Ads 468x60px

29 November, 2010

Pengetahuan Ibu Primigravida Tentang Kehamilan

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia saat ini masih merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan AKI di negara-negara ASEAN lainnya. Menurut SDKI (2002-2003) AKI di Indonesia sebesar 307/100.000 kelahiran hidup (www.sdki.indonesia.com.id,2007). Penyebab langsung dari kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan, infeksi dan eklampsi. Sekitar 5% kematian ibu disebabkan oleh penyakit yang memburuk akibat kehamilan, misalnya penyakit jantung dan infeksi kronis. Selain itu  keadaan ibu sejak pra hamil dapat berpengaruh terhadap kehamilan. (Sarwono Prawirohardjo,2002:6). 
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin juga merupakan masalah besar di negara berkembang dan negara miskin. Sekitar 25-50% kematian wanita usia subur disebabkan hal yang berkaitan dengan kehamilan. World Health Organization (WHO)  memperkirakan lebih dari 585.000 ibu pertahunnya meninggal saat hamil atau bersalin dan lebih dari 50%  kematian di negara berkembang sebenarnya dapat dicegah dengan tehnologi yang ada serta biaya relatif rendah (Sarwono Prawirohardjo,2002:3).
Sampai akhir 2007 jumlah ibu hamil mencapai 4.620.400 orang atau sekitar 3% dari jumlah penduduk Indonesia. Berbagai upaya telah dilaksanakan untuk menurunkan AKI, termasuk di antaranya program save motherhood yang telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1988. Akses terhadap pelayanan antenatal sebagai pilar kedua Safe Motherhood juga cukup baik,yaitu 87% pada tahun 1997 namun mutunya perlu ditingkatkan terus. (Sarwono Prawirohardjo, 2002:7)
Dari kebanyakan ibu  primigravida sering mengatakan adanya keluhan seperti mual, muntah, tidak nafsu makan, pening dan lain-lain (Ayah Bunda, 2007). Kekhawatiran ini kemungkinan lebih disebabkan karena kurangnya pengetahuan yang diperoleh oleh ibu. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk mengetahui gambaran tentang pengetahuan ibu primigravida tentang kehamilan fisiologis

Anda tertarikUntuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA

Gambaran Penatalaksanaan Cara Memandikan Neonatus 0-7 Hari Terhadap Ibu Nifas

Bayi yang baru lahir sebaiknya tidak dimandikan walaupun dengan air hangat, karena bayi belum bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Jika bayi dibasahi dengan air maka panas yang ada dalam tubuhnya akan terambil sehingga suhu tubuhnya akan turun drastis. Jika bayi yang baru lahir kehilangan suhu tubuh, darah yang mengalir dalam tubuh yang berfungsi membawa oksigen ke seluruh tubuhnya akan berkurang. Memandikan bayi bagi ibu nifas merupakan pekerjaan yang berat dan membingungkan karena kondisi tali pusat bayi yang masih basah, di tambah lagi dengan kondisi ibu setelah proses persalinan yang melelahkan dan bertambah sulit lagi jika ibu bersalin post sesio secarea atau post vakum. Namun jika mengetahui pedoman penatalaksanaan memandikan bayi yang benar maka hal itu bukanlah pekerjaan yang berat (Dr. Bona Simanungkalit, DH.SM., M.Kes., 2007).
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui Gambaran Penatalaksanaan Cara Memandikan Neonatus 0-7 Hari terhadap Ibu Nifas di BPS Dwi Yuni Fitariyanti Tegineneng Lampung Selatan.
Subjek dari penelitian ini adalah Ibu Nifas di BPS Dwi Yuni Fitariyanti Tegineneng Lampung Selatan, sedangkan objek penelitiannya adalah Cara Memandikan Neonatus 0-7 hari.
Populasi yang diteliti adalah keseluruhan ibu nifas sebanyak 40 orang, dan sampel yang diambil adalah keseluruhan populasi yang berjumlah 40 orang sehingga penelitian ini adalah penelitian populasi. 
Jenis penelitian yang diambil adalah penelitian deskriptif yang menggambarkan pelaksanaan cara memandikan neonatus 0-7 hari. Pengumpulan data dilakukan dengan instrumen penelitian berupa cheklist pelaksanaan memandikan neonatus oleh ibu nifas dimana data yang diperoleh kemudian diolah menggunakan tabel distribusi frekuensi.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa pelaksanaan cara memandikan neonatus 0-7 oleh ibu nifas di BPS Dwi Yuni Fitariyanti Tegineneng Lampung Selatan yang termasuk dalam kategori baik sebanyak 8 orang (20%), dalam kategori cukup sebanyak 31 orang (77,50%), dalam kategori kurang sebanyak 1 orang (2,50%), sedangkan dalam kategori kurang sekali tidak ada.

Kata kunci : Memandikan neonatus 0-7 hari, Ibu Nifas.

Anda tertarikUntuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA

Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Dampak Pemberian Makanan Pendamping ASI Pada Bayi Usia Kurang Dari 6 Bulan

ASI ekslusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan diberikan setiap saat dan tidak diberikan makanan tambahan lain walau pun hanya air putih sampai bayi berumur 6 bulan. Menurut data profil kesehatan Propinsi Lampung pada tahun 2002 jumlah bayi yang ada sebesar 159. 987 bayi yang diberikan ASI ekslusif hanya 68.527 bayi atau (42,83%). Sebagian besar ibu sudah memberikan makanan pendamping ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan karena ibu sibuk bekerja dan kurangnya pengetahuan ibu tentang pemberian ASI ekslusif. Bayi yang diberikan makanan pendamping ASI kurang dari 6 bulan dapat mengakibatkan resiko jangka panjang dan jangka pendek. Resiko jangka panjang dapat terjadi obesitas, hipertensi arteriosklerosis, alergi. Pada resiko jangka pendek dapat terjadi penurunan produksi ASI, anemia, gastroenteritis dan berbagai penyakit infeksi, seperti diare, batuk, pilek, radang tenggorokan dan gangguan pernafasan. 
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang dampak pemberian makanan pendamping ASI pada bayi kurang dari 6 bulan di Desa Banjarrejo Puskesmas Batanghari kab. Lampung Timur.
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner dengan teknik analisa menggunakan persentase dan skala ukur ordinal. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara acak sederhana atau sampel random sampling. Subyek penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui yang memiliki bayi usia kurang dari 6 bulan dan yang telah memberikan makanan pendamping ASI di Desa Banjarrejo Wilayah Kerja Puskesmas Batanghari Kabupaten Lampung Timur.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa pengetahuan ibu menyusui tentang dampak pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan termasuk kategori cukup dengan persentase (58,85%) dan yang termasuk kategori cukup dengan persentase (48,15%).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengetahuan ibu menyusui di Desa Banjarrejo Wilayah Kerja Puskesmas Batanghari tentang dampak pemberian makanan pendamping ASI pada bayi kurang dari 6 bulan termasuk dalam kategori kurang (58,85%).

Kata kunci : Pengetahuan, ibu menyusui, makanan pendamping ASI

Anda tertarikUntuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA


Gambaran Penyapihan Anak Kurang dari 2 Tahun

Pada waktu dilahirkan, jumlah sel otak bayi telah mencapai 66% dan beratnya 25% dari ukuran otak orang dewasa, periode pertumbuhan otak yang paling kritis dimulai sejak janin sampai anak berusia 2 tahun, jadi apabila pada masa tersebut seorang anak menderita gizi dapat berpengaruh negatif terhadap jumlah dan ukuran sel otaknya, dalam hal ini pemberian ASI hingga 2 tahun sangat dianjurkan (Krisnatuti dan Yenrina, 2000). 
Keputusan berhenti menyusui adalah pilihan masing-masing ibu. Usia menyapih biasanya 2 tahun, namun ada juga yang sampai 4 tahun atau lebih. Menurut beberapa penelitian komposisi ASI terus berubah hingga anak usia 2 tahun dan masih tetap mengandung nutrisi penting yang berguna untuk membangun system kekebalan tubuh anak (Nadesul, 2007).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk dapat mengetahui gambaran penyapihan anak kurang dari 2 tahun di Desa Gondang Rejo 32 B, yang menjadi subyek adalah semua ibu yang melakukan penyapihan anak kurang dari 2 tahun. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah gambaran penyapihan anak kurang dari 2 tahun di Desa Gondang Rejo 32 B. Jumlah populasi dalam penelitian ini yaitu 45 dan yang dijadikan sampel adalah seluruh jumlah populasi. 
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggambarkan tentang Pengetahuan ibu, karakteristik ibu, kehamilan, cara penyapihan dan status gizi anak pada ibu yang melakukan penyapihan anak kurang dari 2 tahun. Data dikumpulkan dan diolah dengan tabel distribusi frekuensi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan dengan kategori tinggi sebanyak 27 orang (60%), pendidikan yang paling banyak adalah tingkat pendidikan SLTP yaitu sebanyak 19 orang (42,22%), pekerjaan  yang paling banyak adalah petani sebanyak 23 orang (51,1%), kehamilan yang paling banyak adalah ibu tidak hamil pada saat menyusui sebanyak 41 orang (91,11%), cara penyapihan yang paling banyak adalah dengan cara metode bertahap sebanyak 38 orang (84,44%), setatus gizi balita yang paling banyak adalah berat badan balita berada pada garis kuning sebanyak 26 orang (57,78%). 

Kata Kunci : Penyapihan, kurang dari 2 tahun

Anda tertarikUntuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA


Gambaran Akseptor KB Metode Operatif Pria (MOP)

Pengembangan metode kontrasepsi pria masih jauh tertinggal karena adanya hambatan-hambatan yang ditemukan antara lain kesulitan dalam memperoleh informasi tentang alat kontrasepsi, hambatan medis yang berupa ketersediaan alat maupun ketersediaan tenaga kesehatan, selain itu juga adanya rumor yang beredar di masyarakat mengenai alat kontrasepsi sehingga hal ini menjadi faktor penghambat dalam pengembangan metode kontrasepsi (BKKBN, 2001).
Tujuan dalam penelitian ini adalah diketahuinya gambaran keikutsertaan suami menjadi akseptor KB berdasarkan pengetahuan,  karakteristik suami (pendidikan, ekonomi), alasan ikut KB MOP, keluhan di Puskesmas Yosomulyo Kecamatan Metro Pusat Tahun 2007.
Penelitian ini adalah penelitian deskritif dengan obyek penelitian; gambaran keikutsertaan suami menjadi akseptor KB MOP. Subyek penelitiannya suami yang menjadi akseptor KB MOP di wilayah kerja Puskesmas  Yosomulyo Kecamatan Metro Pusat yang berjumlah 20 akseptor. Populasi yang digunakan adalah seluruh suami yang memakai MOP yang berjumlah 20 akseptor dan sampel yang dipakai adalah 20 akseptor karena populasi < 100 maka sampel diambil semua. (Arikunto, 2006). Alat ukur yang digunakan angket dan kuesioner. 
Berdasarkan hasil analisa data tentang gambaran keikutsertaan suami menjadi akseptor KB MOP diperoleh pengetahuan suami sebesar 9 akseptor (40%) atau dalam kategori kurang, berdasarkan tingkat pendidikan suami PUS yang terbanyak adalah 13 akseptor (65%) termasuk dalam jenjang pendidikan dasar, berdasarkan alasannya suami mengikuti KB MOP yang terbanyak adalah anak > 4 sebanyak 12 akseptor (60%) dan sebanyak 18 akseptor (90%) akseptor tidak mempunyai keluhan selama memakai MOP. 
Kesimpulannya adalah secara keseluruhan keikutsertaan suami dalam mengikuti akseptor KB MOP berdasarkan pengetahuan yang kurang tentang aksptor KB MOP. Akseptor memakai KB MOP mempunyai alasan sendiri anak > 4 serta selama menggunakan alat kontrasepsi tersebut tidak memiliki keluhan.

Kata Kunci : Keikutsertaan, Akseptor KB MOP

Anda tertarikUntuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA

Gambaran Akseptor KB AKDR

AKDR Merupakan salah satu alat kontrasepsi berjangka panjang dan efektif untuk menjarangkan kelahiran anak. setelah penggunaan AKDR berbagai macam keluhan pada akseptor AKDR, walaupun keluhan ini umum terjadi pada awal-awal pemasangan. 
Penelitian ini bertujuan diketahuinya karakteristik akseptor KB AKDR ditinjau dari usia, paritas, pekerjaan, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi dan gambaran akseptor KB AKDR ditinjau dari lama pemakaian dan keluhan yang dialami di wilayah kerja Puskesmas Yosomulyo Kecamatan Metro Pusat.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan subyek penelitian adalah akseptor KB AKDR di wilayah kerja Puskesmas Yosomulyo sreta obyek penelitian adalah gambaran akseptor KB AKDR tentang umur, paritas, pekerjaan, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, lama pemakaian dan keluhan yang dialami. Populasi penelitiannya sebanyak 395 orang pengambilan sampel yaitu 15% dari jumlah populasi 395 yaitu sebanyak 59 orang dengan menggunakan metode quota sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan mengunakan instrumen penelitian berupa kuesioner (daftar pertanyaan).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa akseptor KB AKDR berdasarkan umur akseptor KB AKDR yang tertinggi dengan umur > 30 tahun sebanyak 78%, berdasarkan paritas akseptor KB AKDR yang tertinggi dengan paritas 2 – 3 sebanyak 66,1%, berdasarkan pekerjaan akseptor KB AKDR yang tertinggi dengan pekerjaan PNS sebanyak 47,5%, berdasarkan tingkat pendidikan akseptor KB AKDR yang tertinggi yaitu perguruan tinggi sebanyak 45,8%, berdasarkan tingkat ekonomi akseptor KB AKDR tertinggi yaitu tingkat ekonomi sedang sebanyak 40,7%, berdasarkan pemakaian akseptor KB AKDR yang tertinggi yaitu lama pemakaian 10 – 20 tahun sebanyak 35,6%, berdasarkan keluhan yang dialami akseptor KB AKDR yang tertinggi adalah nyeri atau mules sebanyak 83,1%. 
Kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa akseptor KB AKDR banyak mengalami keluhan nyeri/mules. Hal ini biasa terjadi, dan rasa sakit itu akan berkurang dengan semakin lamanya pemakaian AKDR. 

Kata Kunci: Karakteristik (Usia, Paritas, Pekerjaan, Tingkat Pendidikan, Tingkat Ekonomi), Gambaran (Lama Pemakaian, Keluhan yang Dialami), Akseptor KB AKDR 

Anda tertarikUntuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA

Karakteristik ibu yang memeriksakan Pap Smear di Rumah Sakit

Hingga saat ini kanker serviks uteri masih menempati urutan pertama penyakit yang paling banyak menyerang wanita di Indonesia. Sementara di dunia, penderita kanker serviks uteri terbanyak kedua setelah kanker payudara. Penyakit kanker dapat menyerang semua masyarakat tanpa mengenal status sosial maupun umur. Berdasarkan data pap Smear di Laboratorium Sitologi RSAM Bandar Lampung pada tahun 2002 sampai dengan tahun 2007 menunjukan angka penurunan. Yang tercatat pada tahun 2002 sebanyak 348 orang dan tahun 2007 sebanyak 293 orang.

Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif, bertujuan untuk mengetahui karakteristik ibu yang memeriksakan pap smear di RSAM berdasarkan umur, tingkat pendidikan, status perkawinan, lama perkawinan, paritas, dan penggunaan alat kontrasepsi yang dipakai ibu pada saat memeriksakan pap smear.
Subyek penelitian ini adalah Ibu-ibu yang memeriksakan pap smear di RSAM Tahun 2007. Obyek penelitian ini adalah karakteristik Ibu yang memeriksakan pap smear di RSAM Bandar Lampung. Penelitian ini menggunakan total populasi dengan jumlah sample 240 orang. Cara pengumpulan data yang digunakan adalah dari data rekam medik dan dikelompokan dalam chek list. Pengolahan data dengan analisa univariat.

Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa karakteristik ibu yang memeriksakan pap smear berdasarkan umur yang terbanyak adalah usia < 40 tahun yaitu 134 responden (55,8%), ditinjau dari tingkat pendidikan yang terbesar adalah tingkat perguruan tinggi yaitu 95 responden (39,6%), ditinjau dari status perkawinan semua responden berstatus kawin (100%), ditinjau dari lamanya perkawinan yang terbanyak  pada responden dengan lama perkawinan < 10 tahun yaitu 137 responden (57,1%), ditinjau dari paritas yang terbanyak pada paritas 4-5 kali yaitu 126 responden (52,5%) sedangkan ditinjau dari penggunaan alat kontrasepsi yang terbanyak yaitu ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal yaitu 147 responden (61,3%).
Kesimpulan dari penelitian menunjukan bahwa karakteristik Ibu yang memeriksakan Pap Smear adalah ibu yang sudah menikah, berumur < 40 tahun, berpendidikan perguruan tinggi, berstatus kawin, lama perkawinan < 10 tahun, paritas 4-5 kali, dan menggunakan alat kontrasepsi hormonal.

Kata Kunci : Karakteristik Ibu, Pemeriksaan Pap Smear.

Anda tertarikUntuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA

Karakteristik Ibu Hamil yang Mengkonsumsi Tablet Fe

Wanita hamil memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami anemia dan defisiensi besi (Varney, dkk., 2007) untuk itu setiap kehamilan membutuhkan lebih banyak zat besi untuk perkembangan bayi (Annia Kissanti, 2007) dan juga  konsumsi makanan yang berkualitas. Jika kehamilan tidak diikutsertakan dengan konsumsi makanan yang baik akan menjadi kehamilan yang lemah dan beresiko (Hanum Lu’lu, 2007). 
Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui karakteristik ibu hamil yang  mengkonsumsi tablet Fe di Kelurahan Hadimulyo Timur Tahun 2008. Subjek dari penelitian ini adalah Ibu hamil yang mengkonsuksi tablet Fe dan Objek penelitiannya adalah karakteristik ibu hamil yang mengkonsumsi tablet Fe di Kelurahan Hadimulyo Timur Tahun 2008
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggambarkan karakteristik ibu hamil yang  mengkonsumsi tablet Fe di Kelurahan Hadimulyo Timur Tahun 2008. Teknik pengumpulan data adalah dengan menggunakan angkat berupa format pengumpulan data. 
Hasil penelitian menggambarkan karakteristik ibu hamil yang mengkonsumsi tablet Fe terbanyak adalah berumur 20-35 tahun dengan jumlah 34 responden (53,12%), berpendidikan sedang (SMA) dengan jumlah 41 responden (64,06%), tingkat ekonomi sedang dengan jumlah 44 responden (68,75%), dan paritas ibu primi dengan jumlah 34 responden (53,13%).
Kesimpulan dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa Karakteristik ibu hamil yang mengkonsumsi tablet Fe di Kelurahan Hadimulyo Timur tahun 2008 sebagian besar adalah ibu hamil yang berumur 20-35 tahun, berpendidikan sedang (SMA sederajat), dengan tingkat ekonomi sedang (Rp. 750.000 - Rp. 1.400.000), dan ibu-ibu dengan paritas 1 orang anak (primigravida). 

Kata Kunci :  Ibu Hamil, Tablet Fe. 

Anda tertarikUntuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA


12 November, 2010

Penatalaksanaan Pencegahan Infeksi Pada Proses Pertolongan Persalinan

Tindakan pencegahan infeksi adalah bagian esensial dari asuhan lengkap yang diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir dan harus dilaksanakan secara rutin pada saat menolong persalinan dan kelahiran, saat memberikan asuhan dasar selama kunjungan antenatal/pasca salin/bayi baru lahir/saat menatalaksana penyulit
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penatalaksanaan pencegahan infeksi di Klinik Griya Medika Banjar Agung Tulang Bawang Tahun 2008 yang terdiri dari prosedur cuci tangan, pemakaian sarung tangan, pengelolaan cairan antiseptik, pemrosesan alat bekas pakai, pengelolaan sampah medik.
Subjek penelitian ini adalah bidan dan perawat yang terlibat pada proses pertolongan persalinan di Klinik Griya Medika Banjar Agung Tulang Bawang Tahun 2008. Populasi dalam penelitian ini bidan dan perawat yang terlibat pada proses pertolongan persalinan di Klinik Griya Medika Banjar Agung Tulang Bawang, yang berjumlah 6 orang yang seluruhnya dijadikan sampel dalam penelitian ini. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi mengguakan alat bantu berupa chek list dan pengukurannya menggunakan skala nominal dengan perhitungan persentase dan nilai rata-rata.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penatalaksanaan prosedur cuci tangan ada 2 responden (33,3%) dengan kategori baik, dan 4 responden (66,7%) dengankategori kurang. Dari 5 langkah penatalaksanaan pencegahan infeksi tentang prosedur cuci tangan yang diobservasi pada 6 responden rata-rata responden sudah melakukan 5 langkah penatalaksanaan (100%).

Penatalaksanaan pemakaian sarung tangan  ada 4 responden (66,7%) dengan kategori baik dan 2 responden (33,3%) dengankategori kurang. Dari 5 langkah penatalaksanaan pencegahan infeksi tentang pemakaian sarung tangan yang diobservasi pada 6 responden rata-rata responden sudah melakukan 5 langkah penatalaksanaan (100%)

Penatalaksanaan pengelolaan cairan antiseptik ada 2 responden (33,3%) dengan kategori baik, dan 4 respoden (66,7%) dengan kategori kurang. Dari 9 langkah penatalaksanaan pencegahan infeksi tentang pengelolaan cairan antiseptik yang diobservasi pada 6 responden rata-rata responden sudah melakukan 3 langkah penatalaksanaan (33,3%) dan yang tidak dilakukan ada 6 langkah penatalaksanaan (66,7%)

Penatalaksanaan pemprosesan alat bekas pakai dengan prosedur sterilisasi ada 4 responden (66,7%) dengan ketegori baik dan 2 responden (33,3%) dengankategori kurang. Dari 15 langkah penatalaksanaan pencegahan infeksi tentang pemrosesan alat bekas pakai dengan prosedur sterilisasi yang diobservasi pada 6 responden rata-rata responden sudah melakukan 4 langkah penatalaksanaan (26,7%) dan yang tidak dilakukan ada 11 langkah penatalaksanaan (73,3%).

Penatalaksanaan pengelolaan sampah medik ada 1 responden (16,7%) dengan kategori baik dan 5 responden (83,3%) dengan kategori kurang. Dari 10 langkah penatalaksanaan pencegahan infeksi tentang pengelolaan sampah medik yang diobservasi pada 6 responden rata-rata responden sudah melakukan 3 langkah penatalaksanaan (30%) dan yang tidak dilakukan ada 7 langkah penatalaksanaan (70%)
Kesimpulan dari penelitian ini adalah penatalaksanaan pencegahan infeksi pada proses pertolongan persalianan di Klinik Griya Medika Banjar Agung Tulang Bawang Tahun 2008 telah dilakukan dengan baik

Kata Kunci : Penatalaksanaan, Pencegahan infeksi

Anda tertarikUntuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA

05 November, 2010

Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Senam Hamil

Selama kehamilan upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan ibu memerlukan perhatian ekstra. Hal-hal yang memerlukan perhatian itu antara lain nutrisi, persiapan laktasi, pemeriksaan kehamilan yang teratur, peningkatan kebersihan diri dan lingkungan, kehidupan sexual, istirahat dan tidur, menghentikan kebiasaan yang merugikan kesehatan dan berpengaruh terhadap janin (seperti merokok) melaksanakan pergerakan dan senam hamil. Senam hamil adalah program kebugaran yang diperuntukkan bagi ibu hamil. Latihan-latihan pada senam hamil dirancang khusus untuk menyehatkan dan membugarkan ibu hamil, mengurangi keluhan yang timbul selama kehamilan, serta mempersiapkan fisik dan psikis ibu dalam menghadapi persalinan. Dari hasil hasil pra survey dengan melakukan wawancara terhadap 10 ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pekalongan didapatkan bahwa mereka mengatakan belum memahami tujuan, manfaat, tata cara dan persyaratan yang harus diperhatikan dalam melakukan senam hamil.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil tentang tujuan, manfaat,  persyaratan, dan tata cara senam hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pekalongan Lampung Timur Tahun 2006. 
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif, subjek penelitiannya yaitu Ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Pekalongan. Sedangkan objek penelitiannya adalah gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil tentang senam hamil. Total populasi pada penelitian ini yaitu 771 ibu hamil, sedangkan sampel yang diambil adalah 42 responden. Alat pengambilan data yang digunakan adalah lembar kuesioner yang terdiri dari 4 sub pertanyaan, yaitu tujuan, manfaat, tata cara dan persyaratan yang harus diperhatikan dalam melakukan senam hamil.
Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pekalongan Lampung Timur tahun 2006 tentang tujuan senam hamil termasuk dalam kategori baik (52,38%), manfaat senam hamil kategori cukup (45,24%) syarat melakukan senam hamil kategori cukup (57,14%), tata cara senam hamil kategori cukup (64,29%).  Kesimpulan secara umum dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu hamil tentang senam hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pekalongan Lampung Timur tahun 2006 dalam kategori cukup (64,29%).

Kata Kunci : Pengetahuan, Senam hamil

nda tertarik Untuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA


Fans Page