Ads 468x60px

23 Oktober, 2010

Faktor yang Mempengaruhi Kenaikan Berat Badan Ibu Hamil

1) Status Gizi Ibu Hamil
Status gizi ibu pada waktu pembuahan dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung (Pudjiadi, 2003). Selain itu gizi ibu hamil menentukan berat bayi yang dilahirkan, maka pemantauan gizi ibu hamil sangatlah penting dilakukan. Sebagai ukuran sekaligus pengawasan bagi kecukupan gizi ibu hamil bisa di lihat dari kenaikan berat badannya (Sitorus, 1999). Ibu yang kurus dan selama kehamilan disertai penambahan berat badan yang rendah atau turun sampai 10 kg, mempunyai resiko paling tinggi untuk melahirkan bayi dengan BBLR. Sehingga ibu hamil harus mengalami kenaikan berat badan berkisar 11-12,5 Kg atau 20% dari berat badan sebelum hamil.

2) Pemeriksaan Kehamilan
Pemeriksaan kehamilan adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk memeriksakan kehamilan ibu dan janin secara berkala, yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan. Tujuannya adalah untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilannya, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat. Pemeriksaan antenatal dilakukan oleh dokter umum, bidan, perawat bidan dan dukun terlatih (Mochtar, 1998).Pemeriksaan kehamilan bertujuan untuk mengenal dan mengidentifikasi masalah yang timbul selama kehamilan, sehingga kesehatan selama ibu hamil dapat terpelihara dan yang terpenting ibu dan bayi dalam kandungan akan baik dan sehat sampai saat persalinan. Pemeriksaan kehamilan dilakukan agar kita dapat segera mengetahui apabila terjadi gangguan/kelainan pada ibu hamil dan bayi yang dikandung, sehingga dapat segera ditolong tenaga kesehatan (Depkes RI, 2000). Walaupun pelayanan antenatal care selengkapnya mencakup banyak hal yang meliputi anamnese, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium atas indikasi serta intervensi dasar dan khusus (sesuai resiko yang ada), namun dalam penerapan operasional dikenakan standar minimal 7 T.

3) Penyakit Saat Kehamilan
Penyakit pada saat kehamilan yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir diantaranya adalah Diabetes mellitus (DM), cacar air, dan penyakit infeksi TORCH. Penyakit DM adalah suatu penyakit dimana badan tidak sanggup menggunakan gula sebagaimana mestinya, penyebabnya adalah pankreas tidak cukup produksi insulin/tidak dapat gunakan insulin yang ada. Akibat dari DM ini banyak macamnya diantaranya adalah bagi ibu hamil bisa mengalami keguguran, bayi lahir mati, bayi mati setelah lahir (kematian perinatal) karena bayi yang dilahirkan terlalu besar, menderita edem dan kelainan pada alat tubuh bayi (Sitorus, 1999).

4) Sosial ekonomi
Faktor ekonomi dan sosial meliputi jenis pekerjaan, tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu hamil, kebersihan dan kesehatan lingkungan serta ketinggian tempat tinggal serta penggunaan Sarana Kesehatan yang berhubungan frekuensi pemeriksaan kehamilan atau antenatal care (ANC) (Sitorus, 1999).

Faktor-faktor yang mempengaruhi Partus Lama

Sebab-sebab terjadinya partus lama adalah multi kompleks dan tentu saja bergantung pengawasan selagi hamil, pertolongan persaiinan yang baik dan penatalaksanaannya (Mochtar, 1998). Faktor terjadinya partus lama di bagi menjadi dua yaitu faktor penyebab dan faktor resiko, faktor penyebab: his, mal presentasi dan mal posisi, janin besar, panggul sempit, kelainan serviks dan vagina, disproporsi fetovelvik, dan ketuban pecah dini, dan faktor resiko: analgesik dan anastesis berlebihan, paritas, usia, wanita dependen, respons stres, pembatasan mobilitas, dan puasa ketat (Oxorn, 1996).

a.  His tidak efisien (adekuat)
Keadaan umum penderita biasanya baik, dan rasa nyeri tidak seberapa. Selama ketuban masih utuh umumnya tidak banyak bahaya, baik bagi ibu maupun bagi janin, kecuali jika persalinan berlangsung terlalu lama; dalam hal terakhir ini morbiditas ibu dan mortalitas janin naik. Keadaan ini dinamakan inersia uteri primer atau hypotonic uterine contraction (Wiknjosastro, 2005). Timbulnya his adalah indikasi mulainya persalinan, apabila his yang timbul sifatnya lemah, pendek, dan jarang maka akan mempengaruhi turunnya kepala dan pembukaan serviks atau yang sering disebut dengan inkoordinasi kontraksi otot rahim, dimana keadaan inkoordinasi kontraksi otot rahim ini dapat menyebabkan sulitnya kekuatan otot rahim untuk dapat meningkatkan pembukaan atau pengusiran janin dari dalam rahim, pada akhirnya ibu akan mengalami partus lama karena tidak adanya kemajuan dalam persalinan.

b. Faktor janin (mal presentasi, malposisi, janin besar)
Bayi yang besar merupakan faktor partus lama yang sangat berkaitan dengan terjadinya malposisi dan malpresentasi, janin yang dalam keadaan malpresentasi dan malposisi kemungkinan besar akan menyebabkan partus lama atau partus macet. Malpresentasi adalah semua presentasi janin selain verteks. Sedangkan malposisi merupakan posisi kepala janin relatif terhadap pelvis depan oksiput sebagai titik referensi. Pada kejadian mal presentasi kerja uterus kontraksinya cenderung lelah dan tidak teratur.
Letak janin dalam uterus terjadi pada proses adaptasi janin terhadap ruangan didalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang 32 minggu, jumlah air ketuban relatif banyak sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa, dengan demikian janin dapat menempati diri dalam presentasi kepala. Faktor-faktor lain yang memegang peranan dalam terjadinya mal posisi di antaranya adalah multiparitas, hamil kembar, hidramnion, placenta previa dan panggul sempit, juga dapat disebabkan oleh kelainan uterus dan kelainan letak uterus (Wiknjosastro, 2002 ).

c. Faktor jalan lahir (pinggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor)
Penyebab partus lama sebagian besar adalah karena panggul ibu yang terlalu sempit, atau gangguan penyakit pada tulang sehingga kepala bayi sulit untuk berdilatasi sewaktu persalinan. Faktor genetik, fisiologis, dan ingkungan termasuk gizi mempengaruhi perawakan seorang ibu. Perbaikan gizi dan kondisi kehidupan juga penting karena dapat membantu mencegah terhambatnya pertumbuhan. Selain itu servik yang terlalu kaku juga dapat berdampak pada lambannya kemajuan persalinan, karena akibat servik yang kaku akan menghambat proses penipisan portio yang nantinya akan berdampak pada lamanya pembukaan. Adanya tumor juga sangat berpengaruh terhadap proses lamanya persalinan. Jika terjadi tumor di organ reproduksi khususnya pada jalan lahir tentunya akan menghalangi proses lahirnya bayi yang kemungkinan besar akan mengakibatkan partus lama.

d.  Disproporsi fetovelvik
Disproporsi fetopelfik adalah ketidak mampuan janin untuk melewati panggul. Disproporsi dapat absolut atau relati£ Absolut apabila janin sama sekali tidak akan dengan selamat melewati jalan lahir. Disproporsi relatif terjadi apabila faktor-faktor lain ikut berpengaruh. Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang efisien, keionggaran jaringan lanak, letak, presentasi dan kedudukan janin yang menguntungkan, dan kemampuan kepala janin untuk mengadakan moulage. Sebaliknya kontraksi yang jelek, jaringan lunak yang kaku, kedudukan abnormal, dan ketidak mampuan kepala untuk mengadakan moulage sebagaimana mestinya, semuanya dapat menyebabkan persalinan menjadi lama, bahkan kemungkinan besar persalinan vaginal tidak mungkin.

e.  Kerja uterus yang tidak efisien
Kemajuan persalinan yang lambat sering kali disebabkan oieh kontraksi uterus yang tidak efisien. Jika tidak terdapat kontraksi yang efektif, penurunan bagian presentasi janin akan berlangsung lambat. Praktik prestriksi makanan dan cairan pada ibu bersalin dapat memberikan efek yang buruk pada kontraksi karena otot memerlukan suplai energi yang adekuat untuk berkontraksi secara efektif. Ambulasi dapat meningkatkan aktivitas uterus yang lebih efektif.

f.  Usia
Usia menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994) adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan). Berdasarkan pengertian di atas usia ibu dalam penelitian ini adalah lama seorang ibu hidup sampai melahirkan.  Jika dilihat dari sisi biologis manusia 20 - 35 merupakan tahun terbaik wanita untuk hamil karena selain di usia ini kematangan organ reproduksi dan hormon telah bekerja dengan baik juga belum ada penyakit-penyakit degenerative seperti hipertensi, diabetes, serta daya tahan tubuh masih kuat. Tidak semua ibu dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun dipastikan mengalami partus lama, akan tetapi pada sebagian wanita dengan usia yang masih muda organ reproduksinya masih belum begitu sempurna dan fungsi hormon-hormon yang berhubungan dengan persalinan juga belum sempurna pula. Ditambah dengan keadaan psikologis, emosional dan pengalaman yang belum pernah dialami sebelumnya dan mempengaruhi kontraksi uterus menjadi tidak aktif, yang nantinya akan mempengaruhi lamanya persalinan. Sedangkan pada ibu dengan usia lebih dari 35 tahun diketahui kerja organ-organ reproduksinya sudah mulai lemah, dan tenaga ibu pun sudah mulai berkurang, hal ini akan membuat ibu kesulitan untuk mengejan yang pada akhirnya apabila ibu terus menerus kehilangan tenaga karena mengejan akan terjadi partus lama (Amuriddin, 2009).

g.  Paritas
Menurut Wiknjosastro salah satu penyebab kelainan his yang dapat menyebabkan partus lama terutama ditemukan pada primigravida khususnya primigravida tua, sedangkan pada multipara ibu banyak ditemukan kelainan yang bersifat inersia uteri. Salah satu penyebab terjadinya partus lama menurut Moechtar (1998) adalah kelainan his, his yang tidak normal baik kekuatan maupun sifatnya ridak menghambat persalinan. Kelainan his dipengaruhinya oleh herediter, emosi, dan ketakutan menghadapi persalinan yang sering dijumpai pada primagravida. Dikatakan bahwa terdapat kecenderungan kesehatan ibu yang berparitas rendah lebih baik dari yang berperitas tinggi.

h.  Ketuban pecah dini ketika serviks masih tertutup, keras dan belum mendatar.
Pecahnya ketuban dengan adanya serviks yang matang dan kontraksi yang kuat tidak pernah memperpanjang persalinan. Akan tetapi, apabila kantong ketuban pada saat serviks masih panjang, keras dan menutup, maka sebelum dimulainya proses persalinan sering terdapat periode laten yang lama. Hal ini dipengaruhi dimana ketika terjadi kesempitan pintu atas panggul (PAP) yang akhirnya berpengaruh terhadap persalinan yaitu pembukaan serviks lamban dan seringkali tidak lengkap. Kerja uterus yang tidak efisien mencakup ketidak mampuan serviks untuk membuka secara lancar dan cepat, disamping kontraksi rahim yang tidak efisien pada akhirnya akan terjadi partus lama.

i.  Analgesik dan anastesis yang berlebihan dalam fase leten
Kadang-kadang besar gaya yang dihasilkan oleh kontraksi otot abdomen sangat menurun sehingga pelahiran pervaginan spontan tidak terjadi. Sedasi berat atau analgesia epidural yang berlebihan cenderung mengurangi refleks keinginan untuk mengejan terlebih mengingat saat fase laten keadaan portio masih tebal dengan pembukaan kurang dari 4cm. Hai ini akan menyebabkan portio bertambah lama untuk menipis sehingga pembukaan menjadi semakin lamban. Analgesia epigural menurunkan kadar oksitosin alamiah dan merelaksasikan otot dasar pelvis yang normalnya keras. Bentuk penghilangan nyeri ini berhubungan dengan penurunan kontraksi dan peningkatan penggunaan oksitosin intravena (IV). Epidural meningkatkan insiden malrotasi, persalinan lama dan intervensi yang bersangkutan.

j.  Wanita yang dependen, cemas dan ketakutan
Wanita yang dependen, cemas dan ketakutan merupakan calon persalinan lama. Tipe wanita lainnya adalah wanita yang maskulin, masochistik yang kelihatannya menikmati rasa nyeri yang dialaminya.

k. Respons stres
Stres psikologis memitiki efek fisik yang kuat pada persalinan. Hormon stres, seperti adrenalin, berinteraksi dengan reseptor-beta di dalam otot uterus dan menghambat kontraksi, memperlambat persalinan. Ini merupakan respons involunter ketika ibu merasa terancam atau tidak aman, persalinannya berhenti baginya untuk mencari tempat yang dirasakannya aman.

l. Pembatasan mobilitas dan postur semi-rekumben
Percobaan cochrane review (Gupta dan Nikodem, 2002) mengemukakan bahwa imobilitas atau posisi terlentang memiliki beberapa efek sampling yaitu sebagai berikut :
1)    Penurunan kadar sirkulasi oksitosin alamiah
2)    Berefek buruk terhadap kontraksi dan juga kemajuan persalinan mengakibatkan rata-rata persalinan lama.
3)    Peningkatan penggunaan oksitosin untuk augmentasi
4)    Posisi terlentang dapat berakibat kala dua persalinan memanjang
5)    Ibu merasakan kontraksi lebih menyakitkan pada kala dua bila berbaring terlentang.

m. Puasa ketat
Beberapa klinisi merekomendasikan puasa dalam persalinan karena kekhawatiran mereka mengenai bahaya aspirasi lambung. Aspirasi lambung adalah masalah yang berhubungan dengan tekhnik anastesi buruk saat diberikan anastesi umum dan bukan karena adanya makanan dalam lambung. Puasa ketat pada persalinan dapat mengakibatkan persalinan lama, diagnosis distosia, dan sederet interfensi yang berkulminasi pada kelahiran sesar (Leveno, 2009)

Penetapan kadar HB

Hemoglobin dapat ditetapkan dengan berbagai cara, antara lain metode sahli, metode oksihemoglobin, atau metode sianmethemoglobin.
Metode Sahli
Dasar Metode sahli merupakan satu cara penetapan hemoglobin secara visual. Darah diencerkan dengan larutan HCl sehingga hemoglobin berubah menjadi hematin asam. Untuk dapat menentukan kadar hemoglobin dilakukan dengan mengencerkan larutan campuran tersebut dengan aquadest sampai warnanya sama dengan warna batang gelas standar.
Alat untuk mengambil darah vena atau darah kapiler hemometer sahli, yang terdiri atas:
1)    tabung pengencer panjang 12 cm, dinding bergaris mulai angka 2 (bawah) s/d 22 (atas)
2)    Dua tabung standar warna
3)    Pipet Hb. dengan pipa karet panjang 12,5 cm terdapat angka 20
4)    Pipet HCl
5)    Botol tempat aquadest dan HCl 0, IN
6)    Batang pengaduk (dari glass)
7)    Larutan HCl 0,1 N 8) aquadest
Nilai Normal menurut Dacie
1)    Dewasa laki-laki : 13,5 - 18,0 gr%
2)    Dewasa wanita : 11,5 - 16,5 gr%
3)    Bayi (< 3bln) : 13,6 - 19,6 gr%
4)    Umur 1 tahun : 11,0 - 13,0 gr%
5)    umur 12 tahun :11,5 - 14,8 gr%

Metode Oksihemoglobin
Metode yang paling sederhana dan tercepat dalam fotometri. Tetapi keterandalan ini tidak dipengaruhi oleh kenaikan bilirubin plasma. Kerugiannya standar oksihemoglobin tidak stabil. Darah dicampur dengan larutan Natrium Karbonat 0,1% atau amoium hidroksida dan dikocok terjadi oksihemoglobin, intensitas warnanya diukur secara spektofotometrik.

Metode Sianmethemoglobin
Ferrosianida mengubah besi pada Hb dari bentuk ferro ke bentuk ferri menjadi methemoglobin yang kemudian bereaksi dengan KCN membentuk pigmen yang stabil yaitu sianmethemoglobin. Intensitas warna yang terbentuk yang diukur fotometrok 540 nm. Kalium-hidrogen-fosfat digunakan agar pH tetap di mana reaksi dapat berlangsung sempurna pada saat yang tepat. Deterjen berfungsi mempercepat hemolisa darah serta mencegah kekeruhan yang terjadi oleh protein plasma.

Pengobatan Anemia dalam kehamilan

Untuk menghindari terjadinya anemia sebaiknya ibu hamil melakukan pemeriksaan sebelum hamil sehingga dapat data-data dasar kesehatan umum calon ibu tersebut dalam pemeriksaan kesehatan disertai pemeriksaan laboratorium, termasuk pemeriksaan tinja sehingga diketahui adanya infeksi parasti. Pemerintah telah menyediakan preparat besi untuk dibagikan kepada masyarakat sampai keposyandu. Contoh preparat Fe diantaranya Barralat, Biosanbe, Iberet, Vitonal, dan Hemaviton. Semua preparat tersebut dapat dibeli bebas (Manuaba, 1988). Terapi anemia defisiensi besi adalah dengan preparat besi oral dan parenteral : 
  1. Terapi oral ialah dengan pemberian preparat besi sulfat, fero gluconat atau noferobisirat. Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr% /bulan. Kini program nasional mengajurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 mg asam folat untuk profilaksis anemia.
  2. Pemberian preparat parental yaitu dengan forum dextran sebanyak 1000 mg (20 ml) intervena atau 2 x 10 ml/im. Pada gluteus, dapat meningkatkan Hb relatif lebih cepat yaitu 2 gr % pemberian parenteral ini mempunyai indikasi. Intoleransi besi pada traktus gastrointestinal, anemia yang berat, dan kepatuhan yang buruk. (Prawirohardjo, 2006 : 292)

21 Oktober, 2010

Gambaran Perilaku Orangtua Terhadap Anak Balita Penderita Gizi Buruk

Gizi buruk merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia, termasuk di Provinsi Aceh. Angka paling mencolok pada balita penderita gizi buruk di kabupaten Aceh Barat Daya. Terjadi gizi buruk salah satu penyebabnya adalah faktor perilaku orangtua. Meskipun ada upaya mengatasi gizi buruk namun masih belum tuntas. Karena Itu merupakan tantangan dalam bidang kesehatan, sehingga tertarik untuk meneliti ”Gambaran perilaku orangtua terhadap anak balita penderita gizi buruk di kabupaten Aceh Barat Daya tahun 2009”.
Penelitian ini bersifat deskriptif, dengan tujuan untuk mengetahui gambaran perilaku orangtua terhadap balita penderita gizi buruk. Menggunakan metode total sampel 56 orangtua yang mempunyai anak balita penderita gizi buruk. Hasil penelitian umumnya pendidikan orangtua tidak tamat SD 50,0%, sebagian besar pekerjaan orangtua sebagai nelayan/tani 89,3%, penghasilan orangtua mayoritas di bawah UMR Aceh 80,4%, pengetahuan orangtua sebagian besar rendah 48,2%, sikap orangtua sebagian besar kurang baik 64,3%, sebagian mengakui ada tradisi 46,4%, ketersediaan pangan orangtua cukup 91,1%, dukungan fasilitas kesehatan tinggi 83,9%, dukungan petugas kesehatan tinggi 64,3% dan tindakan orangtua rendah 76,8%.
Disarankan kepada Pemda dan Dinas Kesehatan hendaknya lebih memperhatikan masalah gizi buruk pada wilayah kerja Puskesmas. Perlu adanya proaktif petugas kesehatan setempat memberikan penyuluhan gizi. Kepada orangtua diharapkan memberikan makananan bergizi untuk balita tanpa mengharap bantuan
pemerintah.

Kata kunci : Gizi Buruk, Balita, Gambaran Perilaku, Orangtua, Abdya

Malnutrition is one of the nutrition problems in Indonesia, including in Aceh Province. The most striking figures in severely malnourished infants in the district of Aceh Barat Daya. Malnutrition occurs one factor causes a parent's behavior. Although there are efforts to overcome malnutrition but still not finished. Because It
is a challenge in the health field, so interested in studying "The picture of the behavior of parents of children under five severely malnourished in Southwest Aceh district in 2009".
This study is descriptive, with the aim to find a picture of parental behavior severely malnourished infants. Using the method of the total sample of 56 parents who have children under five severely malnourished. The results generally are not a parent education 50.0% complete primary school, most parents work as fishermen / farmers 89.3%, the majority of parents earning below minimum wage 80.4% of Aceh, most of the parents knowledge low 48.2%, being a parent most of the poor 64.3%, admitted there was some 46.4% traditions, food availability is 91.1% parents, health facility support high 83.9%, high health support 64.3%, and 76 low parental actions, 8%. Recommended to the Government and the Public Health Service should pay more attention to the problem of malnutrition in Puskesmas working area. There needs to be proactive local health workers provide nutritional counseling. Parents are expected to provide nutritious food for infants makananan without expecting government assistance.

Keywords: Malnutrition, Toddlers, Preview Behavior, Parents, Abdya.

Anda tertarikUntuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Memberikan Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan

Pemberian makanan tambahan sangat diperlukan terutama untuk bayi di atas umur enam bulan yang sudah memerlukan makanan tambahan bergizi. Pemberian makanan tambahan yang terlalu dini berbahaya karena seorang bayi belum memerlukan makanan tambahan saat ini dan makanan tersebut dapat menggantikan ASI lebih sedikit, menyebabkan risiko terjadi infeksi pada bayi meningkat, selain itu tidak ditemukan bukti bahwa pemberian makanan tambahan pada usia empat atau enam bulan lebih menguntungkan, bahkan mempunyai dampak negatif untuk kesehatan bayi. Banyak faktor yang mempengaruhi ibu memberikan makanan tambahan pada bayi kurang dari enam bulan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif analitik. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Simpang Limun Medan tahun 2008. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ibu memberikan makanan tambahan pada bayi kurang dari enam bulan di wilayah kerja Puskesmas Simpang Limun Medan.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi ibu memberikan makanan tambahan pada bayi kurang dari enam bulan adalah faktor pengetahuan ibu (P = 0,002), faktor petugas kesehatan (P = 0,009), faktor iklan (P = 0,012), faktor kebudayaan (P = 0,019).
Disarankan kepada ibu-ibu lebih berperan aktif dalam meningkatkan pengetahuan dengan mengikuti penyuluhan yang dilakukan oleh petugas puskesmas dan lebih selektif dalam memilih dan mengikuti iklan-iklan produk makanan tambahan, serta tenaga kesehatan diharapkan agar lebih aktif dalam memberikan dukungan serta penyuluhan kepada masyarakat tentang kesehatan dan pentingnya pemberian ASI Eksklusif.

Kata Kunci : Pemberian Makanan Tambahan (PMT), bayi

ANDA tertarikUntuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : <<<>>>

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Infeksi

Penyakit infeksi merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian yang terjadi pada bayi dan anak terutama sering terjadi pada negara berkembang termasuk Indonesia. Bahkan dalam keadaan kekurangan gizi seseorang akan lebih rentan terhadap infeksi.Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan bahwa di Indonesia penyakit infeksi yaitu ISPA dan diare merupakan penyebab kematian dua tertinggi pada balita dengan PMR 19 % dan 10%.
Penelitian bersifat deskriptif analitik dengan desain cross sectional dilakukan di Desa Mangkai Baru Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara Tahun 2010 dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit infeksi pada anak balita. Populasi dalam penelitian ini adalah anak balita berusia 12 - 60 bulan yang berdomisili di Desa Mangkai Baru Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara. Sampel yang dibutuhkan 110 orang diambil secara purposive yaitu semua anak balita di Dusun III. Dari hasil penelitian didapatkan prevalensi kejadian penyakit infeksi pada anak balita dalam 1 bulan adalah 69,1%. Hasil analisis bivariat terdapat 2 variabel yang mempunyai hubungan asosiasi yang bermakna dengan terjadinya penyakit infeksi pada anak balita yaitu pendidikan ibu rendah (RP=2,465; p=0,000), ibu yang bekerja (RP=0,687; p=0,018). Tidak ada hubungan antara umur anak balita (p=0,410), jenis kelamin anak balita (p=0,110), berat badan lahir (p=0,827),status imunisasi (p=0,754), ASI Eksklusif (p=0,225), jarak kelahiran (p=0,073), kepadatan hunian (p=0,204), ketersidiaan jamban (p=0,923), dan sanitasi lingkungan (p= 0,794) dengan kejadian penyakit infeksi. Hasil analisis multivariat diperoleh bahwa hanya pendidikan ibu yang rendah yang berhubungan. Persamaan regresi yang terbentuk adalah Y = -3,341 +2,052X1. Petugas Puskesmas diharapkan lebih aktif dalam meningkatkan pengetahuan para ibu tentang perawatan kesehatan anak melalui penyuluhan. 
Kata kunci: penyakit infeksi, cross sectional, faktor yang berhubungan


Infection disease is one of the major causes of pains and mortality on infant and children, especially in developing countries include Indonesia. Even, individual will be more susceptible to infection in the malnutrition condition. National Household Survey showed that Acute Respiratory Infection disease (ARI) and diarrhea caused top both of death in under five children with Proportional Mortality Rate (PMR) 19 and 10% . Analytical research with cross sectional design was taken place in Mangkai Baru, Lima Puluh on 2010, in order to analyze the some factors that related with infection disease in under five age children. The population in this research was under five age children 12 - 60 months in Mangkai Baru, Lima Puluh. The sample was taken by purposive in dusun III. The results of this research got prevalence of infection diseases in a month was 69,1%.The result of bivariate analysis showed a huge relation among mother’s education (RP=2,465; p=0,000), mother job (RP=0,687; p=0,018) with infection diseases. There is no relation among age (p=0,410), sex (p=0,110), born with low weight (p=0,287), state immunization (p=0,754), exlusive breast milk (p=0,225), dintence of birth (p=0,073), population density (p=0,204), existence of toilet (p=0,923), environment sanitation (p= 0,794) with infectious diseases. The result of multivariat analysis got low mother education was related factor to infection diseases in under five age children. The formula wasY = -3,341+2,052X1 . The employee of public health center should be active to improve mother’s knowledge especially in children’s health care by conseling. 

Keywords: infectious diseases, cross sectional, related factor

ANDA tertarikUntuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : <<<>>>

19 Oktober, 2010

Faktor faktor Penghambat Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif

ASI eksklusif merupakan nutrisi yang terbaik bagi bayi dan terpenting untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal. Pemberian ASI eksklusif akan membantu pertumbuhan yang adekuat dalam 6 bulan pertama untuk mencapai status gizi yang baik. Adapun beberapa faktor yang menjadi penghambat pemberian ASI eksklusif adalah faktor kesehatan bayi, faktor kesehatan ibu, faktor pengetahuan ibu, faktor pekerjaan, faktor estetika, faktor petugas kesehatan, faktor iklan dan faktor budaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penghambat Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif Di Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan. Penelitian ini menggunakan desain statistik deskriptif. Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu-ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan yaitu sebanyak 30 orang selama tahun 2008, pengambilan sampel menggunakan tehnik total sampling yaitu seluruh ibu-ibu yang tinggal di Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan yang memiliki bayi usia 0 – 6 bulan. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2009 dengan wawancara terstruktur menggunakan kuesioner yang terdiri dari 2 bagian yaitu data demografi dan faktor-faktor penghambat ibu dalam pemberian ASI eksklusif. Data yang telah terkumpul diolah dengan menggunakan statistik deskriptif dan untuk menentukan faktor yang paling dominan yang menjadi penghambat pemberian ASI eksklusif dengan metode regresi berganda melalui program komputerisasi. Hasil analisa menunjukkan bahwa faktor-faktor penghambat ibu dalam pemberian ASI eksklusif yang paling dominan adalah faktor iklan dengan nilai koefisien (B) sebesar 3,090, faktor budaya sebesar 2,675, dan faktor pengetahuan sebesar 2, 176.

Kata Kunci : Faktor- Faktor Penghambat ASI Eksklusif


ANDA TERTARIK DENGAN JUDUL KTI DI ATAS .......
SILAHKAN ANDA PESAN KESELURUHAN ISI KTI DI SINI >>>>>





18 Oktober, 2010

Faktor Yang Behubungan Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) Pada Balita

Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) merupakan salah satu penyebab kematian pada balita di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Berdasarkan catatan bulanan P2 ISPA Dinas Kesehatan Kabupaten Nias yang wilayah kerjanya Kelurahan Ilir didapatkan bahwa rata-rata realisasi penemuan penderita batuk bukan pneumonia setiap bulannya sebesar 20,22% pada tahun 2006
dan 49,64% pada tahun 2007.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita di Kelurahan Ilir Gunungsitoli Kabupaten Nias tahun 2008. Jenis penelitian adalah observasional analitik dengan desain Cross-Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita yang ada di wilayah Kelurahan Ilir Gunungsitoli dan sampelnya adalah diambil secara purposive yaitu balita termuda dari keluarga yang tinggal di lingkungan 6, 7, dan 8 yang berjumlah 157 orang. Data diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner, observasi, dan pengukuran. Analisis data meliputi analisis univariat, bivariat dengan menggunakan uji Chi-Square dan multivariat dengan menggunakan regresi logistik.
Dari hasil penelitian didapatkan prevalens rate ISPA pada balita di wilayah Kelurahan Ilir Gunungsitoli Kabupaten Nias tahun 2008 sebesar 79,6%. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa dari 17 variabel yang diteliti, terdapat 7 variabel yang mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian ISPA pada balita yaitu : status gizi (p=0,015), ASI eksklusif (p=0,011), status imunisasi (p=0,007), pendapatan keluarga (p=0,023), kelembaban ruangan (p=0,005), ventilasi rumah (p=0,000), kepadatan hunian rumah (p=0,037).
Hasil analisis multivariat diperoleh bahwa faktor dominan yang mempengaruhi kejadian ISPA pada balita di Kelurahan Ilir Gunungsitoli Kabupaten Nias tahun 2008 adalah ventilasi rumah, pendapatan keluarga, dan status ASI eksklusif. Dengan diketahuinya faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit ISPA pada balita di wilayah Kelurahan Ilir Gunungsitoli ini maka diharapkan kepada Kepala Lurah dan Kepala Puskesmas setempat untuk meningkatkan penyuluhan tentang gizi yang baik, ASI eksklusif, imunisasi, dan persyaratan rumah sehat. Bagi keluarga yang pendapatan keluarganya rendah supaya meningkatkan taraf hidupnya, dan bagi yang kelembaban, suhu, ventilasinya kurang baik supaya memperbaikinya, membuka jendela dan pintu setiap pagi, untuk rumah yang padat penghuninya supaya menyiapkan kamar yang cukup luas untuk anak balitanya.

Kata Kunci : ISPA, Balita, Faktor Berhubungan

Tertarik untuk melakukan penelitian dengan permasalahan yang sama 
SILAHKAN ANDA PESAN KESELURUHAN ISI KTI DI SINI >>>>>


Faktor- Faktor yang Memengaruhi Keikutsertaan Wanita Pasangan Usia Subur dalam Penggunaan KB IUD

Dalam paradigma baru program KB sangat ditekankan pada pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga. Ada berbagai macam pilihan alat kontrasepsi, salah satunya adalah IUD yang merupakan salah satu metode kontrasepsi non hormonal yang efektif dengan satu kali pemasangan untuk jangka waktu yang lama. Namun kenyataannya di Indonesia alat kontrasepsi yang lebih populer adalah kontrasepsi hormonal, padahal pemakaian kontrasepsi jangka panjang dapat terjadi risiko, salah satunya terkena osteoporosis. Banyak faktor yang memengaruhi keikutsertaan wanita pasangan usia subur (PUS) dalam penggunaan KB IUD.
Penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat deskriptif analitik yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi keikutsertaan wanita PUS dalam penggunaan KB IUD di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2010. Populasi penelitian adalah seliruh wanita PUS yang ber-KB di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan dan sampel penelitian berjumlah 140.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi wanita PUS dalam penggunaan KB IUD adalah faktor pengetahuan ibu (p = 0,008), faktor sikap ibu (p = 0,000), faktor partisipasi suami (p = 0,011) dan faktor pelayanan KB (p = 0,000).
Disarankan kepada petugas kesehatan dan petugas lapangan KB harus memiliki skil yang terampil sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam memberikan pelayanan dan penyuluhan guna meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu dan turut menyertakan suami dalam memberikan penyuluhan agar dapat memilih IUD sebagai alat kontrasepsi jangka panjang yang efektif dan efesien.

Kata kunci : Wanita PUS, Penggunaan KB IUD,


In the new paradigm of family planning/KB programs is emphasized on the importance of efforts to respect the reproductive rights as an integral effort in improving the quality of the family. There are a variety of contraceptive options, one of the options is IUD which is one of non-hormonal contraceptive methods are effective with a one-time installation for a long time. But the reality in Indonesia, the more popular contraception is hormonal contraception, although in long-term contraception risks can occur, one of them is osteoporosis. Many factors affect the participation of women of reproductive age couples (EFA)/PUS in the use of Family Planning IUD.
This study is a survey research with descriptive analytic design which aimed to identify factors that influence the participation of EFA/PUS women use an IUD Family Planning in Tanjung Rejo Village Percut Sei Tuan Sub District in 2010. The study population were all EFA/PUS women who joined KB that were in the village of Tanjung Rejo Percut Sei Tuan sub district and samples consist of 140 people.
The results obtained showed that the factors that affect EFA/PUS women use an IUD KB is the mothers knowledge factor (p = 0.008), mothers attitude factors (p = 0.000), husband participation factor (p = 0.011) and family planning/KB service factor (p = 0.000).
Suggested to the health and family planning/KB field officers must have good skills according to the standards in providing services and counseling to enhance knowledge and attitude of the mother and also make the husband include in counseling so that they both can be able to choose an efficient and effective contraception. 

Keywords: EFA/PUS Women, Use of KB IUD

Tertarik untuk melakukan penelitian dengan permasalahan yang sama 
SILAHKAN ANDA PESAN KESELURUHAN ISI KTI DI SINI >>>>>

Analisis Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik Pada Akseptor KB

Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2006 mencapai 222,2 juta jiwa, sehingga menjadi masalah bagi Indonesia. Pertumbuhan penduduk yang cepat mempersulit usaha peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia. Salah satu usaha upaya menurunkan jumlah kelahiran dengan program keluarga berencana, diantaranya dengan menggunakan alat kontrasepsi suntik. Pada tahun 2007 akseptor KB di Indonesia 31,6%. Berdasarkan rekapitulasi hasil pendataan keluarga tingkat kelurahan Harjosari I aseptor KB 3.436 orang. Jumlah akseptor KB suntik 1.354 orang dengan proporsi 39,40% merupakan urutan pertama dari akseptor KB di Kelurahan Harjosari I.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis beberapa faktor yang berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi suntik pada akseptor KB di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh akseptor KB yang bertempat tinggal di kelurahan Harjosari I, sampel semua akseptor KB yang berdomisili dilingkungan 12 yang berjumlah 130 akseptor KB.Lingkungan terpilih ditentukan secara purposive. Analisis statistik dilakukan dengan analisis univariat, analisis bivariat dan analisis multivariat.
Dari hasil penelitian prevalens rate yang menggunakan alat kontrasepsi suntik 49,2%. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat dua variabel yang mempunyai hubungan asosiasi yang bermakna antara umur (p=0,027), pengetahuan (p=0,000) dengan penggunaan alat kontrasepsi suntik dan tidak ada hubungan asosiasi yang bermakna antara pendidikan (p=0,390), pendidikan (p=0,306), umur menikah (p=0,290), paritas (p=0,288) dan dukungan keluarga (p=0,549) dengan penggunaan alat kontrasepsi suntik. Hasil analisis multivariat di peroleh faktor dominan yang mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi suntik di kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas adalah pengetahuan.
Tingginya prevalensi penggunaan alat kontrasepsi suntik maka perlu diupayakan supaya
Beruah ke yang lebih efektif seperti alat kontrasepsi IUD, Implan dan tubektomi karena efek alat kontrasepsi suntik yang dapat menyebabkan gangguan haid serta menambah berat badan akseptor. Penggunaan alat kontrasepsi suntik oleh akseptor KB dengan paritas ≥ 2 orang sebaiknya menggunakan alat kontrasepsi yang lebih efektif yaitu IUD, Implan, tubektomi karena jumlah anak ≥ 2 orang sudah jumlah anak ideal yang merupakan tujuan program KB.
Kata kunci :kontrasepsi suntik,ratio prevalensi.

Amount residents of Indonesia at 2006 to attarned 222,2 million life, to became a problem for Indonesia the fast grouth from the residents complicated effort to raise people prosperity of Indonesia. One of the effort to go down amount birth with a planned family program, such as with use inject contraception. At 2007 amount family program asesor 31,6%. From the basic of yield data collection, dictrict of Harjosari Village I, planned family programs asesor 3.436 peopole. Amount planed family programs inject asesor1.354 people with proporsi 39,40% to constitute the first order from planned family programs asesor in Harjosari Village I.
This research purvosedto analisis some of factor that related with the use of inject contraception from planne family programs asesor in Harjosari Village I Subdistrict of Medan Amplas in 2010. This research character was analytic with cross sectional design. Population in this lived in Harjosari Village I. Sampel all the planned family programs asesor that lived in area 12 that amount 130. Planned family programs asesor. The choice area deserted as purposive. Statistic analice doing with univariat, bivariat analyce and multivariate analyce.
From amount prevalens rate research that used inject contraception 49,2%. Amount bivariat analyce indicate there two variable that had associate relation that sicnificant between age (P=0,027), knowledge (P=0,000) with inject contraception using and there wasn’t associaterelation that significant between education (P=0,390), occupation (P=0,306), age marriage (P=0,290), varity (P=0,288), and family support (P=0,549) with inject contraception using. Amount of multivariate analyce found dominant factor that influence inject contraception using in Harjosari I Village Subdistric Medan Amplas was knowledge.
The high prevalency from inject contraception using, then need to resources in order that change to more effective example inject contraception IUD, Implan, tubektomi because inject contraception can cause disruption of menstruation and advance body weight. The inject contraception using ≥ 2 people preferable use more effective contraception IUD, implant, tubektomi because parity ≥ 2 people ideal parity the goal of the program.
Keyword : Inject contraception, prevalency ratio.

Tertarik untuk melakukan penelitian dengan permasalahan yang sama 
SILAHKAN ANDA PESAN KESELURUHAN ISI KTI DI SINI >>>>>

Analisis Kejadian Diare pada Anak Balita

Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan bagi masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan diare serta menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan anak balita. Dari laporan Puskesmas Pembantu Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang tahun 2009 bahwa penyakit diare menduduki urutan kelima dalam sepuluh penyakit terbesar dengan proporsi 1,97%
Penelitian bersifat deskriptif analitik dengan desain cross sectional dilakukan di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 dengan tujuan untuk menganalisis kejadian diare pada anak balita. Populasi dalam penelitian ini adalah anak balita berusia 12 - 59 bulan yang berdomisili di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang. Sampel diambil secara porposive yaitu semua anak balita di lingkungan 14 yang berjumlah 110 orang .
Dari hasil penelitian didapatkan prevalensi kejadian diare pada anak balita dalam 1 bulan 38,2%. Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara status imunisasi campak (p=0,014; RP=1,916), pemberian ASI eksklusif p=(0,016; RP=5,495) dengan kejadian diare pada anak balita, dan tidak ada hubungan antara umur anak balita (p=0,127), jenis kelamin anak balita (p=0,085), status gizi (p=0,131), umur ibu (p=0,808) , pendidikan ibu (p=0,092), pekerjaan ibu (p=0,262), ketersediaan jamban (p=0,136), sanitasi lingkungan (p=0,792), dan penyediaan air bersih (p= 0,643) dengan kejadian diare pada anak balita.
Hasil analisis multivariat diperoleh faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadian diare adalah status imunisasi campak (p=0,011; RP=4,299).persamaan regresinya yang diperoleh adalah Y = -4,456 + 1,458 X1.Disarankan kepada ibu-ibu yang tinggal di Kelurahan Tanjung Sari yang mempunyai bayi agar membawa bayinya untuk imunisasi campak setelah berumur 9 bulan.

Kata kunci: Diare,cross sectional, analisis



Diarrhea has become one of main social problem in Indonesia. It is caused the high number of morbidity and mortality of diarrhea and it has became caused baby and under five age children death. Public Health Center of Tanjung Sari Medan Selayang in 2009 report that diarrhea was the fifth in ten greatest diseases and it proportion 1,977%
Analytical research with cross sectional design was taken place in Tanjung Sari Medan Selayang on 2010, in order to analyze diarrhea in under five age children. The population in this research was under five age children 12 - 59 months in Tanjung Sari, Medan Selayang. The sample was taken by purposive in lingkungan 14.
The results of this research got prevalence of diarrhea in a month are 38,2%. The result of bivariat analysis show a huge relation among measles immunization status (p=0,014; RP=1,916) , exlusive breast milk (p=0,016;RP=5,495) with diarrhea in under five age children. There is no relation among age (p=0,127), sex (p=0,085), nutrition status (p=0,131), mother age (p=0,808), mother educational (p=0,092), mother job (p=0,262), existence of toilet (p=0,136), sanitasi environment sanitation (p=0,792), a ndexistence of pure water (p= 0,643) with diarrhe in under five age children.
The result of multivariat analysis is got factors that most related with diarrhea was measles immunization. The formula was Y = -4,456 + 1,458 X1.
It’s suggested to Public Health Center of Tanjung Sari so that increase measles immunization after their babies have been 9 month.

Keywords: diarrhea, cross sectional, analysis

Tertarik untuk melakukan penelitian dengan permasalahan yang sama 
SILAHKAN ANDA PESAN KESELURUHAN ISI KTI DI SINI >>>>>

Analisis Kejadian Campak pada Balita

Campak adalah penyakit infeksi yang sangat menular, disebabkan oleh virus dengan gejala eksantem akut, demam, kadang kataral selaput lendir dan saluran pernapasan, gejala mata, diikuti erupsi makulopapula berwarna merah dan diakhiri dengan deskuamasi kulit. Berdasarkan Profil Kesehatan Sumatera Utara tahun 2007, jumlah penderita campak adalah 1.146 orang. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional. Tujuan penelitian menganalisis kejadian campak pada anak balita. Penelitian dilakukan di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai. Populasi adalah anak balita berusia 12 – 59 bulan di Kelurahan Tegal Sari Mandala III. Besar sampel adalah 112 orang. Sampel adalah seluruh balita di lingkungan XIV dan pemilihan lingkungan ditentukan secara purposive. Ditemukan prevalens rate campak 30,4%, proporsi anak balita berdasarkan umur dan jenis kelamin terbanyak pada anak yang tidak terkena campak kelompok umur 48-53 bulan dengan jenis kelamin perempuan 7,15%, status gizi baik 61,6%, yang tidak mendapat ASI eksklusif 69,6%, yang mendapatkan imunisasi 68,8%, yang mendapat imunisasi umur 9-11 bulan paling banyak pada jenis kelamin perempuan 35,1%, pendidikan ibu paling banyak adalah pendidikan tinggi 57,1%, pekerjaan ibu paling banyak adalah tidak bekerja 70,5%, pengetahuan ibu paling banyak adalah pengetahuan kurang 59,8%. Berdasarkan uji bivariat terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan kejadian campak p=0,018; RP=2,183. Variabel yang tidak berhubungan dengan campak adalah umur, jenis kelamin, status gizi, ASI Eksklusif, imunisasi, umur pemberian imunisasi, pendidikan ibu, pekerjaan ibu. Faktor paling dominan yang berhubungan dengan campak adalah pengetahuan ibu. Persamaan regresi yang terbentuk adalah Y = -0,620 + 1,076 X1.
Kepada Posyandu agar dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang campak sehingga mereka dapat memiliki pemahaman yang baik tentang campak dan pada gilirannya dapat menurunkan prevalens rate campak

Kata kunci : Campak, anak balita, cross sectional


Measles is a contagious disease caused by virus, the appearance of signs or symptoms are acute exanthem, fever, chataral of mucosa, rhinitis, conjunctivitis, reddish maculopapular rash, and ended with desquamation of the skin. Based on Health Profile of North Sumatera in 2007, there was 1.146 peoples contracted to measles. The design of this reasearch was cross sectional. The goal of this study was to analize the occurance of measles of under-five children. This research was held in Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai. Population was all under-five children in Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai. Sample size was 112 children. Sample was all children in lingkungan XIV which was determined by purposively. This research found the prevalence rate of measles was 30,4%, proportion of under-five children who didnot contract from measles most in female at age 48-53 month 7,15%, good level of nutrition 61,6%, proportion of under-five children who didn’t get exclusice breastfeeding 69,6%, proportion of under-five children who administered immunization 68,8%, proportion of under-five children who administered immunization by the age 9-11 month most in female 35,1%, proportion of mother’s education most in high education 57,1%, proportion of mother’s occupation most in housewife 70,5%, proportion of mother’s knowledge most in bad-knowledge 59,8%. According to bivariate test, there was a significant correlation between mother’s knowledge with the occurance of measles (p=0,018; RP=2,183). Variables which had not significant correlation with measles were age, sex, level of nutrition, exclusive breastfeeding, child’s immunization status, age of immunization, mother’s education, and mother’s occupation. The most dominant factor related to measles was mother’s knowledge. The equation of regression was Y = -0,620 + 1,076 X1.
The local government clinic should enhance mother’s knowledge about measles then we may decrease the prevalence rate of measles.

Key words: measles, under- five children, cross sectional


Tertarik untuk melakukan penelitian dengan permasalahan yang sama
SILAHKAN ANDA PESAN KESELURUHAN ISI KTI DI SINI >>>>>

Analisis Faktor yang Memengaruhi Tindakan Ibu dalam Pencarian Pengobatan dan Pemulihan Penyakit Pneumonia Pada Balita

Di Indonesia, penyakit pneumonia masih merupakan salah satu masalah kesehatan di masyarakat. Di Kota Medan, pneumonia merupakan penyakit ketiga dari 10 pola penyakit terbanyak di puskesmas di Provinsi Sumatera Utara dengan jumlah kasus 7.885. Puskesmas Pasar Merah merupakan salah satu puskesmas di Kota Medan yang memiliki angka kasus baru tertinggi terhadap pneumonia di wilayah kerjanya yaitu 16,87%. Pada tahun 2008 penderita pneumonia di Puskesmas Pasar Merah berjumlah 377 balita (13,14%).
Jenis penelitian ini adalah explanatory research, untuk menjelaskan pengaruh faktor predisposisi (pendidikan, pekerjaan, penghasilan keluarga), faktor pendukung (ketersediaan sarana kesehatan, jarak ke sarana kesehatan) dan faktor pendorong (pernah tidaknya memperoleh penyuluhan/informasi tentang pneumonia dari petugas kesehatan) terhadap tindakan ibu dalam pencarian pengobatan dan pemulihan penyakit pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Pasar Merah. Populasi penelitian adalah seluruh ibu yang mempunyai balita dengan pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Pasar Merah selama tahun 2008 yang berjumlah 377 orang, dan sampel penelitian berjumlah 79 responden dengan teknik pengambilan sampel secara acak. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan uji regresi linear berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pendidikan berpengaruh terhadap tindakan ibu dalam pencarian pengobatan dan pemulihan penyakit pneumonia pada balita, sedangkan faktor pekerjaan, penghasilan keluarga, ketersediaan sarana kesehatan, jarak ke sarana kesehatan dan pernah tidaknya memperoleh penyuluhan/informasi tentang pneumonia dari petugas kesehatan tidak berpengaruh terhadap tindakan ibu.
Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan peran serta aktif petugas kesehatan di Puskesmas Pasar Merah dalam meningkatkan penyuluhan atau memberikan informasi untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terutama pada ibu yang berpendidikan rendah.

Kata kunci : Tindakan Ibu, Pengobatan, Pemulihan, Pneumonia

The pneumonia disease in Indonesia is still one of the main health problems among the people. In Medan, pneumonia is the third of ten most recently diseases in the entire health centers in North Sumatra Province; with the total cases of 7.885 (seven thousand-eight hundred-eighty-five cases). The Pasar Merah health center is one of the health centers in Medan which has the highest incidents rate on pneumonia in its jurisdiction area with the level of 16.87% (sixteen-point-eighty seven percents). In the year of 2008, the number of pneumonia patients in the Pasar Merah health center were 377 babies (13.14%).
The design of this research was the explanatory research and was aimed to explain the influence of predisposing factors (education, employment, family income), enabling factors (the health services provided, the health center access) and reinforcing factors (the record of pneumonia socialization from the health representatives) to the mothers’ medical actions in seeking disease curing and rehabilitative the pneumonia disease to the under-five-year-old babies in the jurisdiction area of the Pasar Merah health center. The population of the research were the entire mothers who had under-five-year old babies that suffered from the pneumonia in the area during the year of 2008; with the total population were 377 mothers and the sampling of the research were 79 respondents with simple random sampling technique. The research instrument was using the questionnaire, and was analyzed by multiple linear regression test.
The result of research showed that the variabel of education had significant influence on the mothers’ medical actions in seeking disease curing and rehabilitative the pneumonia disease to the under-five-year-old babies; while employment, family income, the medical services provided, the health center access, and the absence of the record of pneumonia socialization from the medical representatives factors had no significant influence on the mothers’ medical actions.
Based on the result of the study, it is hoped that the health representatives work in Pasar Merah health center more actively in giving socialization activities to enrich the local people’s knowledge and horizon on health matters, especially to the low-educated mothers.

Keywords: Mothers’action, curative, rehabilitative, pneumonia

Tertarik untuk melakukan penelitian dengan permasalahan yang sama 
SILAHKAN ANDA PESAN KESELURUHAN ISI KTI DI SINI >>>>>

Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelengkapan Pemeriksaan Kehamilan Pada Ibu Yang Memiliki Balita

Kematian ibu merupakan masalah besar bagi negara berkembang. Pemeriksaan  kehamilan  yang  dilakukan  secara  teratur  dapat  menurunkan  angka kecacatan dan  kematian baik ibu maupun janin. Berdasarkan data dari Puskesmas Pembantu Tanjung Rejo, cakupan K1 di Kelurahan Tanjung Rejo adalah sebesar 90% dan cakupan K4 adalah sebesar 90%. Data ini belum mencapai target nasional yaitu
95%.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan kelengkapan  pemeriksaan  kehamilan  pada  ibu  yang  memiliki  balita  di  Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2010. Penelitian ini bersifat analitis dengan desain  cross sectional. Populasi  adalah ibu yang  memiliki balita. Jumlah sampel yang diperlukan yaitu 96 orang.
Dari hasil penelitian didapatkan proporsi pemeriksaan kehamilan yang tidak
lengkap  32,3%  dan  yang  lengkap  67,7%.  Hasil  analisis  bivariat  menunjukkan terdapat 4 variabel yang mempunyai hubungan yang signifikan dengan kelengkapan pemeriksaan kehamilan yaitu umur ibu (p=0,002), paritas (p=0,023), pengetahuan(p=0,001),  dan  faktor  keterjangkauan(p=0,005).  Sementara  variabel yang   tidak   berhubungan   dengan   kelengkapan   pemeriksaan   kehamilan   adalah pendidikan   ibu   (p=0,971),   pekerjaan   ibu   (p=0,916),   dan   dukungan   keluarga (p=0,625).
Hasil analisis multivariat di peroleh persamaan Y = -7,908 + 1,595X1  + 1,968
X2   + 1,278  X3.   Variabel  tersebut  adalah  umur  ibu,  pengetahuan  ibu  dan  faktor keterjangkauan.
Diharapkan kepada petugas Puskesmas Pembantu Tanjung rejo agar lebih meningkatkan penyuluhan tentang perlunya pemeriksaan kehamilan baik kepada ibu hamil maupun keluarganya untuk meningkatkan kesadaran ibu dan keluarga. Peneliti lain diharapkan agar dapat melanjutkan penelitian ini di tempat yang berbeda untuk mengetahui  faktor  mana  yang  paling  dominan  berhubungan  dengan  kelengkapan pemeriksaan kehamilan.

Kata kunci : pemeriksaan kehamilan, cross sectional, analisis faktor

Tertarik untuk melakukan penelitian dengan permasalahan yang sama 
SILAHKAN ANDA PESAN KESELURUHAN ISI KTI DI SINI >>>>>




11 Oktober, 2010

Pengetahuan dan tindakan ibu dalam perawatan perianal terhadap pencegahan ruam popok pada neonatus

Ruam popok adalah kelainan kulit berupa bercak kemerahan meradang. Pengetahuan pemakaian popok pada bayi di Indonesia teryata masih rendah. Penelitian di Inggris menemukan, 25 persen dari 12.000 bayi berusia empat minggu mengalami ruam popok. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya ruam popok adalah perawatan perianal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan, tindakan ibu dalam perawatan perianal terhadap pencegahan ruam popok pada neonatus dan angka kejadian ruam popok di Klinik Bersalin Sally Medan 2010. Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan besar sampel sebanyak 66 orang dengan metode pengambilan total sampling. Penelitian ini mulai dari bulan Februari- April 2010 menggunakan instrumen berupa kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan cukup sebanyak 30 orang (45,5%), terdapat tindakan yang salah dalam perawatan perianal terhadap pencegahan ruam popok pada neonatus yaitu sebanyak 30 orang (45,5%). Angka kejadian ruam popok pada neonatus di Klinik Bersalin Sally Medan 2010 yaitu sebanyak 26 orang (39,4%). Dari hasil penelitian diharapkan agar peneliti lanjutan lebih spesifik meneliti variabel yang lebih bervariasi atau dari sisi korelasi, agar dapat dilihat adakah hubungan antara pengetahuan dan tindakan dalam perawatan perianal terhadap pencegahan ruam popok pada neonatus.

Kata Kunci : Pengetahuan, tindakan, ibu yang mempunyai bayi 0-1 bulan,perawatan perianal, ruam popok pada neonatus

DAFTAR ISI:

BAB I. PENDAHULKUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfat Penelitian

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
B. Tindakan
C. Neonatus
1. Defenisi Neonatus
2. Kulit Neonatus
3. Karakteristik Kulit Neonatus
4. Popok Bayi
5. Cara membuang Pospak yang benar
D. Ruam Popok
1. Defenisi Ruam Popok
2. Etiologi Ruam Popok
3. Gejala Ruam Popok
4. Mencegah Ruam Popok
5. Perawatan perianal
6. Mengatasi Ruam Popok
7. Penanganan Ruam Popok
8. Berbagai Obat Atasi Ruam Popok
E. Karakteristik Responden

BAB. III KERANGKA PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
B. Defenisi Operasional

BAB. IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
2. Sampel
C. Tempat Penelitian
D. Waktu Penelitian
E. Etika Penelitian
F. Instrumen Penelitian
Universitas Sumatera Utara
G. Uji Validitas dan Reliabilitas
H. Pengumpulan Data
I. Pengolahan Data
J. Analisa Data
BAB . V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
2. Pengetahuan Responden
3. Tindakan Responden
4. Angka Kejadian Ruam Popok
B. Pembahasan

BAB . VI SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN



ANDA TERTARIK DENGAN JUDUL KTI DI ATAS .......
SILAHKAN ANDA PESAN KESELURUHAN ISI KTI DI SINI >>>>>

Tindakan Bidan dalam Penerapan Inisiasi Menyusu Dini

Inisiasi menyusu dini yang disingkat dengan IMD merupakan program yang sedang dianjurkan pemerintah. Karena program IMD dpat menurunkan angka kematian bayi pada umur 28 hari sekitar 22%. Inisiasi menyusu dini telah direkomendasikan oleh sebagai tindakan life saving, tetapi dalam penerapannya IMD itu sendiri belum tersosialisaikan dengan sempurna di beberapa Rumah Sakit. Inisiasi menyusu dini dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi sehingga mengurangi tingkat kematian bayi baru lahir, inisiasi menyusu dini juga meningkatkan ikatan batin ibu dan bayi. ada beberapa faktor penghambat inisiasi menyusu dini sehingga pelaksanaannya tidak dapat diterapkan dengan benar sehingga manfaatnya tidak dapat dirasakan secara optimal. Desain dalam penelitian ini adalah deskriftif yang bertujuan untuk menggambarkan Tindakan Bidan dalam Penerapan Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Tahun 2010 Medan. Populasi dalam penelitian ini adalah Bidan yang melakukan inisiasi menyusu dini di Wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan sebanyak duapuluh orang, pada bulan Januari sampai Mei 2010. Teknik yang dipakai dalam pengambilan sampel adalah total sampling. Instrument yang dipakai dalam penelitian ini yaitu menggunakan lembar observasi yang berisi pertanyaan tentang pelaksanaan inisiasi menyusu dini. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dari duapuluh orang responden didapat tindakan bidan cukup yakni sepuluh orang (50%), sedangkan dua orang (10%) responden memiliki tindakan baik. Dan responden yang memilki tindakan kurang yakni delapan orang (40%). Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam peningkatan ilmu pengetahuan dalam bidang kebidanan khususnya pelayanan kebidanan, pendidikan kebidanan dan penelitian berikutnya.

Kata kunci : Tindakan, Bidan, Penerapan IMD

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Pertanyaan Penelitian
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tindakan
B. Inisiasi Menyusu Dini
1. Definisi
2. Tahapan Inisiasi Menyusu Dini
3. Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini
4. Tata Laksana IMD Persalinan Caesar
5. Faktor Penghambat Proses Inisiasi Menyusu Dini
6. Inisiasi Menyusu Dini yang Dianjurkan
7. Pentingnya Skin Contact Pada IMD
a. Bagi Bayi
b. Bagi Ibu
8. Manfaat IMD

BAB III KERANGKA PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
B. Definisi Operasional

BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
B. Populasi dan Sampel
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
D. Pertimbangan Etik Penelitian
E. Alat Pengumpulan Data
1. Instrumen Penelitian
a. Kuesioner Data Demografi
b. Lembar Observasi
Universitas Sumatera Utara
2. Validitas Instrumen
F. Prosedur Pengumpulan Data
G. Analisa Data

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Bidan
2. Tindakan Bidan Dalam Penerapan IMD di Wilayah
Kerja Puskesmas Padang Bulan
B. Pembahasan
1. Tindakan Bidan Dalam Penerapan IMD

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ANDA TERTARIK DENGAN JUDUL KTI DI ATAS .......
SILAHKAN ANDA PESAN KESELURUHAN ISI KTI DI SINI >>>>>

Tindakan Bidan dalam Penerapan Inisiasi Menyusu Dini

Inisiasi menyusu dini yang disingkat dengan IMD merupakan program yang sedang dianjurkan pemerintah. Karena program IMD dpat menurunkan angka kematian bayi pada umur 28 hari sekitar 22%. Inisiasi menyusu dini telah direkomendasikan oleh sebagai tindakan life saving, tetapi dalam penerapannya IMD itu sendiri belum tersosialisaikan dengan sempurna di beberapa Rumah Sakit. Inisiasi menyusu dini dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi sehingga mengurangi tingkat kematian bayi baru lahir, inisiasi menyusu dini juga meningkatkan ikatan batin ibu dan bayi. ada beberapa faktor penghambat inisiasi menyusu dini sehingga pelaksanaannya tidak dapat diterapkan dengan benar sehingga manfaatnya tidak dapat dirasakan secara optimal. Desain dalam penelitian ini adalah deskriftif yang bertujuan untuk menggambarkan Tindakan Bidan dalam Penerapan Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Tahun 2010 Medan. Populasi dalam penelitian ini adalah Bidan yang melakukan inisiasi menyusu dini di Wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan sebanyak duapuluh orang, pada bulan Januari sampai Mei 2010. Teknik yang dipakai dalam pengambilan sampel adalah total sampling. Instrument yang dipakai dalam penelitian ini yaitu menggunakan lembar observasi yang berisi pertanyaan tentang pelaksanaan inisiasi menyusu dini. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dari duapuluh orang responden didapat tindakan bidan cukup yakni sepuluh orang (50%), sedangkan dua orang (10%) responden memiliki tindakan baik. Dan responden yang memilki tindakan kurang yakni delapan orang (40%). Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam peningkatan ilmu pengetahuan dalam bidang kebidanan khususnya pelayanan kebidanan, pendidikan kebidanan dan penelitian berikutnya.

Kata kunci : Tindakan, Bidan, Penerapan IMD

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Pertanyaan Penelitian
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tindakan
B. Inisiasi Menyusu Dini
1. Definisi
2. Tahapan Inisiasi Menyusu Dini
3. Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini
4. Tata Laksana IMD Persalinan Caesar
5. Faktor Penghambat Proses Inisiasi Menyusu Dini
6. Inisiasi Menyusu Dini yang Dianjurkan
7. Pentingnya Skin Contact Pada IMD
a. Bagi Bayi
b. Bagi Ibu
8. Manfaat IMD

BAB III KERANGKA PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
B. Definisi Operasional

BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
B. Populasi dan Sampel
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
D. Pertimbangan Etik Penelitian
E. Alat Pengumpulan Data
1. Instrumen Penelitian
a. Kuesioner Data Demografi
b. Lembar Observasi
Universitas Sumatera Utara
2. Validitas Instrumen
F. Prosedur Pengumpulan Data
G. Analisa Data

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Bidan
2. Tindakan Bidan Dalam Penerapan IMD di Wilayah
Kerja Puskesmas Padang Bulan
B. Pembahasan
1. Tindakan Bidan Dalam Penerapan IMD

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ANDA TERTARIK DENGAN JUDUL KTI DI ATAS .......
SILAHKAN ANDA PESAN KESELURUHAN ISI KTI DI SINI >>>>>

Sikap dan Tindakan Bidan Terhadap Penanganan Retensio Plasenta

Retensio plasenta merupakan salah satu penyebab perdarahan yang sering terjadi pada kala tiga persalinan. Menurut WHO 25% kematian maternal disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan, dari angka tersebut 16-17% disebabkan oleh retensio plasenta. Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting dan strategis dalam penurunan Angka Kematian Ibu (AKI). Apabila plasenta belum lahir melebihi waktu tiga puluh menit setelah bayi lahir, maka bidan dapat memberikan pertolongan kegawatdaruratan kebidanan dan penanganan perdarahan sesuai dengan indikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sikap dan tindakan bidan terhadap penanganan retensio plasenta di Desa Terjun Kecamatan Medan Marelan tahun 2010. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, besar sampel sebanyak 30 orang dengan metode pengambilan sampel total sampling. Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai Mei 2010. Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner untuk penelitian sikap dan lembar observasi untuk penelitian tindakan, serta dilengkapi dengan data demografi responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki sikap positif terhadap penanganan retensio plasenta yakni sebanyak 28 orang (93,3%) sedangkan untuk tindakan, mayoritas responden memiliki tindakan cukup terhadap penanganan retensio plasenta yakni sebanyak 16 orang (15,3%). Dari hasil penelitian ini diharapkan ada peneliti lanjutan tentang retensio plasenta dengan menggunakan desain penelitian eksperimen, sehingga hasil penelitian yang diperoleh benar-benar objektif.

Kata Kunci : Sikap, tindakan, bidan, penanganan retensio plasenta

DAFTAR ISI :
BAB I PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang 
B. Rumusan Masalah 
C. Tujuan Penelitian 
D. Manfaat Penelitian 

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 
A. Sikap 
B. Tindakan 
C. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Sikap dan Tindakan 
D. Retensio Plasenta 
1. Definisi 
2. Etiologi 
3. Mekanisme Pelepasan Plasenta 
4. Diagnosis 
5. Proses Penatalaksanaan Aktif Kala III 
6. Prosedur Manual Plasenta 

BAB III KERANGKA PENELITIAN 
A. Kerangka Konsep 
B. Definisi Operasional 

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 
A. Desain Penelitian 
B. Populasi dan Sampel 
1. Populasi 
2. Sampel 
C. Lokasi dan Waktu 
1. Lokasi Penelitian 
2. Waktu Penelitian 
D. Pertimbangan Etika Penelitan 
E. Instrumen Penelitian 
1. Kuesioner Penelitian 
2. Lembar observasi 
3. Validitas dan Reliabilitas Instrumen 
F. Prosedur Pengumpulan Data 
G. Analisis Data 

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 
A. Hasil Penelitian 
1. Karakteristik Responden 
2. Sikap Bidan Terhadap Penanganan Retensio Plasenta  
3. Tindakan Bidan Terhadap Penanganan Retensio Plasenta
B. Pembahasan 
1. Sikap Bidan Terhadap Penanganan Retensio Plasenta
2. Tindakan Bidan Terhadap Penanganan Retensio Plasenta 
C. Keterbatasan Penelitian 

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 
A. Kesimpulan 
B. Saran. 

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ANDA TERTARIK DENGAN JUDUL KTI DI ATAS ....... 
SILAHKAN ANDA PESAN KESELURUHAN ISI KTI DI SINI >>>>>

10 Oktober, 2010

Analisa Senam Hamil Pada Ibu Hamil di Kelas Ibu di Posyandu

Mengajarkan senam membantu pemulihan fisik mendorong istirahat, dan relaksasi rutinitas fisik kemudian dibuat pada masa antenatal untuk meningkatkan kesehatan fisik dan membantu mencegah masalah. Dalam program penekanan diberikan pada wanita hamil yang belajar rileks dan nafas dalam selama kontraksi. Thomas dan Grantly Dick Read menawarkan program persalinan dan menjadi orang tua mencakup pendidikan relaksasi dan pernapasan, sama halnya dengan bentuk pendidikan lain, telah ada gerakan dari pengajar didaktik authoritarian menjadi pendekatan terpimpin nyeri punggung bawah lazim terjadi pada kehamilan dengan insiden yang dilaporkan bervariasi kira-kira 50% di Inggris (Mantk 1994) sampai mendekati 70%  di Australia (Bullock Sasyton 1988) Manhe melaporkan bahwa 16% wanita-wanita yang diteliti mengeluh nyeri punggung yang hebat dan 36%. Dalam kajian Ostgaard et al, tahun 1991 melaporkan nyeri punggung yang signifikan faktor predispasis meliputi penambahan berat badan. Nyeri punggung terdahulu pada kehamilan merupakan predikrar nyeri punggung pada kehamilan berikutnya (McEvoy et al 2001). 
Materi persiapan senam untuk menjadi orang tua umumnya dibatasi hanya untuk senam abdanmen dan senam dasar panggul dan banyak ibu meminta bimbingan lanjutan dan senam dasar panggul dan banyak ibu meminta bimbingan lanjutan untuk mendapatkan senam yang bermanfaat, telah tercatat bahwa hampir 45% dari ibu –ibu usia subur mengikuti senam (Sady dan Carpter 1989), 42% dari 1.000 wanita yang melakukan senam yang di survai melanjutkan aktivitas selama mereka hamil. Ibu-ibu yang senam tidak teratur sering menjadi lebih sadar tentang kesehatan ketika hamil dan memutuskan untuk mengikuti program senam untuk memperbaiki kesehatan dan kebugaran (Hammer Etal, 2000)
Sesungguhnya senam bukanlah hal yang aneh dan luar biasa wanita-wanita di negara maju amat menyukai senam dan dalam latihan fisik baik selagi hamil maupun diluar kehamilan untuk menjaga fisik dan mentalnya. Di Indonesia hal ini baru disadari dari kelompok masyarakat kota-kota besar moderen dan maju, demikian pula halnya dengan latihan senam hamil. Latihan senam hamil yang diberikan di rumah sakit dan di rumah dengan waktu –waktu senggang secara teratur, bila tidak ada keadaan yang sangat patologis akan dapat menuntun wanita hamil ke arah persalinan yang fisiologis, perasaan takut, ketegangan jiwa dan fisik dapat menyebabkan otot dan persendian kaku sehingga berjalan tidak wajar, untuk mengatasi hal tersebut di atas agar memperoleh ketenangan dan relaksasi yang sempurna menghadapi peristiwa persalinan diperlukan 3 hal yaitu : kepercayaan pada diri sendiri, kepercayaan pada penolong dan latihan senam hamil (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH. 1998)

ANDA TERTARIK DENGAN JUDUL KTI DI ATAS ....... 
SILAHKAN ANDA PESAN KESELURUHAN ISI KTI DI SINI >>>>>


Gambaran Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi Dini Pasca Seksio Sesarea

Saat ini, persalinan dengan bedah sesar bukan hal yang baru lagi bagi para ibu maupun pasangan suami istri. Sejak awal, tindakan operasi cesar atau c-section merupakan pilihan yang harus dijalani karena kadaan gawat darurat untuk menyelamatkan nyawa ibu maupun janinnya. Mobilisasi dini merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat pemulihan pasca bedah dan dapat mencegah komplikasi pasca bedah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini pada ibu pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010. Pada penelitian ini digunakan desain penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang diambil dalam penelitan ini adalah ibu pasca seksio sesarea sebanyak 58 orang dengan menggunakan teknik pengambilan sampel secara accidental sampling, penelitian dilakukan pada bulan februari sampai april. Alat pengumpulan data yang dipergunakan pada penelitian ini adalah kuisioner yang berisi data tentang faktor fisiologis, faktor emosianol dan faktor perkembangan. Kusioner diisi sendiri oleh peneliti dengan cara diisi langsung oleh responden, Hasil penelitian distribusi frekuensi responden berdasarkan mobilisasi dini didapatkan hasil seluruh responden melakukan mobilisasi dini pasca seksio sesarea, dari faktor fisiologis distribusi frekuensi responden berdasarkan suhu tubuh dan perdarahan, seluruh responden dalam keadaan normal dan dilihat dari intensitas nyeri 36 responden (58,6%) berada dalam keadaan nyeri ringan, dari faktor emosional distribusi frekuensi responden berdasarkan kecemasan seluruh responden berada pada kecemasan ringan. dilihat dari faktor perkembangan Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur, dari rentang umur responden 31 – 35 tahun 25 responden (43,1%), distribusi frekuensi responden berdasarkan paritas mayoritas multigravida 31 responden (53,4%). Dapat disimpulkan seluruh responden melakukan mobilisasi dini. Bagi RS, meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di RSU khususnya di Ruang Rawat Inap Kebidanan.

Kata Kunci : Seksio sesarea, Mobilisasi dini

DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang 
B. Rumusan Masalah 
C. Tujuan Penelitian 
D. Manfaat Penelitian 

BAB II Tinjauan Pustaka
A. Mobilisasi Dini 
1. Pengertian Mobilisasi Dini 
2. Konsep Mobilisasi 
3. Rentang Gerak Dalam Mobilisasi 
4. Manfaat Mobilisasi 
5. Kerugian Bila Tidak Melakukan Mobilisasi 
6. Tahap–Tahap Mobilisasi Dini 
7. Faktor–Faktor yang mempengaruhi mobilisasi 
B. Seksio Sesarea 
1. Pengertian 
Universitas Sumatera Utara
2. Istilah Seksio Sesarea 9
3. Indikasi 
4. Jenis–Jenis Operasi Seksio Sesarea 
5. Komplikasi 
6. Anestesia Pada Seksio Sesarea 
BAB III Kerangka Penelitian
A. Kerangka Konsep 
B. Definisi Operasional 

BAB IV Metode Penelitian
A. Desain Penelitian 
B. Populasi dan Sampel 
C. Tempat Penelitian 
D. Waktu Penelitian  
E. Etika Penelitian 
F. Alat Pengumpulan Data 
G. Prosedur Pengumpulan data 
H. Analisa data 

BAB V Hasil dan Pembahasan
A. Hasil penelitian 
B. Pembahasan 

BAB VI Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan 
B. Saran 

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ANDA TERTARIK DENGAN JUDUL KTI DI ATAS ....... 
SILAHKAN ANDA PESAN KESELURUHAN ISI KTI DI SINI >>>>>

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu Tidak Memberikan ASI Ekslusif Kepada Bayi-nya

sampai bayi berusia 6 bulan. Ketidak berhasilan pemberian ASI Ekslusif disebabkan banyak faktor. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi responden tidak memberikan ASI Ekslusif kepada bayinya di Di Dusun IX Desa Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010. Desain penelitian adalah deskriptif dengan besar sampel sebanyak 49 orang. Penelitian dilakukan tanggal 5 s.d. 23 April 2010.Hasil penelitian menunjukkan mayoritas dari segi demografi yaitu berdasarkan umur 26-30 tahun 30 orang (61,2%), pendidikan SMP 38 orang (77,6%), paritas melahirkan 2-4 kali 34 orang (69,45), sumber informasi secara langsung 26 orang (53,1%). Dari segi faktor-faktor yang mempengaruhi tidak memberikan ASI Ekslusif yaitu berdasarkan faktor pengetahuan 31 orang (63,3%) tahu tentang ASI Ekslusif, dipengaruhi oleh faktor mitos-mitos adalah 23 orang (46,9%), dipengaruhi oleh faktor sosial budaya adalah 24 orang (49%), dipengaruhi oleh faktor lingkungan adalah 17 orang (34,7%), dipengaruhi oleh faktor dukungan keluarga adalah 21 orang (42,9%), dipengaruhi oleh faktor pengalaman adalah 19 orang (38,8%), dipengaruhi oleh faktor pandangan ibu terhadap payudaranya adalah 10 orang (20,4%). Diharapkan kader atau petugas kesehatan melaksanakan penyuluhan tentang faktor-faktor penghambat ibu tidak memberikan ASI Ekslusif dan mengungkap kesalahan dari setiap faktor sehingga ibu mengetahui kebenarannya dan paradigma atau pandangan ibu yang salah tentang ASI Ekslusif dapat berubah

Kata Kunci : faktor – faktor yang mempengaruhi, tidak memberikan ASI Ekslusif

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 
B. Rumusan Masalah 
C. Tujuan Penelitian 
D. Manfaat Penelitian 

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. ASI Ekslusif 
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Tidak Memberikan ASI Ekslusif 

BAB III KERANGKA KONSEP
A.Kerangka Konsep 
B. Defenisi Operasional 

BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian 
B. Populasi dan Sampel 
1. Populasi 
2. Sampel 
C. Lokasi Dan Waktu Penelitian 
D. Pertimbangan Etik Penelitian 
E. Instrumen Penelitian 
F. Pengumpulan Data 
G. Analisa data 

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 
B. Pembahasan 

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 
B. Saran 

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ANDA TERTARIK DENGAN JUDUL KTI DI ATAS ....... 
SILAHKAN ANDA PESAN KESELURUHAN ISI KTI DI SINI >>>>>

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Kolostrum pada Bayi Baru Lahir

memiliki standardisasi pelayanan dalam menolong persalinan, yaitu pelaksanaan inisiasi dini dan ASI eksklusif 6 bulan. Kolostrum yaitu ASI yang dihasilkan selama beberapa hari pertama setelah kelahiran. Kolostrum sangat besar manfaatnya sehingga pemberian ASI pada minggu-minggu pertama mempunyai arti yang sangat penting bagi perkembangan bayi selanjutnya. Menurut penelitian tentang pemberian kolostrum yang di lakukan Krista, SM. Masih banyaknya ibu yang kurang ataupun cukup mengetahui tentang pentingnya pemberian kolostrum pada bayi baru lahir. Pengetahuan yang kurang dan faktor tingkat pendidikan yang mempengaruhi sehingga informasi ini tidak tersampaikan dengan baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah hubungan antara pengetahuan, pendidikan dan sumber informasi ibu dengan pemberian kolostrum. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Jumlah sampel sebanyak 41 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan Total Sampling. Penelitian ini dilakukan di klinik Sari Medan. Analisis data dengan Chi Square. Hasil penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar responden pada rentang usia 20-35 tahun sebesar 37 orang (90,3%). Sebagian besar IRT sebanyak 38 orang (92,8%), tingkat pendidikan responden sebagian besar berpendidikan tinggi sebanyak 26 orang (63,4%), sebagian besar pengetahuan responden tentang pemberian kolostrum adalah baik sebanyak 28 orang (68,3 %), sebagian besar mendapat informasi secara langsung sebanyak 28 orang (68,3%), sebagian besar responden melaksanakan pemberian kolostrum sebanyak 22 orang (53,7%) dan ada hubungan pengetahuan dengan pemberian kolostrum pada bayi baru lahir (nilai p=0,0001). Disarankan pada petugas tenaga kesehatan di Klinik Sari Medan hendaknya meningkatkan pemberian informasi atau penyuluhan kepada ibu-ibu tentang pemberian kolostrum.

Kata Kunci : Pengetahuan, pendidikan, sumber informasi, dan pemberian kolostrum

DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 
B. Rumusan Masalah 
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
A. ASI 
B. Kolostrum 
C. Faktor-faktor yang Mempengerahi Pemberian Kolostrum 
1. Pengetahuan 
2. Pendidikan 
3. Sumber Informasi 

BAB III: KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DEFENISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep 
B. Hipotesis 
C. Definisi Operasional 
BAB IV: METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian 
B. Populasi dan Sampel 
Universitas Sumatera Utara
1. Populasi 
2. Sampel 
C. Tempat dan Waktu Penelitian 
D. Etika Penelitian 
E. Instrumen Penelitian 
F. Prosedur Pengumpulan Data 
G. Pengolahan dan Analisis data 

BAB V: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 
1. Analisis Univariat 
2. Analisis Bivariat 
B. Pembahasan 
1. Interpretasi dan Diskusi Hasil 
2. Keterbatasana Peneliti 
3. Implikasi Untuk Asuhan Kebidanan/ Pendidikan Kebidanan 

BAB VI: KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 
B. Saran 

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ANDA TERTARIK DENGAN JUDUL KTI DI ATAS ....... 
SILAHKAN ANDA PESAN KESELURUHAN ISI KTI DI SINI >>>>>

Efektivitas Metode Kanguru Mengurangi Rasa Nyeri Pada Penyuntingan Intramuskuler Pada Bayi Baru Lahir di RS

Nyeri adalah suatu mekanisme produktif bagi tubuh yang timbul apabila ada jaringan tubuh yang rusak yang akan menyebabkan seseorang bereaksi, bayi baru lahir memiliki rangsangan nyeri lebih kuat dibanding orang dewasa, dikarenakan bayi baru lahir masih memiliki sensitifitas nyeri yang tinggi pada bayi baru lahir sering mengalami berbagai prosedur invasif salah satunya adalah penyuntikan intra muskuler untuk pemberian imunisasi hepatitis B sebagai pencegahan penyakit hepatitis. Metode kanguru memegang peranan penting dalam memberikan asuhan kebidanan untuk memberikan rasa nyaman, mengurangi stres dan nyeri pada bayi. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi efektifitas metode kanguru untuk mengurangi nyeri pada penyuntikan intra muskuler pada bayi baru lahir di RS. St. Elisabeth Medan. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan besar sampel sebanyak 35 orang pada kelompok intervensi dan 35 orang kelompok kontrol dengan metode pengambilan sampel cara random sampling. Penelitian dilakukan Januari – Mei 2010. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata rasa nyeri pada kelompok intervensi 0,94 dengan SD 0,416 dari pada kelompok kontrol mean 1.46 dengan SD 0.505. Dari hasil uji statistik nilai P = 0,00 dapat disimpulkan bahwa, terdapat perbedaan yang signifikan pada rasa nyeri antara kelompok intrvensi dengan kelompok kontrol. Bagi petugas kesehatan metode kanguru dapat sebagai intervensi dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir.

Kata Kunci : Metode kanguru dapat mengurangi nyeri
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 
B. Permusan Masalah 
C. Tujuan Penelitian 
D. Manfaat Penelitian 

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Nyeri 
1. Defenisi Nyeri 
2. Psiologi Nyeri 
3. Sumber Nyeri 
4. Klasifikasi Nyeri 
5. Respon Terhadap Nyeri 
6. Jenis-jenis Pengukuran Nyeri 
7. Skala Penilaian Nyeri 
B.Bayi Baru Lahir
1. Defenisi Bayi Baru Lahir 
2. Bayi Baru Lahir 
C. Metode Kanguru 
1. Defenisi Metode Kanguru 
2. Manfaat Metode Kanguru 
3. Manfaat Pada Bayi 
D. Injeksi Intra Muskular (IM) 
1. Defenisi 
2. Tujuan 
3. Prosedur Pemberian 

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL
A. Kerangka Konsep 
B. Defenisi Operasional 
C. Hipotesa 

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian 
B. Populasi dan Sampel 
C. Lokasi Penelitian 
D. Waktu Penelitian 
E. Pertimbangan Etika 
F. Instrumen Penelitian 
G. Pengumpulan Data 
H. Analisa Data 

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
B. Pembahasan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ANDA TERTARIK DENGAN JUDUL KTI DI ATAS ....... 
SILAHKAN ANDA PESAN KESELURUHAN ISI KTI DI SINI >>>>>

Fans Page