Ads 468x60px

30 Maret, 2011

Gambaran Peran Kader Posyandu Dalam Pelaksanaan Program Deteksi Dini Tumbuh Kembang Pada Bayi


Anak perlu dipantau pertumbuhan dan perkembangannya melalui program DDTK (Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak). Untuk itu dalam pelaksanaanya perlu peran kader mulai dari penggerakan, pemantauan sampai pencatatan hasil. Idealnya setiap kader berperan  secara baik atau aktif sehingga kegiatan DDTK dapat terlaksana secara baik. Tujuan penelitian ini  untuk mengetahui gambaran peran kader posyandu dalam pelaksanaan program DDTK pada bayi di Kelurahan Manisrenggo Kecamatan Kota Kota Kediri Tahun 2009.
Desain penelitian  adalah  deskriptif.  Populasinya  seluruh  kader  posyandu yang ada di kelurahan Manisrenggo Kecamatan Kota Kota Kediri, besar sampel sebanyak 30 responden didapatkan dengan menggunakan teknik sampling jenuh. Pengolahan data dengan analisa prosentase. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan 16 responden (53%) berperan cukup.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagian besar responden berperan dengan criteria cukup dalam pelaksanaan program DDTK pada bayi.  Hendaknya penelitian   berikutnya   meneliti   mengenai   pengetahuan,   sikap,   persepsi   dan motivasi masyarakat pada kegiatan posyandu.

Kata Kunci : peran, program DDTK

Children needs   monitor   and develops gaining growth Early Detection. Growth Programs  (Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak). The role of cadres in needed for this program mobilization, monitoring, recording of the result. Ideally every cadre acts as a good an active role to support it. The purpose of thisresearch was two determine the role of posyandu cadres in implementation the Early Detection Growth Program for infant at Manisrenggo Sub District Kediri District 2009.
Design which  was  used  in  this  research  was  descriptive.  Where  the population are the Posyandu cadres at Manisrenggo Sub District Kediri District,the total samples wewr 30 respondents and taken by saturated sampling. The datawas processed  by  percentage  analysis.  Based  on  the  result  showed  that  16 respondent (53%) were moderate criteria.Conclusion of  nthis  research  is  most  of  respondent  had  roles  which moderate  criteria  in  the  Early  Detection  Growth  Program  for  Infant.  The suggestion for the following research is to explore knowledge, attitude, perception and motivation of the society in the posyandu.

Key Words : roles, Early Detection Growth Program

Anda tertarikUntuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA





Gambaran Pengetahuan Akseptor KB Suntik Tentang Efek Samping Depo Medroxyprogesterone Asetat (DMPA)


Program Keluarga Berencana (KB) merupakan program yang dijalankan oleh Pemerintah untuk membatasi jumlah kelahiran, dimana untuk mencapai tujuan tersebut salah satu upaya yang dilakukan adalah digunakanya alat kontrapsepsi Depo Medroxiprogesteron Asetat (DMPA) yaitu suatu obat yang dimasukan kedalam tubuh wanita secara Intramuskuler (IM) yang digunakan untuk mengembangkan suatu metode kontrasepsi yang berdaya kerja panjang tetapi tetap refersibel, diRB Do’a Ibu Sekampung jumlah akseptor KB suntik berjumlah 425 akseptor lebih banyak dari pengguna pil (61 akseptor), implan (12 akseptor), IUD (12 akseptor). DMPA menjadi pilihan kaum ibu yang utama karena aman, efektif sederhana dan murah namun demikian DMPA ini juga mempunyai banyak efek samping seperti gangguan haid, mual, sakit kepala, galaktorea, perubahan berat badan dan lain-lain.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Akseptor KB Suntik Tentang Efek Samping DMPA Di RB Do’a Ibu Sekampung Lampung Timur Tahun 2007
Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat Deskriptif dimana hasil penelitian yang menyajikan gambaran tentang pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping DMPA di RB Do’a Ibu Sekampung.. Subjek Penelitian ini adalah seluruh akseptor KB suntik DMPA di RB Do’a Ibu Sekampung Lampung Timur Tahun 2007, objeknya yaitu pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping DMPA, besarnya sampel penelitian ini adalah 30 responden, pengambilan sampel menggunakan teknik Accidental Sampling.
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping DMPA tergolong cukup yaitu sebesar 57,56%. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa pengetahuan yang cukup dan baik merupakan cikal bakal yang baik bagi responden untuk tetap menjadi akseptor KB suntik DMPA dan merupakan bahan pertimbangan akseptor untuk memilih alat kontrasepsi mana yang cocok untuknya.

Kata Kunci : Pengetahuan , Efek Samping DMPA

Anda tertarikUntuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA





28 Maret, 2011

Pengaruh Perawatan Rooming-in terhadap Produksi ASI pada Ibu Postpartum


Menyusui  merupakan  suatu  proses  yang  alami  namun  ibu  postpartum  sering mengeluhkan  masalah dalam menyusui. Masalah yang sering dikeluhkan para ibu adalah suplai ASI yang kurang, padahal ASI diproduksi berdasarkan permintaan bayi. Semakin  sering  bayi  menyusu,  payudara  akan  memproduksi  ASI  lebih  banyak, dengan   melaksanakan   perawatan   rooming-in   maka akan   memungkinkan   ibu menyusui bayinya kapan saja bayi menginginkannya.
Penelitian  ini  bertujuan  untuk  mengidentifikasi  pengaruh  perawatan  rooming-in terhadap produksi ASI pada ibu postpartum. Desain penelitian yang digunakan adalah deskripsi   korelasi.   Jumlah   sampel   yang   diteliti   sebanyak   30   orang   dengan menggunakan teknik total sampling. Hasil analisa data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.
Berdasarkan analisa statistik korelasi Spearman diperoleh kekuatan korelasi r = 0,000 yang  berarti  tidak  ada  korelasi/hubungan  antara  perawatan  rooming-in  terhadap produksi ASI dan nilai  signifikansi (p) = 1,000 menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi/hubungan yang bermakna  antara  perawatan rooming-in terhadap produksi ASI pada ibu postpartum. Dengan demikian hipotesa penelitian (Ha) ditolak artinya ada  pengaruh perawatan  rooming-in  terhadap  produksi  ASI  pada  ibu  postpartum gagal diterima. Tetapi jika dilihat dari data pelaksanaan perawatan rooming-in yang diperoleh, hal ini dapat diakibatkan oleh waktu pelaksanaan perawatan rooming-in yang  sebagian  besar  tidak  sesuai  dengan  konsep.  Untuk  penelitian  selanjutnya diharapkan untuk  memastikan dahulu apakah perawatan rooming-in yang dilakukan sudah sesuai dengan konsep.

Kata kunci : Rooming-in, produksi ASI, postpartum.

Anda tertarikUntuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA



Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Terhadap Involusi Uterus Pada Ibu Post Partum


Selama masa nifas, alat -alat luar dan dalam berangsur -angsur kembali seperti keadaan sebelum  hamil.   Perubahan  keseluruhan  alat  genitalia  ini  disebut  involusi.  Inisiasi menyusu dini (early initation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri  segera  setelah  lahir.  Menurut  dr.Asti  bahwa  ibu  yang  melakukan  inisiasi menyusu dini akan mempercepat  involusi uterus karena  pengaruh  hormon oksitosin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) terhadap involusi uterus pada ibu postpartum. Penelit ian ini menggunakan desain  quasi  eksperimen.  Jumlah  sampel  dalam  penelit ian  ini  adalah  30  orang pada   kelompok   intervensi   (Klinik   bersalin   Khadijjah)   dan   30   orang   pada kelompok kontrol (Klinik bersalin Wina). Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan  Purposive sampling.  Penelitian ini dilakuka n di Klinik Khadijjah dan Klinik Wina Medan. Analisa data digunakan uji  t-independent. Dari hasil penelitian diperoleh  data  Karekteristik  responden  pada  kelompok   intervensi  berumur  21-25 (46.7%), pendidikan SMA (30.0%), pekerjaan IRT (56.7%), sedangkan pada kelompok kontrol berumur 21-25 (36.7%), pendidikan SMA (40.0%), pekerjaan IRT (53.3%). Dari hasil uji t-independent diperoleh hasil TFU 2 jam setelah IMD didapatkan nilai p= 0.003 dan TFU 12 jam setelah IMD didapatkan nilai p= 0.000, sedangkan TFU 7 hari setelah IMD diperoleh nilai p= 0.002,  maka dapat  disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan rata-rata TFU 2 jam, 12 jam dan 7 hari setelah dilakukan IMD dengan yang tidak dilakuka n IMD. Dari hasil penelitian ini diketahui IMD  mempunyai pengaruh terhadap invo lusi uterus.

Kata Kunci :IMD, Nifas, Involusi Uteri
Daftar Pustaka : 21 (1998 – 2009)

Anda tertarikUntuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA




Pengetahuan Bidan tentang Jenis makanan yang Dihindari Ibu Hamil


Makanan merupakan salah satu nutrisi yang penting bagi ibu hamil. Makanan yang tepat untuk ibu hamil  lebih baik alami, tidak mengandung zat-zat kimia/ adiktif yang bisa membahayakan kesehatan ibu dan  janinnya. Kualitas makanan harus seimbang dengan kuantitas makanan. Kuncinya adalah perencanaan menu dan pola makanan yang teratur. Bidan  sebagai  tenaga  kesehatan,  harus  memberikan  informasi   yang  tepat  tentang keamanan makanan kepada ibu hamil. Penelitian ini bertujuan untuk  mengidentifikasi pengetahuan bidan tentang jenis makanan yang dihindari ibu hamil di Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Pematangsiantar. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Jumlah populasi sebanyak 55 orang. Tehnik pengambilan sampel penelitian ini menggunakan cara total sampling, sebanyak 55 orang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2008-Mei 2009. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang jenis makanan yang dihindari ibu hamil adalah baik yaitu
28 orang (50,9%), dimana rata-rata responden berusia 20 - 35 tahun sebanyak 31 orang (56,4%), sebagian besar responden berpendidikan D III sebanyak 38 orang (69,1%), dan umumnya  responden  yang  bekerja  selama  >10  tahun  sebanyak  25  orang  (45,5%). Diharapkan agar bidan memberikan penyuluhan tentang jenis makanan yang tepat untuk dikonsumsi oleh ibu hamil.

Kata Kunci : Pengetahuan, Bidan, Jenis Makanan Yang Dihindari Ibu Hamil
Daftar Pustaka : 20 (1998-2008)

Anda tertarikUntuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA





Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Tentang Resiko 4T


Resiko dalam kehamilan merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui oleh setiap ibu hamil untuk menciptakan kehamilan yang aman terhindar dari komplikasi agar ibu dan bayi tetap dalam keadaan  sehat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang resiko 4T di Klinik Bersain Sally Medan tahun
2010. Desain pada penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional
dengan jumlah sampel dalam adalah 75 orang ibu hamil. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik  accidental sampling. Instrumen penelitian ini adalah kuesioner dengan
20 pertanyaan tentang pengetahuan dan 20 pernyataan tentang sikap. Hasil penelitian menunjukkan  mayoritas  dari  segi  demografi  yaitu  berdasarkan  umur  20-35  tahun
sebanyak  65  orang  (86,7%),  berdasarkan  pendidikan  menengah  sebanyak  61  orang
(81,3%), berdasarkan paritas yaitu multigravida sebanyak 54 orang (72,0%),
berdasarkan sumber informasi secara tidak langsung sebanyak 45 orang (60,0%). Dari segi  pengetahuan  responden berpengetahuan cukup sebanyak 68 orang ( 90,7%), dan dari segi sikap  responden bersikap positif sebanyak (100%). Dari hasil penelitian ini diharapkan kepada tenaga  kesehatan untuk lebih  lagi memberikan informasi tentang resiko 4T sedini mungkin bagi ibu hamil.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Resiko 4T
Daftar pustaka 19 (1999-2009)

Anda tertarikUntuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA





Pengetahuan ibu tentang Sirkumsisi pada anak perempuan


Sunat perempuan adalah pengoresan pada klitoris pada perempuan.Praktek sikumsisi
pada  perempuan  sudah  menjadi  tradisi  disekelompok  masyarakat  tertentu..  Padahal praktik sirkumsisi tersebut membahayakan  kesehatan  fisik  dan  psikis seksual  pada perempuan. Penelitian  ini bertujuan untuk mengindentifikasi  pengetahuan ibu tentang sirkumsisi pada anak perempuan di  Lingkungan V Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif, jumlah populasi 49 orang dan besar sampel 49  orang dengan  metode pengambilam sampel secara total sampling. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 12 april- 20  april
2009. Dari penelitian ini menunjukkan hasil sebagian besar responden 42 orang ( 85,7%)
pada usia 20 tahun-35 tahun. Berdasarkan pendidikan responden tamat SMA 30 orang (61,2%).   mayoritas   responden   mempunyai   pengetahuan   yang   Cukup   28   orang (57,1%).Dari hasil  penelitian tersebut mengambarkan bahwa pengetahuan ibu tentang sirkumsisi pada anak perempuan  cukup hal ini dipengaruhi oleh umur, pendidikan, paritas karna  selama ini belum pernah menghadapi masalah pada anak-anak sebelumnya akibat di sirkumsisi sehingga ibu tidak mencari informasi, disamping itu peran tenaga kesehatan, kader dan unsur-unsur terkait lainnya dalam memberikan promosi kesehatan pada para ibu yang berpengetahuan kurang sehingga pengetahuan ibu bertambah. Dari hasil  penelitian  diharapkan  bagi  pelayanan  kesehatan   (bidan)  untuk   lebih  aktif melakukan penyuluhan (promosi keshatan) tentang sirkumsisi pada anak  perempuan, bahwa  sebenarnya  sirkumsisi  itu  berbahaya  bila  dilakukan  tapi  bila  bidan  tetap melakukan  sirkumsisi  harus  ada  keahlian,  dan  beri  penjelasan  pada  ibu-ibu  bahwa sirkumsisi itu ada berisiko pada anak perempuan.

Kata kunci: Pengetahuan ibu, Sirkumsisi anak perempuan.
Daftar pustaka: 19


Anda tertarikUntuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA





27 Maret, 2011

Pengetahuan dan Sikap Bidan tentang Metode Kanguru


BBLR sering mengalami penyulit dan memberi resiko kematian yang tinggi. Penyulit yang sering  dihadapi adalah gangguan pernapasan dan hipotermi (suhu tubuh kurang dari 36,5  derajat  C),  sehingga  diperlukan perawatan di dalam inkubator.  Bayi  lahir dengan berat badan lahir rendah  merupakan salah satu faktor risiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal.
Metode  kanguru  atau  perawatan  bayi  lekat  ditemukan  sejak  tahun  1983,  sangat bermanfaat  untuk  merawat  bayi  yang  lahir  dengan  berat  badan rendah baik  selama perawatan di rumah sakit ataupun di rumah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan sikap bidan tentang metode
kanguru di Kecamatan Sibiru – biru tahun 2009. Penelitian ini bersifat deskriptif murni dengan  sampel   penelitian  35  bidan  dengan  menggunakan  metode  total  sampel. Penelitian dilakukan pada bulan  Maret  2009. Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner yang meliputi data demografi dan kuesioner metode kanguru.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas bidan mempunyai pengetahuan yang baik  tentang  metode kanguru  sebanyak  18  bidan (51,4%),  pengetahuan  cukub  baik tentang  metode kanguru sebanyak15 bidan (42,9%), dan pengetahuan kurang baik ada 2 bidan (5,7) serta mempunyai sikap yang baik dalam tindakan metode kanguru sebanyak 30 bidan (85,7%) dan sikap kurang baik dalam tindakan metode kanguru sebanyak 5 orang (14,3%).Perlu  peningkatan  pengetahuan  dan  sikap  bidan  dalam  metode  kanguru  melalui pemberian kesempatan bidan untuk mengikuti pelatihan ataupun melanjutkan pendidikan ke jenjang  yang lebih tinggi. Perlu  pengadaan  dan  peningkatan  penghargaan  kepada  para  bidan  sebagai  upaya memotivasi  mereka  dalam  melaksanakan  tugasnya  khususnya  pemberian  pelayanan metode kanguru.

Kata Kunci : Pengetahuan dan Sikap Bidan, BBLR, Metode Kanguru
Daftar pustaka 21 (2001 – 2008)

Anda tertarikUntuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA





Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Tentang Keputihan

Remaja  yang  dalam  bahasa  aslinya  disebut  adolescence,  berasal  dari  bahasa  Latin adolescere   yang   artinya   tumbuh   kembang   untuk   mencapai   kematangan.   Leukorea (keputihan)  dikatakan  normal  bila   tanpa  gejala  dan  tanda   lain   yang   menunjukan kemungkinan adanya kelainan. Vagina yang normal  selalu berada dalam kondisi lembab dan permukaannya basah oleh cairan/lendir. Dalam keadaan biasa,  cairan tidak sampai keluar namun belum tentu bersifat patologis. Sumber cairan ini dapat berasal dari sekresi vulva  cairan  vagina,  sekret  serviks,  sekresi  uterus,  atau  sekresi  tuba  fallopi  yang dipengaruhi fungsi ovarium. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan besar sampel sebanyak berjumlah 325 siswa   dengan pendekatan cross sectional, dengan pengambilan  sampel dilakukan cara stratified random sampling. Dari hasil penelitian diperoleh sumber informasi tentang keputihan dari orang tua sebanyak 113 (62,8),  Dari  hasil  pengetahuan  remaja  putri  tentang  keputihan  yang  menjawab  benar terdapat pada nomor 1 sebanyak 179 (99,4%) dan yang menjawab  salah terdapat pada nomor 5 sebanyak 149 (82,8%), distribusi frekuensi pengetahuan tentang keputihan   yaitu yang  menjawab  baik  sebanyak  138  orang  (76,7%),  hasil  sikap  remaja  putri  tentang keputihan  yang paling banyak menjawab sangat setuju (SS) terhadap sikap remaja puteri tentang keputihan terdapat  pernyataan ke-4 dalam hal keputihan yang  berlebihan perlu dilakukan  kebersihan  daerah  kemaluan  dengan  jumlah  101  (56,1),  dan  paling  sedikit menjawab  sangat  tidak  setuju  (STS)  terhadap  sikap  remaja  puteri  tentang  keputihan terdapat  pada  pernyataan  ke-2  dan  4  dengan  jumlah  0,  distribusi  frekuensi  tentang keputihan yang menjawab sikap positif sebanyak 132 orang (73,3%), Dari hasil penelitian diharapkan agar dapat melakukan penelitian ini ditempat lain dengan jumlah sampel yang lebih banyak, dan pada peneliti lanjut diharapkan dapat menggunakan desain korelasi yang dapat menjelaskan pengetahuan dan sikap remaja putri tentang keputihan.

Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, Remaja Putri, Keputihan
Daftar pustaka 20 (2001-2009)


Anda tertarikUntuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA




Pengetahuan dan sikap remaja tentang masturbasi


Pemuasan diri sendiri secara seksual tanpa koitus biasanya dengan tangan atau benda lain sering dilakukan oleh muda-mudi dalam perkembangan fisik dan psikoseksualnya. Penyimpangan ini tidak disebabkan oleh kelainan psikis akan tetapi sebaliknya  kadang-kadang dapat menimbulkan konflik emosional dikemudian hari karna  merasa  bersalah   dan   merasa  berdosa.  Penelitian  pada  masyarakat  barat menemukan  95%  laki-laki dan  70%  wanita  melakukan  masturbasi.  Di Indonesia sebuah survey yang dilaksanakan di 7 kota besar di Indonesia menunjukan hasil 93% pria dan 56 % wanita pada masa awal pubertas melakukan  masturbasi. Studi oleh pilar PKBI pada tahun 2005 menunjukan 4,7% responden sikap positif  sedangkan
35,8 sikap sedang dan 59,4 bersikap kurang baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengetahuan dan sikap remaja tentang masturbasi diLingkungan III Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan.penelitian ini dilakukan  diLingkungan III Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan. Desain dalam penelitian  ini  adalah deskritif.Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak   81 responden dengan menggunakan   metode total sampling. Dari hasil penelitian didapatkan   dari 81 responden  paling banyak berpengetahuan baik yaitu  sebanyak  52  orang  (64,2%),  berpengetahuan  cukup  24  orang  (29,6%),dan paling sedikit responden yang berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 5 orang(6,2% ). Berdasarkan penelitian tentang   sikap responden, lebih banyak responden  bersikap positif yaitu sebanyak 77 orang   (95,1%) dan yang bersikap negatif yaitu   4 orang (4,9% ).Dari  hasil penelitian ini diharapkan responden   perlu menambah wawasan dan meningkatkan   pengetahuan agar mempunyai pengetahuan yang lebih baik lagi dengan  cara  rajin  membaca  buku  dan  mengikuti  penyuluhan-penyuluhan serta diharapkan  selalu bersikap .yang positif.

Kata kunci: pengetahuan,sikap, masturbasi

Anda tertarikUntuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA



Dampak Negatif Akibat Kurang Tidur


Berikut ini 10 hal mengejutkan yang terjadi akibat kurang tidur:

1. Kecelakaan
Kurang tidur adalah salah satu faktor bencana terbesar dalam sejarah selain kecelakaan nuklir di Three Mile Island tahun 1979, tumpahan minyak terbesar Exxon Valdez, krisis nuklir di Chernobyl 1986, dan lain-lain.
Terdengar berlebihan, tapi Anda harus sadari kurang tidur juga berdampak pada keselamatan Anda setiap hari di jalan. Mengantuk dapat memperlambat waktu Anda mengemudi, yang setara ketika Anda mabuk saat menyetir. Sebuah penelitian yang dilakukan Lembaga Keselamatan Lalu Lintas Jalan Raya Nasional Amerika menunjukkan bahwa kelelahan merupakan penyebab 100.000 kecelakaan mobil dan 1.500 kematian selama setahun di AS. Korbannya orang di bawah umur 25 tahun. Studi yang sama menunjukkan, jika Anda kurang tidur atau memiliki kualitas tidur yang rendah, maka hal itu dapat menyebabkan kecelakaan dan cedera saat bekerja. Dalam sebuah penelitian, pekerja yang mengeluh mengantuk berlebihan pada siang hari rentan terluka saat bekerja dan secara terus-menerus mengalami kecelakaan yang sama saat bekerja. 

2. Konsentrasi menurun
Tidur yang baik memainkan peran penting dalam berpikir dan belajar. Kurang tidur dapat memengaruhi banyak hal. Pertama, mengganggu kewaspadaan, konsentrasi, penalaran, dan pemecahan masalah. Hal ini membuat belajar menjadi sulit dan tidak efisien. Kedua, siklus tidur pada malam hari berperan dalam "menguatkan" memori dalam pikiran. Jika tidak cukup tidur, maka Anda tidak akan mampu mengingat apa yang Anda pelajari dan alami selama seharian.

3. Masalah kesehatan serius
Gangguan tidur dan kurang tidur tahap kronis dapat membawa Anda pada risiko:
* Penyakit jantung
* Serangan jantung
* Gagal jantung
* Detak jantung tidak teratur
* Tekanan darah tinggi
* Stroke
* Diabetes
 Menurut beberapa penelitian, 90 persen penderita insomnia—gangguan tidur yang ditandai dengan sulit tidur dan tetap terjaga sepanjang malam—juga mengalami risiko kesehatan serupa.

4. Gairah seks menurun
Para ahli melaporkan, kurang tidur pada pria dan wanita menurunkan tingkat libido dan dorongan melakukan hubungan seksual. Hal ini dikarenakan energi terkuras, mengantuk, dan tensi yang meningkat. Bagi pria yang mengidap sleep apnea (masalah pernapasan yang mengganggu saat tidur) kurang tidur menyebabkan gairah seksual melempem. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism 2002 menunjukkan, hampir semua orang yang menderita sleep apnea memiliki kadar testosteron yang rendah. Hampir setengah dari orang yang menderita sleep apnea parah memiliki tingkat testosteron yang rendah pada malam hari.

5. Menyebabkan depresi
Dalam studi tahun 1997, peneliti dari Universitas Pennsylvania melaporkan bahwa orang-orang yang tidur kurang dari 5 jam per hari selama tujuh hari menyebabkan stres, marah, sedih, dan kelelahan mental. Selain itu, kurang tidur dan gangguan tidur dapat menyebabkan gejala depresi. Gangguan tidur yang paling umum adalah insomnia, yang memiliki kaitan kuat dengan depresi. Dalam studi tahun 2007 yang melibatkan 10.000 orang terungkap bahwa pengidap insomnia 5 kali lebih rentan mengalami depresi. Bahkan, insomnia sering menjadi salah satu gejala pertama depresi. Insomnia dan tidak nafsu makan akibat depresi saling berhubungan. Kurang tidur memperparah gejala depresi dan depresi membuat Anda lebih sulit tidur. Sisi positifnya, pola tidur yang baik dapat membantu mengobati depresi.

6. Memengaruhi kesehatan kulit
Kebanyakan orang mengalami kulit pucat dan mata bengkak setelah beberapa malam kurang tidur. Keadaan tersebut benar karena kurang tidur yang kronis dapat mengakibatkan kulit kusam, garis-garis halus pada wajah, dan lingkaran hitam di bawah mata. Bila Anda tidak mendapatkan cukup tidur, tubuh Anda melepaskan lebih banyak hormon stres atau kortisol. Dalam jumlah yang berlebihan, kortisol dapat memecah kolagen kulit atau protein yang membuat kulit tetap halus dan elastis. 
Kurang tidur juga dapat menyebabkan tubuh lebih sedikit mengeluarkan hormon pertumbuhan. Ketika kita masih muda, hormon pertumbuhan manusia mendorong pertumbuhan. Dalam hal ini, hormon tersebut membantu meningkatkan massa otot, menebalkan kulit, dan memperkuat tulang. "Ini terjadi saat tubuh sedang tidur nyenyak—yang kami sebut tidur gelombang lambat (SWS)—hormon pertumbuhan dilepaskan," kata Phil Gehrman, PhD, CBSM, Asisten Profesor Psikiatri dan Direktur Klinis dari Program Behavioral Sleep Medicine Universitas Pennsylvania, Philadelphia.

7. Pelupa
Tidak ingin lupa dengan kenangan terbaik dalam hidup Anda? Cobalah perbanyak tidur. Pada tahun 2009, peneliti dari Amerika dan Perancis menemukan bahwa peristiwa otak yang disebut sharp wave ripples bertanggung jawab menguatkan memori pada otak. Peristiwa ini juga mentransfer informasi dari hipokampus ke neokorteks di otak, tempat kenangan jangka panjang disimpan. Sharp wave ripples kebanyakan terjadi pada saat tidur.

8. Tubuh jadi "melar"
Jika Anda mengabaikan efek kurang tidur, maka bersiaplah dengan ancaman kelebihan berat badan. Kurang tidur berhubungan dengan peningkatan rasa lapar dan nafsu makan, dan kemungkinan bisa menjadi obesitas. Menurut sebuah studi tahun 2004, hampir 30 persen dari orang-orang yang tidur kurang dari enam jam sehari cenderung menjadi lebih gemuk daripada mereka yang tidur tujuh sampai sembilan jam sehari. Penelitian terakhir terfokus pada hubungan antara tidur dan peptida yang mengatur nafsu makan. Ghrelin merangsang rasa lapar dan leptin memberi sinyal kenyang ke otak dan merangsang nafsu makan. Waktu tidur singkat dikaitkan dengan penurunan leptin dan peningkatan dalam ghrelin. 
Kurang tidur tak hanya merangsang nafsu makan. Hal ini juga merangsang hasrat menyantap makanan berlemak dan makanan tinggi karbohidrat. Riset yang tengah berlangsung dilakukan untuk meneliti apakah tidur yang layak harus menjadi bagian standar dari program penurunan berat badan.

9. Meningkatkan risiko kematian
Dalam penelitian Whitehall ke-2, peneliti Inggris menemukan bagaimana pola tidur memengaruhi angka kematian lebih dari 10.000 pegawai sipil Inggris selama dua dekade. Berdasarkan hasil penelitian yang dipublikasikan pada 2007, mereka yang telah tidur kurang dari 5-7 jam sehari mengalami kenaikan risiko kematian akibat berbagai faktor. Bahkan kurang tidur meningkatkan dua kali lipat risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular.

10. Merusak penilaian terutama tentang tidur
Kurang tidur dapat memengaruhi penafsiran tentang peristiwa. Keadaan tubuh yang lemas membuat kita tidak bisa menilai situasi secara akurat dan bijaksana. Anda yang kurang tidur sangat rentan terhadap penilaian buruk ketika sampai pada saat menilai apa yang kurang terhadap sesuatu. Dalam dunia yang serba cepat saat ini, kebiasaan tidur menjadi semacam lencana kehormatan. Spesialis mengenai tidur mengatakan, Anda salah jika berpikir Anda baik-baik saja meski kurang tidur karena di mana pun Anda bekerja pada profesi apa pun, akan menjadi masalah besar bila Anda tidak dapat menilai sesuatu dengan baik.
 "Studi menunjukkan bahwa dari waktu ke waktu, orang-orang yang tidur selama 6 jam, bukannya 7 atau 8 jam sehari, mulai merasa bahwa mereka telah beradaptasi dengan keadaan kurang tidur. Mereka sudah terbiasa dengan hal itu," kata Gehrman.

"Tapi jika Anda melihat hasil tes kinerja dan kewaspadaan mental, nilai mereka terus memburuk. Hal itu menjelaskan bagaiamana kurang tidur mengganggu aktivitas kita sehari-hari."

26 Maret, 2011

Teori tentang Kepatuhan


Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,makanan serta lingkungan. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan merupakan respon seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan. Perilaku ini menyangkut respon terhadap fasilitas pelayanan,  petugas kesehatan dan obat-obatannya (Notoatmojo, 2007). 
Perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya. Gejala kejiwaan yang yang dimaksud dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain pengalaman, keyakinan, sarana fisik, sosial budaya, masyarakat dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005). 
Perilaku mengonsumsi obat merupakan perilaku peran sakit yaitu tindakan atau kegiatan yang dilakukan penderita agar dapat sembuh. Kepatuhan menjalankan aturan pengobatan sangat penting untuk mencapai kesehatan secara optimal. Perilaku kepatuhan dapat berupa perilaku patuh dan tidak patuh yang dapat diukur melalui dimensi kemudahan, lama pengobatan, mutu, jarak dan keteraturan pengobatan.  Kepatuhan akan meningkat bila instruksi pengobatan jelas, hubungan obat terhadap Universitas Sumatera Utarapenyakit jelas dan pengobatan teratur serta adanya keyakinan bahwa kesehatan akan pulih, petugas kesehatan yang menyenangkan dan berwibawa, dukungan sosial keluarga pasien dan lain sebagainya (Medicastore, 2007). 
Kepatuhan berasal dari kata dasar patuh yang berarti taat, suka menurut perintah. Kepatuhan adalah tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan dokter atau oleh orang lain (Santoso, 2005). Menurut Anonim (2008) tingkat kepatuhan adalah  pengukuran pelaksanaan kegiatan, yang sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditetapkan, perhitungan tingkat kepatuhan dapat dikontrol bahwa pelaksanaan program telah melaksanakan kegiatan sesuai standar. 
Pengertian kepatuhan menurut Sacket adalah tingkat perilaku penderita dalam mengambil suatu tindakan untuk pengobatan,  misalnya dalam melakukan diet dan menentukan kebiasaan hidup sehat dan ketetapan berobat. Dalam bidang pengobatan, seseorang dikatakan tidak patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajiban untuk berobat sedemikian rupa sehingga dapat mengakibatkan terhalangnya kesembuhan (Anonim, 2008).  
Menurut Kelman perubahan sikap dan perilaku individu dimulai dengan tahap kepatuhan, identifikasi, kemudian baru  internalisasi. Kepatuhan individu yang berdasarkan rasa terpaksa atau ketidakpahaman tentang pentingnya perilaku yang baru itu, dapat disusul dengan kepatuhan yang berbeda jenisnya yaitu kepatuhan demi menjaga hubungan baik dengan petugas kesehatan atau tokoh yang menganjurkan perubahan tersebut (Sarwono, 2007). 
Universitas Sumatera UtaraPada tahap identifikasi, kepatuhan timbul  karena individu merasa tertarik atau engagumi petugas kesehatan atau tokoh  tersebut. Pada tahap ini belum dapat menjamin kelestarian perilaku itu karena individu belum dapat mengkaitkan perilaku tersebut dengan nilai-nilai lain dalam hidupnya, sehingga jika ia ditinggalkan oleh tokohnya idolanya, maka ia tidak merasa perlu lagi melanjutkan perilaku tersebut. 
Sedangkan pada tahap internalisasi, perubahan perilaku baru dapat optimal dimana perilaku yang baru tersebut dianggap bernilai positif bagi diri individu itu sendiri dan diintegrasikan dengan nilai-nilai lain dari hidupnya (Sarwono, 2007).  

Asuhan Sayang Ibu dan Bayi


A.  Prinsip Asuhan
  1. Intervensi minimal
  2. Komprehensif
  3. Sesuai Kebutuhan
  4. Sesuai dengan Standar, wewenang, otonomi & Kompetensi provider
  5. Dilakukan secara kompleks oleh tim
  6. Asuhan Sayang ibu & sayang bayi
  7. Memberikan inform consent
  8. Aman, nyaman, logis & berkualitas
  9. Fokus; Perempuan sebagai manusia utuh (Bio, psiko, sosio & spiritual kultural) selama hidupnya
  10. Tujuan asuhan dibuat bersama klien 
B.     Prinsip Sayang ibu dan Bayi pada Asuhan Kehamilan
1.      Memandang setiap kehamilan berisiko, karena sulit memprediksi wanita mana yang akan menghadapi komplikasi
2.      Penapisan & pengenalan dini Risti dan komplikasi kehamilan
3.      Mempertimbangkan tindakan untuk ibu sesuai agama/tradisi/adat setempat
4.      Membantu Persiapan Persalinan (penolong, tempat, alat, kebutuhan lain)
5.      Pengenalan tanda-tanda bahaya
6.      Memberikan konseling sesuai usia kehamilannya tentang: gizi, istirahat, pengaruh rokok/alkohol/obat pada kehamilan, ketidaknyamanan normal dalam kehamilan
7.      Kelas ANC untuk bumil, pasangan/keluarga
8.      Skrining untuk Siphilis & IMS lainnya
9.      Pemberian suplemen asam folat, Fe
10.  Pemberian imunisasi TT 2x
11.  Melaksanakan senam hamil
12.  Penyuluhan gizi, manfaat ASI & rawat gabung, manajemen laktasi
13.  Asuhan berkesinambungan
14.  Menganjurkan bumil utk menghindari kerja fisik berat
15.  Memeriksa TD, proteinuri secara teratur
16.  Pengukuran tinggi fundus uteri sesuai usia kehamilan (>24mg dg pita ukur)
17.  Pemeriksaan HB pada awal & usia 30 mgg
18.  Mendeteksi kehamilan ganda >usia 28mg
19.  Mendeteksi kelainan letak >36 mg
20.  Menghindari posisi terlentang pada pemeriksaan kehamilan lanjut
21.  Catatan ANC disimpan oleh bumil
C.     Asuhan Sayang Ibu dan Bayi pada Masa Persalinan
  1. Memberikan dukungan moril
  2. Memberikan kenyamanan
  3. Memberikan makan dan minum
  4. Membatasi intervensi yg tidak perlu
  5. Memperhatikan pencegahan Infeksi (PI)
  6. Memberikan informasi & bimbingan
  7. Mengurangi rasa sakit (relaksasi, massage, mandi air hangat & dukungan psikologi)
  8. Menawarkan ibu untuk memilih pendamping/didampingi selama persalinan
  9. Memberitahukan tindakan yg dilakukan & hasil asuhan
  10. Peka dan responsif pada keyakinan, nilai, adat istiadat
  11. Memberi kebebasan memilih posisi & bergerak
  12. Menghindari tindakan rutin yg tidak jelas
  13. Mengurangi rasa nyeri tanpa obat
  14. Mendorong semua utk inisiasi dini, bonding attachment & menyusui
  15. Menghindari sunat perempuan yg berlebihan
  16. Sayang bayi; pemberian ASI dengan sukses
  17. Melakukan penapisan risiko & pemantauan persalinan dg Partograf
  18. Mematuhi standar asuhan persalinan normal
  19. Menggunakan fasilitas sesuai standar
  20. Menganjurkan ibu menggunakan posisi lain dari pada terlentang
  21. Management aktif kala III
  22. Memeriksa kelengkapan plasenta dan selaputnya
  23. Memeriksa laserasi vagina & perineum
  24. Pemantauan ketat 6 jam paska salin
  25. Memberikan dukungan emosional dan fisik secara terus menerus selama persalinan
  26. Menghindari tindakan rutin yg tidak bermanfaat:
a.   Membatasi makan & minum
b.   PD berulang-ulang & oleh orang yg berbeda
c.   Memimpin mengedan setelah pembukaan lengkap, ada dorongan mengedan
d.   Penggunaan posisi terlentang / lithotomi secara rutin selama persalinan
e.   Pemantauan janin secara terus menerus dengan elektronik
f.    Enema & pencukuran pubis
g.   Pemasangan infus
h.   Pembilasan uterus setelah melahirkan
i.      Eksplorasi uterus
j.     Pemberian oxyticin tak terkendali
k.   Meneran terus menerus
l.      Masase/meregang perineum saat kala II
m.Episiotomi
27.     Dukungan Asuhan Sayang ibu
  1. Berikan informasi & penjelasan sebanyak yg ibu inginkan
  2. Memberikan asuhan shg wanita merasa aman dan percaya diri
  3. Memberikan dukungan empati selama persalinan & kelahiran
  4. Permudah komunikasi yg baik antara penolong, ibu & pendampingnya
D.    Asuhan Sayang ibu dengan Pencegahan Infeksi
  1. Menggunakan bahan/alat sekali pakai, lakukan dekontaminasi yang sesuai untuk alat yang akan digunakan lagi
  2. Gunakan sarung tangan saat PD, melahirkan bayi & menangani plasenta
  3. Menggunakan pelindung diri (Sepatu, celemek, kacamata)
  4. Cuci tangan
  5. Membersihkan perineum ibu dg sabun dan air
  6. Permukaan tempat bayi lahir dibersihkan
  7. Peralatan, kasa, tali pengikat tali pusat telah di DTT
E.     Asuhan Sayang Ibu dan Bayi pada Masa postpartum
  1. Pemantauan ketat & pengamatan terus menerus selama 6 jam pertama masa nifas (TD, nadi, perdarahan, kontraksi uterus)
a.   Setiap 15 mnt selama 2 jam pertama
b.   Setiap 30 mnt selama 1 jam berikutnya
c.   Setiap jam selama 3 jam terakhir
  1. Kekhawatiran Ibu Nifas
a.   Ketidak mampuan
b.   Kehilangan hubungan kedekatan dalam perkawinan
c.   Tanggung jawab constant : merawat bayinya dan anggota keluarga yang lain

  1. Informasi dan Konseling yang dibutuhkan ibu masa nifas
a.      Apa yg terjadi pada tubuhnya (termasuk tanda-tanda bahaya)
b.      Perawatan diri
c.      Kehidupan seksual
d.      Kontrasepsi
e.      Nutrisi                     
F.     Asuhan Sayang ibu Pada Masa Postpartum
1.      alat genitalia dengan sabun & air (setiap sesudah Ambulasi / mobilisasi dini
2.      Ajarkan ibu /keluarga cara meraba uterus & memasasenya
3.      Mendekap & menyusui sedini mungkin (30 menit pertama setelah persalinan).
4.      Mengajarkan cara membersihkan BAK/BAB)
5.      Menganjurkan ganti pembalut minimal 3x
6.      Memberi tahu untuk cuci tangan di air mengalir, sebelum/sesudah membersihkan
7.      Mengajarkan latihan ringan tertentu (senam nifas)
8.      Menganjurkan makan dengan menu seimbang
a.      Memperoleh tambahan kalori 500/hari
b.      minum paling sedikit 2 ltr/hari
c.      Tablet zat besi diminum minimal 40 hari
9.      Membantu & membimbing ibu agar dapat menyusui dengan baik
10.  menjaga suhu ruangan tetap hangat (suhu 25°C atau lebih), mengeringkan bayi dengan handuk/kain hangat, membungkus tubuh terutama kepala bayi, selanjutnya didekapkan pada ibunya  
11.  Kontak kulit ke kulit (Metoda Kanguru) efektif a menjaga kehangatan BBLR.
12.  Penyelenggaraan konseling mengenai KB dan kontrasepsi termasuk Metode Amenorea Laktasi (LAM) untuk ibu dan suami sebelum meninggalkan RS
G.    Asuhan  Sayang bayi pada Bayi Baru Lahir  sehat  :
  1. Rawat Gabung (ROOMING IN)
  2. Menjaga KEHANGATAN BAYI
  3. Inisiasi pembrian ASI DINI & Menyusui EKSKLUSIF
  4. Pencegahan infeksi
  5. Pemberian imunisasi
  6. Pemantauan tanda bahaya

  1. Mengajarkan posisi menyusui yang benar dengan melihat hal berikut ini:
a.      Kepala dan tubuh BBL dalam posisi lurus.
b.      BBL menghadap ke payudara dengan hidung menempel di puting ibu.
c.      Tubuh BBL menempel pada tubuh ibu.
d.      Seluruh tubuh BBL ditahan, tidak hanya bagian leher dan bahu saja.
H.    Tips untuk menolong ibu meneteki BBL
a.         Cari tempat yang tenang untuk meneteki
b.         Sistem saraf BBLR belum matang. Suara, cahaya, aktivitas mengganggu isapan
c.         Peras beberapa tetes ASI di puting payudara, membantu bayi mulai menghisap
d.         Berikan bayi istirahat sejenak selama meneteki
e.         Air susu yang terlalu deras pada bayi dapat menyebabkan bayi batuk dan cegukan untuk itu lakukan:
1)        Hentikan pemberian ASI untuk sementara
2)        Mulai menyusu kembali setelah nafas normal
3)        Apabila ASI masih terlalu deras   à posisi ibu setengah baring
I.       Tidak melakukan aspirasi lendir secara rutin
J.       Tidak memberikan makanan lain selain ASI
K.     Pemberian Vitamin K1 injeksi 0,1 mg IM pada bayi baru lahir ( 1x dalam 1 jam pertama di paha kiri)
L.      Pemberian Vit. A dosis tinggi 200.000 IU untuk ibu dalam 48 jam pertama (2x)
M.    Merawat tali pusat kering & bersih ( perawatan terbuka, tanpa obat)
N.     Memberikan imunisasi utk bayi
O.    Memberikan konseling menyusui eksklusif sampai 6 bulan & pemberian makanan pendamping setelah 6 bulan
P.      Pengaturan waktu menyusui, menghambat keberhasilan memulai pemberian ASI.
Q.    Posisi bayi yang benar pd tubuh ibu & putting susu waktu menyusui, akan membantu keberhasilan memulai pemberian ASI.

Fans Page