersebut. Rencana keperawatan yang memberikan arah pada kegiatan keperawatan. (Santosa. NI, 1989;160)

a. Diagnosa Keperawatan : Risiko terjadinya cedera fisik berhubungan dengan kejang berulang
Tujuan : Klien tidak mengalami cedera selama perawatan
Kriteria hasil :
1. Klien tidak ada cedera akibat serangan kejang
2. klien tidur dengan tempat tidur pengaman
3. Tidak terjadi serangan kejang ulang.
4. Suhu 36 – 37,5 º C , Nadi 60-80x/menit (bayi), Respirasi 16-20 x/menit
5. Kesadaran composmentis


Rencana Tindakan :

INTERVENSI
1. Identifikasi dan hindari faktor pencetus
2. tempatkan klien pada tempat tidur yang memakai pengaman di ruang yang tenang dan nyaman
3. anjurkan klien istirahat
4. sediakan disamping tempat tidur tongue spatel dan gudel untuk mencegah lidah jatuh ke belakng apabila klien kejang
5. lindungi klien pada saat kejang dengan :
- longgarakn pakaian
- posisi miring ke satu sisi
- jauhkan klien dari alat yang dapat melukainya
- kencangkan pengaman tempat tidur
- lakukan suction bila banyak sekret
6. catat penyebab mulainya kejang, proses berapa lama, adanya sianosis dan inkontinesia, deviasi dari mata dan gejala-hgejala lainnya yang timbul.
7. sesudah kejang observasi TTV setiap 15-30 menit dan obseervasi keadaan klien sampai benar-benar pulih dari kejang
8. observasi efek samping dan keefektifan obat
9. observasi adanya depresi pernafasan dan gangguan irama jantung
10. lakukan pemeriksaan neurologis setelah kejang
11. kerja sama dengan tim :
- pemberian obat antikonvulsan dosis tinggi
- pemeberian antikonvulsan (valium, dilantin, phenobarbital)
- pemberian oksigen tambahan
- pemberian cairan parenteral
- pembuatan CT scan

RASIONAL
1. Penemuan faktor pencetus untuk memutuskan rantai penyebaran toksin tetanus.
2. Tempat yang nyaman dan tenang dapat mengurangi stimuli atau rangsangan yang dapat menimbulkan kejang
4. efektivitas energi yang dibutuhkan untuk metabolisme.
5. lidah jatung dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas. tindakan untuk mengurangi atau mencegah terjadinya cedera fisik.
6. dokumentasi untuk pedoman dalam penaganan berikutnya.
7. tanda-tanda vital indikator terhadap perkembangan penyakitnya dan gambaran status umum klien.
8. efek samping dan efektifnya obat diperlukan motitoring untuk tindakan lanjut.
9 dan 10 kompliksi kejang dapat terjadi depresi pernafasan dan kelainan irama jantung.
11. untuk mengantisipasi kejang, kejang berulang dengan menggunakan obat antikonvulsan baik berupa bolus, syringe pump.

b. Diagnosa Keperawatan : Kurang pengetahuan klien dan keluarga tentang penanganan penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Pengetahuan klien dan keluarga tentang penanganan penyakitnya dapat meningkat.

Kriteria Hasil :
1. Klien dan keluarga dapat mengerti proses penyakit dan penanganannya
2. klien dapat diajak kerja sama dalam program terapi
klien dan keluarga dapat menyatakan melaksanakan penejlasan dna pendidikan kesehatan yang diberikan


INTERVENSI
1. Identifikasi tingkat pengetahuan klien dan keluarga
2. Hindari proteksi yang berlebihan terhadap klien , biarkan klien melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya.
3. ajarkan pada klein dan keluarga tentang peraawatan yang harus dilakukan sema kejang
4. jelaskan pentingnya mempertahankan status kesehatan yang optimal dengan diit, istirahat, dan aktivitas yang dapat menimbulkan kelelahan.
5. jelasakan tentang efek samping obat (gangguan penglihatan, nausea, vomiting, kemerahan pada kulit, synkope dan konvusion)
6. jaga kebersihan mulut dan gigi secara teratur

RASIONAL
1. Tingkat pengetahuan penting untuk modifikasi proses pembelajaran orang dewasa.
2. tidak memanipulasi klien sehingga ada proses kemandirian yang terbatas.
3. kerja sama yang baik akanmembantu dalam proses penyembuhannnya
4. status kesehatan yang baik membawa damapak pertahanan tubuh baik sehingga tidak timbul penyakit penyerta/penyulit.
5. efek samping yang ditemukan secara dini lebih aman dalam penaganannya.
6. Kebersihan mulut dan gigi yang baik merupakan dasar salah satu pencegahan terjadinya infeksi berulang.

2.3.4 Pelaksanaan
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien ( Santosa. NI, 1989;162 )

2.3.5 Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisa masalah selanjutnya ( Santosa.NI, 1989;162).

DAFTAR PUSTAKA
Lynda Juall C, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Penerjemah Monica Ester, EGC, Jakarta
Marilyn E. Doenges, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerjemah Kariasa I Made, EGC, Jakarta
Santosa NI, 1989, Perawatan I (Dasar-Dasar Keperawatan), Depkes RI, Jakarta.
Suharso Darto, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, F.K. Universitas Airlangga, Surabaya.

BACA JUGA >>>>>>>>>>



Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan


Menurut Joyce Engel (1999), yang dikatakan anak usia pra sekolah adalah anak-anak yang berusia berkisar 3-6 tahun. Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan untuk mengukur tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak, yaitu :
1. Aspek fisik
2. Aspek motorik
3. Aspek bahasa
4. Aspek kognitif
5. Aspek sosialisasi

Pola pertumbuhan dan perkembangan pada anak menunjukkan variasi normal yang luas, sehingga perlu cara dan istilah statistik untuk menilainya. Terdapat 3 macam cara untuk menunjukkan suatu variasi normal yang pada umumnya disusun dalam bentuk tabel atau dalam kartu pertumbuhan (growth card), yaitu :

1. Menggunakan mean dan standar deviasi (SD)
Mean adalah nilai rata-rata ukuran anak yang dianggap normal, dengan cara ini seorang anak dapat ditentukan posisinya, yaitu :
a. Mean ± 1 SD, mencakup 66,6 %
b. Mean ± 2 SD, mencakup 95 %
c. Mean ± 3 SD, mencakup 97,7 %

2. Menggunakan persentil
Besarnya persentil menunjukkan posisi suatu hasil pengukuran dalam urutan yang khas, yaitu dari yang terkecil sampai yang terbesar, dari 100 hasil pengukuran (100%). Persentil ke-10 berarti bahwa anak tersebut berada pada posisi anak ke-10 dari bawah, dimana 9 anak lebih kecil darinya dan 90 anak lebih besar darinya. Sedangkan persentil ke-50 berarti bahwa anak tersebut berada pada urutan ke-50 sehingga jumlah yang sama berada di bawah dan di atasnya.

3. Menggunakan persentase
Besarnya variasi normal berada di antara persentasi tertentu terhadap suatu nilai patokan yang dianggap 100 %. Misalnya, pada Lokakarya Antopometri Gizi Depkes 1975 bahwa :
a. Nilai 100 % untuk berat atau nilai persentil ke-50 dari Baku Harvard
b. Variasi normal berada antara 80 – 110 %.

Dalam pengkajian yang dilakukan pada anak usia pra sekolah digunakan parameter penilaian pertumbuhan dan perkembangan :
1. Parameter penilaian pertumbuhan fisik
a. Berat badan
Untuk memperkirakan berat badan anak dapat menggunakan rumus yang dikutip dari Behrman (1992). Karena anak usia pra sekolah termasuk termasuk ke dalam usia 1 – 6 tahun, maka untuk memperkirakan berat badannya digunakan rumus : umur (tahun) x 2 + 8

Klasifikasi berat badan terhadap umur :
1). Gomez
1. Baku Boston
2. Cara : % dari median
3. Klasifikasi :
a). > 90 % : normal
b). 75 – 90 % : malnutrisi ringan (grade 1)
c). 61 – 75 % : malnutrisi sedang (grade 2)
d). ≤ 60 % : malnutrisi berat (grade 3)

2). Jellifre
1. Baku Boston
2. Cara : % dari median
3. Klasifikasi :
a). 90 – 110 % : normal
b). 81 – 90 % : malnutrisi ringan (grade 1)
c). 61 – 80 % : malnutrisi sedang (grade 2 dan 3)
d). ≤ 60 % : malnutrisi berat (grade 4)

3). Klasifikasi menurut WHO
1. Baku NCHS
2. Cara : persentil
3. Klasifikasi :
a). Persentil ke 3 – 50 : normal
b). Persentil ≤ 3 : malnutrisi

4). Klasifikasi di Indonesia
1. Baku Boston
2. Cara : % dari median dan kenaikan berat badan
3. Klasifikasi :

Menggunakan modifikasi Gomez pada KMS, kemudian kenaikan berat badan dicatat pada KMS. Bila terdapat kenaikan tiap bulan : normal, bila tidak terdapat kenaikan : resiko tinggi terjadinya gangguan pertumbuhan.

b. Tinggi badan
Masih menurut Behrman (1992), perkiraan tinggi badan anak usia pra sekolah dapat menggunakan rumus : umur (tahun) x 6 + 77. Rata-rata kenaikan tinggi badan anak pra sekolah antara 6 – 8 cm.

Klasifikasi tinggi badan terhadap umur :
1). Kanawati dan Mc Laren
a). ≥ 95 % : normal
b). 80 – 95 % : malnutrisi ringan
c). 85 – 90 % : malnutrisi sedang
d). 85 % : malnutrisi berat

2). CDC/ WHO
a). ≥ 90 % : normal
b). <> 85% atau > 14 cm : normal
2). < style="font-weight: bold;">Parameter penilaian perkembangan
a. Aspek motorik
Dimulai pada aspek motorik, anak usia pra sekolah telah dapat berjalan naik tangga dengan kaki secara berganti-ganti tetapi turun dengan 2 kaki pada satu anak tangga, seringkali meompat pada anak tangga terakhir. Selain itu, anak usia ini mampu mengendarai sepeda roda tiga dan dapat berjalan sambil berjingkat. Anak ini dapat membangun sebuah menara kecil dengan menggunakan 9-10 kubus. Ia dapat berjalan, membuka pakaian sendiri dan mulai dapat mengaitkan kancing. Manipulasi dengan pensil berlanjut terus dan ia mampu untuk menjiplak suatu lingkaran. Ketika menginjak usia 3-4 tahun, anak mulai mampu naik dan turun menggunakan satu kaki per anak tangga. Ia mampu melompat dengan satu kaki untuk waktu yang pendek. Kemudian anak ini juga dapat memperlihatkan ketangkasan yang besar pada tangan dan jari-jari.

Dalam hal menggambar, anak usia pra sekolah dapat mengggambar orang dalam beberapa bagian. Dari kesemua kemampuan tersebut di atas, pada usia 6 tahun, anak mulai dapat menggunakan gunting dan pensil dengan baik, serta menjahit dengan kasar.

b. Aspek Bahasa
Dengan aspek bahasa, anak umur 3 tahun mampu untuk berbicara dengan normal bahkan bisa dikatakan terlalu banyak bicara, tetapi kadang-kadang terdapat substitusi fonetik yang infantil. Kosakata yang telah dikuasai kira-kira 900 kata. Anak dapat menggunakan bentuk jamak dan kata ganti serta bahasa berlanjut dari fase holoprastik menjadi fase pembentukan kalimat yang kompleks, secara spesifik kalimat tersebut terdiri dari 6 kata. Anak dapat pula melakukan percakapan dengan berbagai derajat yang kompleks dan menanyakan banyakmpertanyaan-pertanyaan. Dalam hal ini anak senang sekali mendengarkan cerita-cerita dan seringkali mampu mengadakan improvisasi. Ketika usia beranjak 4 tahun, anak menguasai 1500 kosakata, karena pencapaian bahasa telah mencapai suatu tingkat yang tinggi. Anak dapat menghubungkan cerita dari peristiwa-peristiwa dan pengalaman-pengalaman yang baru terjadi. Anak juga mampu untuk bermain dengan kata-kata, mengetahui artinya dan secara kontinu mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Lagu-lagu sederhana dapat dikuasai dan memahami analogi sederhana. Berbeda ketika anak berusia 5 tahun, pembicaraannya sudah mulai lancar dan perbendaharaan katanya sangat luas. Anak seringkali menanyakan arti dari suatu kata yang didengarnya. Anak senang mendengarkan cerita dan menceritakannya kembali. Anak dengan usia 6 tahun, perkembangan bahasanya ditunjukkan dengan menguraikan objek-objek lewat gambar.

c. Aspek kognitif
Perkembangan kognitif anak usia pra sekolah mulai tampak dengan digunakannya simbol-simbol untuk menuangkan apa yang dipikirkannya, bersikap egosentrik dan berpikiran representatif. Permainan yang digemari oleh anak seusia ini berkaitan dengan fantasi atau khayalan. Konsep waktu mulai dimengerti oleh anak secara bertahap. Di usia 4 tahun, konsep waktu yang telah diketahui sebelumnya dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, senang belajar berhitung, meskipun belum paham dengan angka-angka yang dihitung, sikap egosentrik berangsur menurun dan mampu menyebutkan satu atau lebih uang logam.
Pada usia 5 tahun, anak mulai bisa memahami kata-kata yang keluar dari mulutnya, dapat menyebutkan 4 warna dasar, mulai tertarik menghubungkan kenyataan yang ada dengan lingkungan sekitarnya dan mampu menyebutkan nama hari. Usia 6 tahun, anak menunjukkan perkembangan kognitifnya melalui kemampuan membedakan antara kanan dan kiri, mengenali banyak bentuk dan mematuhi 3 perintah berturut-turut.

d. Aspek sosialisasi
Di usia 3 tahun, perilaku anak usia pra sekalah mengarah pada negativisme, yaitu perlawanan aktif terhadap permintaan dan perintah-perintah. Sikap ramah dimunculkan kepada lingkungan, terdapat pemahaman terhadap perubahan, anak juga sudah mampu membedakan jenis kelamin, peraturan-peraturan yang sifatnnya sederhana mulai dipelajari, meskipun diinterpretasikan oleh dirinya sendiri, untuk anak laki-laki cenderung lebih dekat dengan ayahnya. Dalam hal berpakaian, anak usia 3 tahun mampu melakukannya sendiri dengan bantuan seminimal mungkin. Saat usia beranjak 4 tahun, anak mampu makan sendiri (tidak disuapi), bisa menggunakan garpu, walaupun dengan telapak tangan, dapat mengunyah seperti halnya orang dewasa, ada ketakutan tersendiri terhadap gelap dan binatang. Sikap yang seringkali diperlihatkan pada anak seusia ini adalah suka mengadu, merasa mandiri dan agresif. Usia 5 tahun dalam perkembangan sosialisasi ditandai dengan melakukan agresi kepada anggota keluarga, suasana hati dapat berubah-ubah, anak memasuki kelompok bermain yang kooperatif, menikmati hiburan yang ada serta mengidentifikasi orang tuanya dari jenis kelamin yang berbeda. Usia 6 tahun, anak ini mulai dapat dipercaya, rasa takut berkurang, suka menggoda orang lain, kadang melakukan sikap menentang dan tidak sopan, kecemburuannya terhadap adik tampak nyata, serta berlaku curang untuk menang.

IMPLIKASI KEPERAWATAN
Dipandang dari segi kelompok usia, ternyata anak-anak memiliki karakteristik yang khas dengan segala kompleksitasnya. Dengan demikian diperlukan pendekatan yang khusus pula, bilamana kita sebagai seorang perawat mendapati pasien anak dengan berbagai tingkat usia, dalam hal ini secara khusus akan dibahas proses pendekatan terhadap anak kelompok usia pra sekolah (3-6 tahun) yang sedang sakit. Pertama-tama kita harus tahu betul faktor-faktor yang sangat berpengaruh dan patut dipertimbangkan saat berkomunikasi dengan anak-anak. Adapun faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

A. Lingkungan
Menciptakan suasana lingkungan yang ramah seperti rumah, memfasilitasi tempat bermain dan mainannya, anak-anak mengenakan pakaian bebas, meminimalkan tingkat kebisingan di lingkungan sekitar, tempat perawatan dianjurkan dekat dengan orang tua serta adanya kemudahan dalam aktivitas makan, minum, bermain dan istirahat.
Keamanan juga harus dijaga dengan cara, pegangan pintu dibuat dalam posisi yang tinggi, baik jendela maupun perlengkapan lain harus dirancang khusus demi keamanan anak.

B. Komunikasi verbal dan non verbal
1. Bicara pada anak sejajar dengan mata anak.
2. Gunakan bahasa yang dikenal dan mudah dipahami oleh anak.
3. Gunakan kalimat yang singkat.
4. Gunakan bahasa yang positif, misalnya “ayo ikut ibu, dan kita akan.....” bukannya “apakah kamu ingin....” Anak kecil jangan dibiarkan dalam posisi memilih, karena ia akan menjawab “tidak”.
5. Jangan marah atau membentak anak.
6. Biarkan anak menjalin hubungan dengan orang lain.
7. Gunakanlah sentuhan sebagai alat komunikasi.
8. Berkomunikasi melalui mainan anak.
9. Perhatikan komunikasi non verbal anda.
10. Bersikaplah jujur.

Untuk proses pengkajian tidak boleh dilupakan bahwa anak-anak pra sekolah dapat menjawab pertanyaan tentang diri mereka sendiri dan pertanyaan-pertanyaan seharusnya diarahkan terutama pada anak sehingga mereka dapat berusaha untuk menjawabnya.
Perlu juga diingat, bahwa anak-anak tidak menyukai hal-hal yangt “diambil” dari mereka, jadi lebih baik mengatakan “saya ini akan melihat seberapa panas kamu” daripada “saya akan mengambil suhu kamu”.
Penjelasan akan segala macam tindakan yang akan dilakukan pada anak-anak harus sesuai dengan tahap perkembangan dan pengertian mereka. Pada anak-anak usia pra sekolah, jauh sebelum dilakukan tindakan dapat dipersiapkan terlebih dahulu, baik dari segi tempat, orang maupun waktunya.

DAFTAR PUSTAKA
Engel, Joyce. Pengkajian Pediatrik. Edisi 2. Alih bahasa : Teresa. Jakarta : EGC, 1998

Lewer, Helen. Belajar Merawat di Bangsal Anak. Alih bahasa : Ernie Noviestari. Jakarta : EGC, 1996

Majalah Ayah Bunda : Dari A sampai Z tentang Perkembangan Anak. Jakarta : Gaya Favorit Press, 2002.

Sacharin, Rosa M. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. Alih bahasa : RF Maulany, Jakarta : EGC, 1994.

Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Cetakan II. Jakarta : EGC, 1998.

BACA JUGA >>>>>>>>



Askep Neonatus dengan Infeksi Saluran Nafas


A. Pengertian
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan (hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 450).
Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan nafas dalam menghadapi organisme asing (Whaley and Wong; 1991; 1418).

b. Angka kejadian dan diagnosis
Pada rumah sakit umum yang telah menjadi rumah sakit rujukan terdapat 8,76 %-30,29% bayi dan neonatal yang masih mengalami infeksi dengan angka kematian mencapai 11,56%-49,9%. Pengembangan perawatan yang canggih mengundang masalah baru yakni meningkatnya infeksi nosokomial yang biasanya diakhiri dengan keadaan septisemia yang berakhir dengan kematian (Victor dan Hans; 1997; 220).

Diagnosis dari penyakit ini adalah melakukan kultur (biakan kuman) dengan swab sebagai mediator untuk menunjukkan adanya kuman di dalam saluran pernafasan. Pada hitung jenis (leukosit) kurang membantu sebab pada hitung jenis ini tidak dapat membedakan penyebab dari infeksi yakni yang berasal dari virus atau streptokokus karena keduanya dapat menyebabkan terjadinya leukositosis polimorfonuklear (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 453).

c. Etiologi dan karakteristik
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu penyakit yang mempunyai angka kejadian yang cukup tinggi. Penyebab dari penyakit ini adalah infeksi agent/ kuman. Disamping itu terdapat beberapa faktor yang turut mempengaruhi yaitu; usia dari bayi/ neonatus, ukuran dari saluran pernafasan, daya tahan tubuh anak tersebut terhadap penyakit serta keadaan cuaca (Whaley and Wong; 1991; 1419).
Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan penyebab dari terjadinya infeksi saluran pernafasan. Ada beberapa jenis kuman yang merupakan penyebab utama yakni golongan A -hemolityc streptococus, staphylococus, haemophylus influenzae, clamydia trachomatis, mycoplasma dan pneumokokus. Usia bayi atau neonatus, pada anak yang mendapatkan air susu ibu angka kejadian pada usia dibawah 3 bulan rendah karena mendapatkan imunitas dari air susu ibu.Ukuran dari lebar penampang dari saluran pernafasan turut berpengaruh didalam derajat keparahan penyakit. Karena dengan lobang yang semakin sempit maka dengan adanya edematosa maka akan tertutup secara keseluruhan dari jalan nafas. Kondisi klinis secara umum turut berpengaruh dalam proses terjadinya infeksi antara lain malnutrisi, anemia, kelelahan. Keadaan yang terjadi secara langsung mempengaruhi saluran pernafasan yaitu alergi, asthma serta kongesti paru. Infeksi saluran pernafasan biasanya terjadi pada saat terjadi perubahan musim, tetapi juga biasa terjadi pada musim dingin (Whaley and Wong; 1991; 1420).

d. Manifestasi klinis
Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya obstruksi hisung dengan sekret yang encer sampai dengan membuntu saluran pernafasan, bayi menjadi gelisah dan susah atau bahkan sama sekali tidak mau minum (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 451).

e. Terapi dan Penatalaksanaan
Tujuan utama dilakukan terapi adalah menghilangkan adanya obstruksi dan adanya kongesti hidung pergunakanlah selang dalam melakukan penghisaapan lendir baik melalui hidung maupun melalui mulut. Terapi pilihan adalah dekongestan dengan pseudoefedrin hidroklorida tetes pada lobang hidung, serta obat yang lain seperti analgesik serta antipiretik. Antibiotik tidak dianjurkan kecuali ada komplikasi purulenta pada sekret.
Penatalaksanaan pada bayi dengan pilek sebaiknya dirawat pada posisi telungkup, dengan demikian sekret dapat mengalir dengan lancar sehingga drainase sekret akan lebih mudah keluar (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 452).

f. Diagnosis banding
Penyakit infeksi saluran pernafasan ini mempunyai beberapa diagnosis banding yaitu difteri, mononukleosis infeksiosa dan agranulositosis yang semua penyakit diatas memiliki manifestasi klinis nyeri tenggorokan dan terbentuknya membrana. Mereka masing-masing dibedakan melalui biakan kultur melalui swab, hitungan darah dan test Paul-bunnell. Pada infeksi yang disebabkan oleh streptokokus manifestasi lain yang muncul adalah nyeri abdomen akuta yang sering disertai dengan muntah (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 454).


g. Tanda dan gejala yang muncul
  1. Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika anak sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam muncul sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,5OC-40,5OC.
  2. Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya terjadi selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.
  3. Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi susah minum dan bhkan tidak mau minum.
  4. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi tersebut mengalami sakit.
  5. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan akibat infeksi virus.
  6. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya lymphadenitis mesenteric.
  7. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih mudah tersumbat oleh karena banyaknya sekret.
  8. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan.
  9. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara pernafasan (Whaley and Wong; 1991; 1419).
h. Pengkajian terutama pada jalan nafas
Fokus utama pada pengkajian pernafasan ini adalah pola, kedalaman, usaha serta irama dari pernafasan.
Pola, cepat (tachynea) atau normal.
  1. Kedalaman, nafas normal, dangkal atau terlalu dalam yang biasanya dapat kita amati melalui pergerakan rongga dada dan pergerakan abdomen.
  2. Usaha, kontinyu, terputus-putus, atau tiba-tiba berhenti disertai dengan adanya bersin.
  3. Irama pernafasan, bervariasi tergantung pada pola dan kedalaman pernafasan.
  4. Observasi lainya adalah terjadinya infeksi yang biasanya ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, adanya batuk, suara nafas wheezing. Bisa juga didapati adanya cyanosis, nyeri pada rongga dada dan peningkatan produksi dari sputum (Whaley and Wong; 1991; 1420).
i. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman, pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia dan pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Victor dan Hans; 1997; 224).

j. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul, tujuan dan intervensi 1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi pada saluran pernafasan, nyeri.
Tujuan:
Pola nafas kembali efektif dengan kriteria: usaha nafas kembali normal dan meningkatnya suplai oksigen ke paru-paru.
Intervensi:
a. Berikan posisi yang nyaman sekaligus dapat mengeluarkan sekret dengan mudah.
b. Ciptakan dan pertahankan jalan nafas yang bebas.
c. Anjurkan pada keluarga untuk membawakan baju yang lebih longgar, tipis serta menyerap keringat.
d. Berikan O2 dan nebulizer sesuai dengan instruksi dokter.
e. Berikan obat sesuai dengan instruksi dokter (bronchodilator).
f. Observasi tanda vital, adanya cyanosis, serta pola, kedalaman dalam pernafasan.

2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi mekanik dari jalan nafas oleh sekret, proses inflamasi, peningkatan produksi sekret.
Tujuan:
Bebasnya jalan nafas dari hambatan sekret dengan kriteria: jalan nafas yang bersih dan patent, meningkatnya pengeluaran sekret.
Intervensi:
a. Lakukan penyedotan sekret jika diperlukan.
b. Cegah jangan sampai terjadi posisi hiperextensi pada leher.
c. Berikan posisi yang nyaman dan mencegah terjadinya aspirasi sekret (semiprone dan side lying position).
d. Berikan nebulizer sesuai instruksi dokter.
e. Anjurkan untuk tidak memberikan minum agar tidak terjadi aspirasi selama periode tachypnea.
f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan perparenteral yang adekuat.
g. Berikan kelembaban udara yang cukup.
h. Observasi pengeluaran sekret dan tanda vital.

3. Cemas berhubungan dengan penyakit yang dialami oleh anak, hospitalisasi pada anak
Tujuan:
Menurunnya kecemasan yang dialami oleh orang tua dengan kriteria: keluarga sudah tidak sering bertanya kepada petugas dan mau terlibat secara aktif dalam merawat anaknya.
Intervensi:
a. Berikan informasi secukupnya kepada orang tua (perawatan dan pengobatan yang diberikan).
b. Berikan dorongan secara moril kepada orang tua.
c. Jelaskan terapi yang diberikan dan respon anak terhadap terapi yang diberikan.
d. Anjurkan kepada keluarga agar bertanya jika melihat hal-hal yang kurang dimengerti/ tidak jelas.
e. Anjurkan kepada keluarga agar terlibat secara langsung dan aktif dalam perawatan anaknya.
f. Observasi tingkat kecemasan yang dialami oleh keluarga.

DAFTAR PUSTAKA
Catzel, Pincus & Ian robets. (1990). Kapita Seleta Pediatri Edisi II. alih bahasa oleh Dr. yohanes gunawan. Jakarta: EGC.

Whalley & wong. (1991). Nursing Care of Infant and Children Volume II book 1. USA: CV. Mosby-Year book. Inc

Yu. H.Y. Victor & Hans E. Monintja. (1997). Beberapa Masalah Perawatan Intensif Neonatus. Jakarta: Balai penerbit FKUI.

Askep Anak dengan Intususepsi


A. Pengertian
Intususepsi adalah invaginasi atau masuknya bagian usus ke dalam perbatasan atau bagian yang lebih distal dari usus (umumnya, invaginasi ileum masuk ke dalam kolon desendens). (Nettina, 2002)
Suatu intususepsi terjadi bila sebagian saluran cerna terdorong sedemikian rupa sehingga sebagian darinya akan menutupi sebagian lainnya hingga seluruhnya mengecil atau memendek ke dalam suatu segmen yang terletak di sebelah kaudal. (Nelson, 1999)

B. Etiologi
Penyebab dari kebanyakan intususepsi tidak diketahui. Terdapat hubungan dengan infeksi – infeksi virus adeno dan keadaan tersebut dapat mempersulit gastroenteritis. Bercak – bercak peyeri yang banyak terdapat di dalam ileum mungkin berhubungan dengan keadaan tersebut, bercak jaringan limfoid yang membengkak dapat merangsang timbulnya gerakan peristaltic usus dalam upaya untuk mengeluarkan massa tersebut sehingga menyebabkan intususepsi. Pada puncak insidens penyakit ini, saluran cerna bayi juga mulai diperkenalkan dengan bermacam bahan baru. Pada sekitar 5% penderita dapat ditemukan penyebab – penyebab yang dikenali, seperti divertikulum meckeli terbalik, suatu polip usus, duplikasi atau limfosarkoma. Secara jarang, keadaan ini akan mempersulit purpura Henoch – Schonlein dengan sutau hematom intramural yang bertindak sebagai puncak dari intususepsi. Suatu intususepsi pasca pembedahan jarang dapat didiagnosis, intususepsi – intususepsi ini bersifat iloileal.

C. Patofisiologi dan Pathways
Kebanyakan intususepsi adalah ileokolik dan ileoileokolik, sedikit sekokolik dan jarang hanya ileal. Secara jarang, suatu intususepsi apendiks membentuk puncak dari lesi tersebut. Bagian atas usus, intususeptum, berinvaginasi ke dalam usus di bawahnya, intususipiens sambil menarik mesentrium bersamanya ke dalam ansa usus pembungkusnya. Pada mulanya terdapat suatu konstriksi mesentrium sehingga menghalangi aliran darah balik. Penyumbatan intususeptium terjadi akibat edema dan perdarahan mukosa yang menghasilkan tinja berdarah, kadang – kadang mengandung lendir. Puncak dari intususepsi dapat terbentang hingga kolon tranversum desendens dan sigmoid bahkan ke anus pada kasus – kasus yang terlantar. Setelah suatu intususepsi idiopatis dilepaskan, maka bagian usus yang memebentuk puncaknya tampak edema dan menebal, sering disertai suatu lekukan pada permukaan serosa yang menggambarkan asal dari kerusakan tersebut. Kebanyakan intususepsi tidak menimbulkan strangulasi usus dalam 24 jam pertama, tetapi selanjutnya dapat mengakibatkan gangren usus dan syok.

D. Manifestasi Klinik
Umumnya bayi dalam keadaan sehat dan gizi baik. Pada tahap awal muncul gejala strangulasi berupa nyeri perut hebat yang tiba – tiba. Bayi menangis kesakitan saat serangan dan kembali normal di antara serangan. Terdapat muntah berisi makanan/minuman yang masuk dan keluarnya darah bercampur lendir (red currant jelly) per rektum. Pada palpasi abdomen dapat teraba massa yang umumnya berbentuk seperti pisang (silindris). Dalam keadaan lanjut muncul tanda obstruksi usus, yaitu distensi abdomen dan muntah hijau fekal, sedangkan massa intraabdomen sulit teraba lagi. Bila invaginasi panjang hingga ke daerah rektum, pada pemeriksaan colok dubur mungkin teraba ujung invaginat seperti porsio uterus, disebut pseudoporsio. Pada sarung tangan terdapat lendir dan darah.

E. Pemeriksaan Penunjang
  1. Foto polos abdomen memperlihatkan kepadatan seperti suatu massa di tempat intususepsi.
  2. Foto setelah pemberian enema barium memperlihatkan gagguan pengisisan atau pembentukan cekungan pada ujung barium ketika bergerak maju dan dihalangi oleh intususepsi tersebut.
  3. Plat datar dari abdomen menunjukkan pola yang bertingkat (invaginasi tampak seperti anak tangga).
  4. Barium enema di bawah fluoroskopi menunjukkan tampilan coiled spring pada usus.
  5. Ultrasonogram dapat dilakukan untuk melokalisir area usus yang masuk.
F. Prinsip pengobatan dan managemen keperawatan
1. Penurunan dari intususepsi dapat dilakukan dengan suntikan salin, udara atau barium ke dalam kolon. Metode ini tidak sering dikerjakan selama terdapat suatu resiko perforasi, walaupun demikian kecil, dan tidak terdapat jaminan dari penurunan yang berhasil.
2. Reduksi bedah :
a. Perawatan prabedah:
  • Rutin
  • Tuba naso gastrik
  • Koreksi dehidrasi (jika ada)
b. Reduksi intususepsi dengan penglihatan langsung, menjaga usus hangat dengan salin hangat. Ini juga membantu penurunan edema.
c. Plasma intravena harus dapat diperoleh pada kasus kolaps.
d. Jika intususepsi tidak dapat direduksi, maka diperlukan reseksi dan anastomosis primer.

3. Penatalaksanaan pasca bedah:
a. Rutin
b. Perawatan inkubator untuk bayi yang kecil
c. Pemberian oksigen
d. Dilanjutkannya cairan intravena
e. Antibiotika
f. Jika dilanjutkannya suatu ileostomi, drainase penyedotan dikenakan pada tuba ileostomi hingga kelanjutan dari lambung dipulihkan.
g. Observasi fungsi vital

ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengkajian fisik secara umum
b. Riwayat kesehatan
c. Observasi pola feses dan tingkah laku sebelum dan sesudah operasi
d. Observasi tingkah laku anak/bayi
e. Observasi manifestasi terjadi intususepsi:

Nyeri abdomen paroksismal
Anak menjerit dan melipat lutut ke arah dada
  • Anak kelihatan normal dan nyaman selama interval diantara episode nyeri
  •  Muntah
  •  Letargi
  •  Feses seperti jeli kismis mengandung darah dan mucus, tes hemocculi positif.
  •  Feses tidak ada meningkat
  •  Distensi abdomen dan nyeri tekan
  •  Massa terpalpasi yang seperti sosis di abdomen
  •  Anus yang terlihat tidak biasa, dapat tampak seperti prolaps rectal.
  •  Dehidrasi dan demam sampai kenaikan 410C
  •  Keadaan seperti syok dengan nadi cepat, pucat dan keringat banyak

f. Observasi manifestasi intususepsi yang kronis
  •  Diare
  •  Anoreksia
  •  Kehilangan berat badan
  •  Kadang – kadang muntah
  •  Nyeri yang periodic
  •  Nyeri tanpa gejala lain
g. Kaji dengan prosedur diagnostik dan tes seperti pemeriksaan foto polos abdomen, barium enema dan ultrasonogram

2. Masalah Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan invaginasi usus.
2. Syok hipolemik berhubungan dengan muntah, perdarahan dan akumulasi cairan dan elektrolit dalam lumen.
3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan, lingkungan yang asing.
4. Inefektif termoregulasi berhubungan dengan proses inflamasi, demam.
5. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan.

3. Perencanaan
a. Preoperasi
1. Diagnosa keperawatan: nyeri berhubungan dengan invaginasi usus.
Tujuan: berkurangnya rasa nyeri sesuai dengan toleransi yang dirasakan anak.

Kriteria Hasil: anak menunjukkan tanda – tanda tidak ada nyeri atau ketidaknyamanan yang minimum.

Intervensi:
  •  Observasi perilaku bayi sebagai indikator nyeri, dapat peka rangsang dan sangat sensitif untuk perawatan atau letargi atau tidak responsive.
  •  Perlakuan bayi dengan sangat lembut.
  •  Jelaskan penyebab nyeri dan yakinkan orangtua tentang tujuan tes diagnostik dan pengobatan.
  •  Yakinkan anak bahwa analgesik yang diberikan akan mengurangi rasa nyeri yang dirasakan.
  •  Jelaskan tentang intususepsi dan reduksi hidrostatik usus yang dapat mengurangi intususepsi.
  •  Jelaskan resiko terjadinya nyeri yang berulang.
  •  Kolaborasi: berikan analgesik untuk mengurangi rasa nyeri.
2. Diagnosa keperawatan: syok hipovolemik berhubungan dengan muntah, perdarahan dan akumulasi cairan dan elektrolit dalam lumen.
Tujuan: volume sirkulasi (keseimbangan cairan dan elektrolit) dapat dipertahankan.
Kriteria Hasil: tanda – tanda syok hipovolemik tidak terjadi.
Intervensi:
 Pantau tanda vital, catat adanya hipotensi, takikardi, takipnea, demam.
 Pantau masukan dan haluaran.
 Perhatikan adanya mendengkur atau pernafasan cepat dan dangkal jika berada pada keadaan syok.
 Pantau frekuensi nadi dengan cernat dan ketahui rentang nadi yang tepat untuk usia anak.
 Laporkan adanya takikardi yang mengindikasikan syok.
 Kurangi suhu karena demam meningkatkan metabolisme dan membuat oksigenasi selama anestesi menjadi lebih sulit.
 Kolaborasi:
Lakukan pemeriksaan laboratorium: Hb/Ht, elektrolit, protein, albumin, BUN, kreatinin.
Berikan plasma/darah, cairan, elektrolit, diuretic sesuai indikasi untuk memelihara volume darah sirkulasi.

4. Diagnosa keperawatan: ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan, lingkungan yang asing.

Tujuan: rasa cemas pada anak dapat berkurang
Kriteria hasil: anak dapat beristirahat dengan tenang dan melakukan prosedur tanpa cemas.
Intervensi:
 Beri pendidikan kesehatan sebelum dilakukan operasi untuk mengurangi rasa cemas.
 Orientasikan klien dengan lingkungan yang masih asing.
 Pertahankan ada orang yang selalu menemani klien untuk meningkatkan rasa aman.
 Jelaskan alasan dilakukan tindakan pembedahan.
 Jelaskan semua prosedur pembedahan yang akan dilakukan.

b. Post operasi
5. Diagnosa keperawatan: nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan
Tujuan: berkurangnya rasa nyeri sesuai dengan toleransi pada anak.
Kriteria Hasil: anak menunjukkan tanda – tanda tidak ada nyeri atau ketidaknyamanan yang minimum.

Intervensi:
 Hindarkan palpasi area operasi jika tidak diperlukan.
 Masukkan selang rektal jika diindikasikan, untuk membebaskan udara.
 Dorong untuk buang air untuk mencegah distensi vesika urinaria.
 Berikan perawatan mulut untuk memberikan rasa nyaman.
 Lubrikasi lubang hidung untuk mengurangi iritasi.
 Berikan posisi yang nyaman pada anak jika tidak ada kontraindikasi.
 Kolaborasi:
Berikan analgesi untuk mengatasi rasa nyeri.
Berikan antiemetik sesuai pesanan untuk rasa mual dan muntah.

6. Diagnosa keparawatan: inefektif termoregulasi berhubungan dengan proses inflamasi, demam.
Tujuan: termoregulasi tubuh anak normal.
Kriteria Hasil: tidak ada tanda – tanda kenaikan suhu.
Intervensi:
  • Gunakan tindakan pendinginan untuk mengurangi demam, sebaiknya 1 jam setelah pemberian antipiretik.
  •  Meningkatkan sirkulasi udara.
  •  Mengurangi temperatur lingkungan.
  •  Menggunakan pakaian yang ringan / tipis.
  •  Paparkan kulit terhadap udara.
  •  Gunakan kompres dingin pada kulit.
  •  Cegah terjadi kedinginan, bila anak menggigil tambahkan pakaian.
  •  Monitor temperatur.
  •  Kolaborasi: berikan antipiretik sesuai dengan berat badan bayi.
7. Evaluasi
a. Nyeri pada abdomen dapat berkurang
b. Syok hipovolemik dapat teratasi dengan segera melakukan koreksi terhadap keseimbangan cairan dan elektrolit.
c. Obstrusi usus dapat teratasi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.

DAFTAR PUSTAKA
Staf Pengajar Ilmu kesehatan masyarakat. Ilmu kesehatan anak. Jakarta: Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UI, 1985

Pilliteri, Adele. Child health nursing, care of the child and family, Los Angeles California, Lippincott, 1999

Wong, Donna L, Marilyn Hockenberry- Eaton, Wilson- Winkelstein, Wong’s essentials of pediatric nursing, America, Mosby, 2001

Nettina, Sandra M. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa Setiawan,dkk. Jakarta, 2001

Wong, Donna L. Wong and Whaley’s clinical Manual Of Pediatric Nursing. St. Louis Nissori: Mosby, 1996

Baca Juga >>>>>>>>>



16 April, 2010

9 tehnik untuk berhenti berpikir negatif


Untuk sebagian besar dari kita, berpikir negatif mungkin sudah menjadi bagian dari diri. Ketika hal-hal tidak sesuai rencana, kita dengan mudah merasa depresi dan tidak bisa melihat sisi baik dari kejadian tersebut…
Berpikiran negatif tidak membawa kemana-mana, kecuali membuat perasaan tambah buruk, yang lalu akan berakibat performa kita mengecewakan. Hal ini bisa menjadi lingkaran yang tidak berujung. Sembilan teknik untuk mencegah dan mengatasi pikiran negatif yang adalah sebagai berikut:

1. Hidup di saat ini.
Memikirkan masa lalu atau masa depan adalah hal yang sering membuat kita cemas. Jarang sekali kita panik karena kejadian masa sekarang. Jika Anda menemukan pikiran anda terkukung dalam apa yang telah terjadi atau apa yang belum terjadi, ingatlah bahwa hanya masa kini yang dapat kita kontrol.

2. Katakan hal positif pada diri sendiri
Katakan pada diri Anda bahwa Anda kuat, Anda mampu. Ucapkan hal tersebut terus-menerus, kapanpun. Terutama, mulailah hari dengan mengatakan hal positif tentang diri sendiri dan hari itu, tidak peduli jika hari itu Anda harus mengambil keputusan sulit ataupun Anda tidak mempercayai apa yang telah Anda katakan pada diri sendiri.

3. Percaya pada kekuatan pikiran positif
Jika Anda berpikir positif, hal-hal positif akan datang dan kesulitan-kesulitan akan terasa lebih ringan. Sebaliknya, jika Anda berpikiran negatif, hal-hal negatif akan menimpa Anda. Hal ini adalah hukum universal, seperti layaknya hukum gravitasi atau pertukaran energi. Tidak akan mudah untuk mengubah pola pikir Anda, namun usahanya sebanding dengan hasil yang bisa Anda petik.

4. Jangan berdiam diri.
Telusuri apa yang membuat Anda berpikiran negatif, perbaiki, dan kembali maju. Jika hal tersebut tidak bisa diperbaiki lagi, berhenti mengeluh dan menyesal karena hal itu hanya akan menghabiskan waktu dan energi Anda, juga membuat Anda merasa tambah buruk. Terimalah apa yang telah terjadi, petik hikmah/pelajaran dari hal tersebut, dan kembali maju.

5. Fokus pada hal-hal positif.
Ketika kita sedang sedang berpikiran negatif, seringkali kita lupa akan apa yang kita miliki dan lebih berfokus pada apa yang tidak kita miliki. Buatlah sebuah jurnal rasa syukur. Tidak masalah waktunya, tiap hari tulislah lima enam hal positif yang terjadi pada hari tersebut. Hal positif itu bisa berupa hal-hal besar ataupun sekadar hal-hal kecil seperti ‘hari ini cerah’ atau ‘makan sore hari ini menakjubkan’. Selama Anda tetap konsisten melakukan kegiatan ini, hal ini mampu mengubah pemikiran negatif Anda menjadi suatu pemikiran positif. Dan ketika Anda mulai merasa berpikiran negatif, baca kembali jurnal tersebut.

6. Bergeraklah
Berolahraga melepaskan endorphin yang mampu membuat perasaaan Anda menjadi lebih baik. Apakah itu sekadar berjalan mengelelingi blok ataupun berlari sepuluh kilometer, aktifitas fisik akan membuat diri kita merasa lebih baik. Ketika Anda merasa down, aktifitas olahraga lima belas menit dapat membuat Anda merasa lebih baik.

7. Hadapi rasa takutmu
Perasaan negatif muncul dari rasa takut, makin takut Anda akan hidup, makin banyak pikiran negatif dalam diri Anda. Jika Anda takut akan sesuatu, lakukan sesuatu itu. Rasa takut adalah bagian dari hidup namun kita memiliki pilihan untuk tidak membiarkan rasa takut menghentikan kita.

8. Coba hal-hal baru
Mencoba hal-hal baru juga dapat meningkatkan rasa percaya diri. Dengan mengatakan ya pada kehidupan Anda membuka lebih banyak kesempatan untuk bertumbuh. Jauhi pikiran ‘ya, tapi…’. Pengalaman baru, kecil atau besar, membuat hidup terasa lebih menyenangkan dan berguna.

9. Ubah cara pandang
Ketika sesuatu tidak berjalan dengan baik, cari cara untuk melihat hal tersebut dari sudut pandang yang lebih positif. Dalam setiap tantangan terdapat keuntungan, dalam setiap keuntungan terdapat tantangan.

BACA JUGA >>>>>>>>>>>>



Arti Logo Obat


Pernahkah agan memperhatikan logo obat yang ada di kemasan obat yang agan konsumsi atau anda beli? Perhatikan dengan seksama pada kemasan obat yang anda beli. Obat dapat dibagi menjadi 4 golongan yaitu :

1. Obat Bebas (hijau)

Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : Parasetamol.



2. Obat Bebas Terbatas (biru)
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : CTM.

3. Obat Keras dan Psikotropika
Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : Asam Mefenamat. Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Contoh : Diazepam, Phenobarbital.



4. Obat Narkotika
Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan. Contoh : Morfin, Petidin.


BACA JUGA >>>>>>>>>>



15 April, 2010

Manfaat Minum Teh


Banyak alasan kenapa orang minum teh. Jika agan punya kebiasaan itu,teruskan saja. Ada sedikitnya 8 manfaat yang terkandung dalam satu cangkir teh. Apa saja ?
  1. Antioksidan dalam teh dapat melindungi tubuh dari efek polusi dan penuaan dini
  2. Mengandung sedikit kafein. 1/8 cangkir kopi mengandung 135 mg kafein, sementara 1 cangkir teh hanya mengandung 30-40 mg kafein sehingga tidak membuat sakit kepala atau susah tidur
  3. Mengurangi risiko serangan jantung dan stroke. Teh membuat peredaran darah lancar dan bersih. Hasil studi di Belanda memperlihatkan, orang yang minum 2-3 cangkir teh hitam perhari memiliki sedikit resiko serangan jantung daripada yang tidak pernah minum teh.
  4. Perkuat tulang. Ternyata bukan hanya kalsium susu yang membuat tulang anda kuat, orang yang rutin minum teh memiliki massa tulang lebih padat.
  5. Putihkan Gigi. Anggapan teh bisa membuat gigi nampak kusam rupanya tidak benar, sebab ternyata teh mengandung fluoride untuk mengusir karang gigi. Lebih bagus lagi jika seusai menggosok gigi, anda berkumur dengan teh tanpa gula.
  6. Cegah Infeksi. Kandungan teh bisa memperkuat sistem kekebalan dan menangkal serangan infeksi.
  7. Atasi kanker. Zat antioksidan bernama polyphenols yang ada dalam teh dapat memerangi kanker.
  8. Bebas kalori. Tanpa tambahan pemanis, gula atau susu, teh tetap bebas kalori.
Dengan begitu, teh bagus dikonsumsi bagi orang yang berdiet atau yang ingin mempertahankan berat badan. Coba konsumsi teh hijau sekitar 4 cangkir per hari. Itu dapat membakar lebih dari 80 kalori yang tertimbun di dalam tubuh.

BACA JUGA >>>>>>>>>>>>>>



10 Syndrom Penyakit Aneh di Dunia


Di dunia ini memang menyebar banyak sekali penyakit, sindrom atau kelainan. Beberapa diantaranya, amat tidak lazim dan aneh. Kebanyakan penyakit dan sindrom ini disebabkan karena faktor psikologis. Penyakit, sindrom dan kelainan ini dapat saja diderita oleh kerabat dan teman kita. Dengan mengenal penyakit dan sindrom ini, kita dapat menyarankan kepada mereka untuk melakukan pengobatan atau konsultasi.

1. Trichotillomania :
Merupakan kelainan kontrol impuls. Penderita kelainan ini terdorong untuk mencabuti rambut yang tumbuh di tubuhnya sendiri. Misalnya, rambut pada kepala, hidung, ketiak atau kaki . Kelainan ini disebabkan karena kelainan serotonin dan dopamine pada otak. Penderita kelainan ini tidak menyadari apa yang mereka lakukan sehingga, kelainan ini dapat dikurangi dengan melakukan pelatihan perilaku (Habit Reversal Training ).

2. Cotard's Syndrome:
Penderita sindrom ini sering merasa bahwa dirinya telah meninggal dunia atau pada dasarnya tidak tercipta di dunia ini. Penderita sindrom ini juga dapat saja merasakan bahwa ia sedang kehilangan darah atau organ-organ dalam tubuhnya. Cotard's Syndrome adalah salah satu kelainan neuropsychiatric yang langka. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa, sindrom ini dapat muncul akibat menderita depresi. Sindrom ini diberi nama sesuai dengan penemunya yaitu, Jules Cotard. Pada tahun 1880, Jules Cotard mengangkat kasus dari salah seorang pasiennya, yang mengingkari sebagian anggota tubuhnya (misalnya, ia mengaku bahwa ia tidak mengenal anggota tubuh yang disebut dengan tanga) dan mengklaim bahwa dirinya tidak butuh makan.

3. Kleptomania:
Kelainan ini cukup populer di Indonesia. Penyakit ini muncul akibat kelainan serotonin pada otak. Penderita penyakit ini umumnya wanita. Penderita penyakit ini sulit mengendalikan diri untuk tidak mengambil barang miliki orang lain atau dari toko. Tetapi penderita penyakit ini bisa dibedakan dari pencuri biasa karena, barang-barang yang diambilnya adalah barang-barang yang tidak berharga seperti, penjepit kertas, tisu, peniti dll (kalo ngambilnya HP sih emang maling, hajar ajahhhhh gan ....). Kelainan ini dapat diobati dengan melakukan Cognitive-behavioral therapy.

4. Stendhal Syndrome:
Penyakit ini menyebabkan penderitanya mengalami sakit kepala, jantung berdebar-debar dan halusinasi saat melihat benda-benda seni (terutama yang bagus dan besar). Nama penyakit ini diambil dari nama seorang penulis Perancis pada abd ke 19. Dalam bukunya yang berjudul "Naples and Florence: A Journey from Milan to Reggio", Stendhal mengungkapkan pengalamannya saat melihat benda-benda seni di Florence. Penyakit ini diteliti pertama kali oleh psikiatris Italia, Graziella Magherini, pada tahun 1979. Ia mengamati 100 orang turis asing yang mengalami gejala yang sama dengan Stendhal saat mengunjungi Florence.

5. Exploding Head Syndrome:
Penderita kelainan ini merasakan munculnya suara keras atau ledakan dari dalam kepalanya. Perasaan ini dapat menimbulkan ketakutan atau membuat penderitanya kehilangan kesadaran. Penyakit ini lebih banyak diderita oleh wanita. Walapun belum diketahui penyebabnya, penyakit ini diduga muncul akibat stress dan kelelahan.

6. Capgras Delusion:
Penyakit ini menyebabkan penderitanya merasa bahwa beberapa anggota keluarganya telah digantikan oleh orang lain yang menyerupai mereka. Gejala ini umum dijumpai pada penderita schizophrenia, pengguna narkoba, mantan penderita stoke atau orang yang pernah mengalami cedera otak. Penyakit ini membuat penderita enggan untuk bergaul dengan anggota keluarga yang dicurigainya. Penyakit ini pertama kali diamati oleh Joseph Capgras dan Reboul-Lachaux pada tahun 1923.
7. Pica:
Penyakit ini mendorong penderitanya untuk memakan barang-barang yang umumnya tidak dianggap makanan misalnya tanah, baru, kapur, kertas, korek api dll. Penderita pica juga terdorong untuk mengkonsumsi bahan-bahan pembuat makanan yang masih mentah misalnya tepung, bawang mentah dll. Sejumlah ahli menduga bahwa, Pica disebabkan karena kekurangan mineral tertentu tetapi, dugaan ini belum dapat dibuktikan secara kuat.

8. Genital Retraction Syndrome:
Sindrom ini menyebabkan penderitanya menjadi panik. Pria penderita penyakit ini merasa bahwa penisnya menyusut hingga akhirnya menghilang karena masuk ke dalam pinggulnya. Wanita penderita sindrom ini akan merasa bahwa payudaranya mengecil dan berangsur-angsur menjadi rata. Beberapa penderita bahkan merasa bahwa dirinya telah menjadi korban guna-guna, atau tenung.

9.Stockholm syndrome:
sindrom ini biasa di derita oleh para korban penyanderaan. Ketimbang dendam terhadap penyandera, si korban malah bersikap loyal terhadap penyandera. Para mengalami ikatan emosional dengan para penyandera dan kerap berusaha melindungi penyandera dari sergapan aparat. Sindrom ini juga kerap diderita oleh para korban pemerkosaan, penculikan atau anak korban kekerasan seksual. Sindrom ini pertama kali di amati pada para koban penyanderaan di sebuah bank di Stockholm, Swedia, pada tahun 1973. Setelah enam hari disandera, para korban malah berbalik membela para penyanderanya.

10.Jerusalem Syndrome:
Sindrom ini adalah salah satu jenis religious psychosis yang muncul setelah mengunjungi Jerussalem. Penderita sindrom ini merasa bahwa dirinya adalah seorang nabi yang diutus oleh tuhan. Akibatnya, mereka berusaha mendakwahkan ajaran-ajaran mereka yang diklaim berasal dari tuhan. Mereka sering menuduh orang lain sebagai pendosa yang harus melakukan pertobatan dengan tuntunan mereka. Sindrom ini biasanya muncul setelah beberapa minggu meninggalkan Jerusalem. Wah, sindrom ini penting nih untuk diketahui sama aparat berwenang karena, bisa saja para penyebar aliran sesat di Indonesia menderita sindrom serupa.

BACA JUGA >>>>>>>>>>>



Fans Page