Ads 468x60px

25 September, 2013

Hubungan Status Gizi Ibu Saat Hamil dengan Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah Pada Ibu Bersalin di Wilayah Kerja Puskesmas

Angka Kematian Bayi di seluruh dunia sebesar 57/1.000 kelahiran hidup (KH). Di Indonesia sebesar 34 per 1.000 KH. Di Propinsi Lampung mencapai 7 per 1.000 kelahiran hidup. Kabupaten Mesuji mencapai 6 per 1.000 kelahiran hidup. Menurut hasil Riskesdas 2010 penyebab kematian bayi baru lahir usia 0-6 hari di Indonesia oleh BBLR sebesar 32,4%. Di Propinsi Lampung pada tahun 2010 kematian bayi terbesar disebabkan oleh BBLR yaitu sebesar 54%. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas. Data di Puskesmas XXX Kabupaten XXXX diperoleh data pada tahun 2012 sebanyak 14,15%. Penyebab dari kejadian BBLR antara lain faktor Ibu seperti gizi ibu saat hamil, umur, hidramnion, perdarahan antepartum, preeklampsi, ketuban pecah dini, abruptio plasenta, plasenta previa, korioamnionitis, insersi tali pusat, arteri umbilikalis tunggal, cacat bawaan dan infeksi dalam rahim. 

Tujuan penelitian ini secara untuk mengetahui hubungan status gizi ibu saat hamil dengan kejadian bayi berat lahir rendah pada ibu bersalin di wilayah kerja Puskesmas XXXX Kecamatan TXXXX Kabupaten XXXX Tahun 2013.

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode analitik dengan rancangan cross secsional. Populasi adalah seluruh ibu bersalin di wilayah kerja puskesmas XXXX pada bulan Mei-Juni 2013 dengan jumlah 127 ibu hamil. Sampel ditentukan dengan rumus berjumlah sampel 74 ibu bersalin, diambil dengan teknik accidental sampling. Cara pengumpulan data dengan studi dokumentasi dengan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan observasi dengan melakukan pengukuran LILA, penimbangan berat badan ibu dan penimbangan berat badan bayi yang dilahirkan. Analisis data univariat berupa distribusi frekuensi dan analisis dengan bivariat dengan menggunakan uji chi square.

Hasil penelitian proporsi kejadian bayi berat lahir rendah sebanyak 22,97% (17 bayi) dari 74 ibu bersalin, status gizi ibu saat hamil pada bayi baru lahir dengan berat lahir rendah sebanyak 62,16% (46 ibu) dengan status gizi kurang. Hasil uji statistik hubungan antara gizi ibu saat hamil dengan kejadian bayi berat lahir rendah pada ibu bersalin dengan  p value = 0,005. Kesimpulan penelitian bahwa terdapat hubungan antara gizi ibu saat hamil dengan kejadian bayi berat lahir rendah pada ibu bersalin. Saran diharapkan kepada para bidan untuk meningkatkan penyuluhan kepada ibu hamil tentang kebutuhan nutrisi selama kehamilan sejak TM I sampai dengan TM III

Kata Kunci : Berat Badan Lahir Rendah, status gizi ibu hamil
Daftar Bacaan : 24 (1998-2013)

Anda tertarik Untuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA

Hubungan Prematuritas Dan Status Ekonomi Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Di RS

Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKB di Indonesia adalah sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup. Asfiksia neonatorum merupakan penyebab kedua kematian bayi di Indonesia sebesar 27%. Penyebab terbesar kematian bayi perinatal dan neonatal di Provinsi XXX tahun 2011 adalah asfiksia neonatorum yaitu 34,19% . Pada tahun 2011 di kota XXX terdapat 247 bayi (7,3%) yang mengalami asfiksia dari 3382 kelahiran. Bayi yang lahir dalam keadaan asfiksia menyebabkan hipoksia, serta berdampak pada kematian, sedangkan jika bayi dapat bertahan hidup, kemungkinan akan menderita cacat mental serta kerusakan otak yang permanen, seperti epilepsi dan bodoh pada masa mendatang. Faktor predisposisi yang dapat menyebabkan asfiksia pada bayi baru lahir meliputi plasenta previa, solusio plasenta, kehamilan lewat waktu, preeklamsi dan eklamsi, partus lama, ketuban pecah dini, status ekonomi rendah, persalinan dengan SC, dan korioamnionitis. Faktor tali pusat, faktor bayi meliputi air ketuban bercampur mekonium, gemeli, letak sungsang, kelainan kongenital dan bayi prematur. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan prematuritas dan status ekonomi dengan kejadian asfiksia neonatorum pada bayi baru lahir di RS  XXXXXX tahun 2013. 

Rancangan penelitian menggunakan case control. Populasi kasus yaitu bayi baru lahir normal yang mengalami asfiksia di RSUD Jend.A.Yani Metro, dan populasi kontrol bayi baru lahir normal yang tidak mengalami asfiksia. Populasi dalam penelitian berjumlah 96 bayi baru lahir normal. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 24 kasus dan 72 kontrol, dengan teknik quota sampling, pengumpulan data ini menggunakan cek list yang dianalisa secara univariat dengan tabel persentase dan bivariat dengan analisa chi square.

Hasil penelitian ini diperoleh hasil proporsi prematuritas yaitu sebanyak 62,5% (15 orang), proporsi status ekonomi rendah yaitu sebanyak 54,2% (13 orang). Hubungan antara prematuritas dengan asfiksia neonatorum ( p-value 0,002) dan didapatkan nilai OR 5,000 (CI; 95%: 1,870-13,370). Hubungan antara status ekonomi dengan asfiksia neonatorum (p-value 0,001) dan didapatkan nilai OR 5,909 (CI; 95%: 2,143-16,294). Kesimpulan penelitian bahwa terdapat hubungan antara prematuritas dan status ekonomi dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSUD XXXX. Perlu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya asfiksia neonatorum, salah satu nya pentingnya melakukan deteksi dini, memberikan penyuluhan kepada ibu hamil ketika pelayanan antenatal tentang faktor-faktor resiko, menjaga pola makan dan kesehatan, serta upaya persalinan cukup bulan sehingga kejadian prematuritas dapat dicegah dan memperkecil kemungkinan terjadinya asfiksia.

Kata Kunci : Prematuritas, Status Ekonomi, dan Asfiksia Neonatorum
Daftar Bacaan : 41 (2000-2013)

Anda tertarik Untuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA

24 September, 2013

Hubungan Perdarahan Antepartum dan Ketuban Pecah Dini dengan Kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir di RSU

Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tergolong tinggi. Di negara ASEAN pada tahun 2009 AKB di Indonesia sebesar 30 per 1000 kelahiran hidup. Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2012 AKB di Indonesia adalah sebesar 32 per 1.000. Penyebab kematian bayi kedua adalah asfiksia neonatorum  sebesar 27%, di Propinsi XXX asfiksia penyebab kematian bayi nomor dua.  Di Kota XXX tahun 2011 asfiksia  menempati urutan kedua penyebab kematian  (29%) setelah BBLR Rumusan masalah apakah ada hubungan antara perdarahan antepartum dan ketuban pecah dini dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di RSUD XXXX Tahun 2013?. 

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perdarahan antepartum dan ketuban pecah dini dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di RSUD XXX Tahun 2013.

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode analitik dengan rancangan case control. Populasi kasus adalah ibu bersalin dengan bayi lahir asfiksia dan populasi kontrol adalah ibu bersalin dengan bayi lahir normal. Sampel kasus berjumlah 27 ibu dan sampel kontrol berjumlah 27 ibu bersalin dengan bayi asfiksia dengan tehnik consecutive sampling. Cara ukur dengan observasi dan wawancara dan alat ukur lembar checklist yang dianalisa secara univariat dengan tabel persentase dan bivariat dengan analisa chi square.

Hasil peneltiian diperoleh proporsi kejadian perdarahan antepartum pada ibu bersalin sebesar 14,81%, kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin sebesar 20,37%. Hasil uji statistik hubungan perdarahan antepartum dengan kejadian asfiksia dengan p-value = 0,025 dan OR: 9,100, hubungan ketuban pecah dini dengan kejadian asfiksia dengan p-value = 0,043 dan OR: 6,250. Kesimpulan penelitian ada hubungan antara perdarahan antepartum dan ketuban pecah dini dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di RSUD XXXX Tahun 2013, sehingga perlu penanganan yang lebih intensif pada ibu dengan kejadian perdarahan antepartum dan ketuban pecah dini agar kejadian asfiksia pada bayi baru lahir dapat dicegah.

Kata Kunci : Asfiksia, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini
Daftar Bacaan : 34 (1998-2012)

Anda tertarik Untuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA

Hubungan Paritas, Anemia dan Riwayat Persalinan dengan Retensio Plasenta pada Ibu Bersalin di RS

Data WHO menunjukkan sebanyak 99 persen kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Kasus kematian ibu yang disebabkan perdarahanberdasarkan data WHO pada tahun 2007 untuk negara berkembang adalah 28%, di Indonesia tahun 2007 sebesar 33%. Tahun 2011 di kota XXX kasus perdarahan menjadi penyebab utama kematian maternal lebih tinggi dari provinsi Lampung, yaitu sebesar 60% atau 3 kasus dari 5 kematian. Retensio plasenta disebabkan oleh berbagai faktor yaitu faktor maternal seperti paritas, anemia dan faktor perlukaan uterus yaitu riwayat persalinan dengan komplikasi seperti riwayat seksiosecarea, kuretase, retensio plasenta, serta riwayat endometritis  Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui hubungan paritas, anemia dan riwayat persalinan dengan kejadian retensio plasenta di Rumah Sakit Umum XXXX.

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode analitik dengan rancangan case control. Populasi dalam penelitian adalah populasi kasus yaitu ibu dengan retensio plasenta dan populasi kontrol yaitu ibu bersalin yang tidak mengalami retensio plasenta. Sampel kasus berjumlah 14 ibu bersalin dan sampel kontrol berjumlah 42 ibu bersalin dengan tehnik quota sampling. 

Hasil pengolahan data dari 56 responden proporsi paritas beresiko terdapat 16,1% (9 ibu bersalin), proporsi anemia pada ibu bersalin terdapat 23,2% (13 ibu bersalin), proporsi riwayat persalinan beresiko pada ibu bersalin terdapat 17,9% (10 ibu bersalin). Ada hubungan antara paritas dengan kejadian retensio plasenta dengan  p value: 0,035 dan OR : 5,278. Ada hubungan antara anemia dengan kejadian retensio plasenta dengan p value: 0,011 dan OR : 6,000. Ada hubungan antara riwayat persalinan dengan kejadian retensio plasenta dengan  p value: 0,011 dan OR : 7,125. 

Kesimpulan penelitian bahwa paritas, anemia, dan retensio plasenta berhubungan dengan kejadian retensio plasenta, sehingga perlu penanganan dengan melakukan manajemen aktif kala III dengan tepat serta penyuluhan pada ibu hamil khususnya ibu dengan riwayat seksio sesarea dan riwayat kuretase untuk melakukan pemeriksaan kehamilannya secara rutin.

Kata Kunci : Retensio plasenta, paritas, anemia, retensio plasenta
Daftar Bacaan : 36 (1998-2013)

Anda tertarik Untuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA

23 September, 2013

Hubungan paritas dan obesitas dengan kejadian pre eklampsia pada ibu bersalin di Rumah Sakit

Pre eklampsia merupakan salah satu komplikasi yang menyumbang angka kematian ibu. Berdasarkan data WHO tahun 2007 AKI yang disebabkan pre eklampsi untuk negara berkembang 16,1%, untuk kawasan Asia sebesar 9,1%, AKI karena preeklampsi di Indonesia tahun 2007 sebesar 33% sedangkan AKI karena pre eklampsia di Lampung sebesar 24,21%. Angka kejadian Pre eklampsia di RSUD Jendral A. Yani Metro tahun 2011 sebanyak 12,81% (117 kasus) dari 913 ibu bersalin meningkat tahun 2012 terdapat 14,62% (155 kasus) dari 1.060 ibu bersalin Faktor resiko pre eklampsia diantaranya paritas dan obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan paritas dan obesitas dengan kejadian pre eklampsia pada ibu bersalin di RSUD Jendral Ahmad Yani Kota Metro Tahun 2013.

Metode penelitian yaitu analitik dengan rancangan penelitian menggunakan case control. Populasi kasus adalah ibu bersalin yang dirawat di RSUD Jenderal A. Yani Kota Metro yang mengalami pre eklampsia sebanyak 36 ibu, populasi kontrol adalah ibu bersalin yang dirawat di rumah sakit tersebut yang tidak mengalami pre eklampsia sebanyak 130 ibu. Sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus lameshow dengan perbandingan 1:3 sebanyak 14 kasus dan kontrol 42. Dengan tekhik quota sampling. Cara ukur dengan observasi dan wawancara, alat ukur berupa cheklist, analisis data secara univariat dengan tabel persentase dan bivariat dengan analisa chi square. 

Hasil penelitian didapatkan proporsi pre eklampsia dengan paritas beresiko71,4% dan proporsi obesitas 78,6%. Hasil analisis antara paritas dengan kejadian pre eklampsia didapatkan nilai p value 0,019 < α 0,05 (OR 5,577) dan obesitas dalam kehamilan dengan kejadian pre eklampsia dengan nilai p value 0,021 < α 0,05 (OR: 5,958). Kesimpulan menunjukan ada hubungan antara paritas dan obesitas dengan kejadian pre eklampsia pada ibu bersalin di RSUD Jenderal A. Yani Kota Metro. Diharapkan untuk rumah sakit tersebut melakukan kerjasama ke tenaga kesehatan lain khususnya bidan di BPS, Puskesmas dan Klinik perlu meningkatkan upaya penanganan yang lebih intensif dengan deteksi dini, menganjurkan ibu hamil untuk ANC teratur dan terpadu yaitu melakukan pemeriksaan laboratorium, urine, dan tekanan darah secara teratur dengan mempersiapkan sarana dan alat pertolongan persalinan sesuai standart.
Kata Kunci : Pre eklampsia, paritas, obesitas 
Daftar Bacaan : 32 (1998-2013)

Anda tertarik Untuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA

Hubungan Paritas dan Usia Gestasi dengan Kejadian Preeklamsia pada Ibu Bersalin di RS

Pre eklampsia merupakan salah satu komplikasi yang menyumbang angka kematian Ibu. Di indonesia AKI yang disebabkan preeklamsi berdasarkan data WHO tahun 2007 untuk negara berkembang 16,1%, di Indonesia 33% sedangkan di Lampung sebesar 27% di Kota Metro tahun 2009 sebanyak 40%. Faktor presdisposisi yang menjadi penyebab pre eklamsi diantaranya paritas dan usia gestasi.  Angka kejadian Pre Eklampsia di RSU XXXX tiap tahunnya mengalami peningkatan sejak tahun 2011 sebanyak 12,73% (117kasus) dari 919 ibu bersalin meningkat tahun 2012 terdapat 14,62% (155 kasus) dari 1.060 ibu bersalin. Tujuan penelitian ini secara umum untuk mengetahui hubungan paritas dan usia gestasi dengan kejadian pre eklamsia pada ibu bersalin di RSUD JXXXX Tahun 2013.

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode analitik dengan rancangan case control. Populasi kasus semua ibu bersalin dengan pre eklampsia bulan Mei-Juni 2013 di RSUD JXXXX Tahun 2013 ada 12 kasus dan populasi kontrol adalah ibu bersalin dengan persalinan normal yang berjumlah 34 persalinan. Sampel kasus ditentukan dengan rumus desain kasus kontrol diperoleh hasil sebanyak 12 ibu dan sampel kontrol diambil dengan perbandingan 1:2 berjumlah 24 ibu yang diambil dengan tehnik systematic random sampling. Cara pengumpulan data dengan studi dokumentasi menggunakan check list. Analisis data univariat berupa proporsi dan analisis dengan bivariat dengan menggunakan uji chi square.

Hasil penelitian di RSUD XXXX tahun 2013 dari 36 responden diperoleh hasil bahwa proporsi kejadian pre eklampsia sebanyak 33,3%, proporsi paritas beresiko pada ibu bersalin  sebesar 25%, proporsi usia gestasi beresiko sebesar 66,7%. Hubungan paritas dengan pre eklamsi diperoleh nilai p value = 0,045 dan OR: 7,000, dan hubungan usia gestasi dengan preeklamsi diperoleh nilai p value = 0,043 dan OR: 9,308. Kesimpulan penelitian bahwa terdapat hubungan antara paritas dan usia gestasi dengan kejadian pre eklamsia. Saran perlu pemantauan yang lebih intensif pada ibu dengan paritas dan usia gestasi beresiko terjadinya pre eklampsi serta pencegahan dengan penyuluhan tentang tanda-tanda bahaya kehamilan, deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap pre eklampsia

Kata Kunci : Paritas, usia gestasi pre eklampsia 
Daftar Bacaan : 31 (1998-2012)

Anda tertarik Untuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA


Hubungan Induksi Oksitosin dengan Kejadian Gawat Janin pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit

Setiap tahunnya diperkirakan terjadi 7,6 juta kematian perinatal dan 57% diantaranya kematian fetal atau intrauterine fetal death. Tahun 2009 angka kejadian gawat janin di dunia sebesar 21,6%. Di Indonesia sebesar 1,92%, Provinsi Lampung 34 per 1000 kelahiran hidup. Di Kabupaten Lampung Tengah 43% dari 23 per 1.000 kelahiran hidup dan di RS XXX diperoleh data tahun 2011 sebanyak 64 (6,23%) dan meningkat pada tahun 2012 sebanyak 79 kasus (7,72%) dengan kematian janin sebanyak 3 kasus. Faktor penyebab dari terjadinya gawat janin antara lain yaitu persalinan yang berlangsung lama, induksi persalinan dengan oksitosin dan adanya perdarahan antepartum. Rumusan masalah penelitian ini yaitu apakah ada hubungan antara induksi oksitosin dengan gawat janin pada ibu bersalin di RS XXX dan RS XXX Tahun 2013. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui  hubungan induksi oksitosin dengan kejadian gawat janin pada ibu bersalin di Rumah Sakit XXXX dan Rumah Sakit XXX Lampung Tengah Tahun 2013.

Metode penelitian yaitu metode analitik dengan rancangan kohort. Populasi adalah seluruh ibu bersalin dengan usia kehamilan aterm (37-42 minggu) yang berjumlah 130 ibu. Sampel terpajan yaitu ibu dengan bayi gawat janin yang berjumlah 10 ibu bersalin dan sampel tidak terpajan berjumlah 30 ibu bersalin dengan kriteria inklusi ibu dengan bayi gawat janin dan eksklusi ibu bersalin dengan bayi lahir normal yang dikumpulkan dengan tehnik quota sampling. Cara ukur dengan angket dan observasi serta alat ukur berupa partograf dan lembar kuisioner yang dianalisis secara univariat dengan tabel persentase dan bivariat dengan analisis dengan fisher exact.

Hasil penelitian didapatkan bahwa proporsi gawat janin sebanyak 25%, proporsi pemberian oksitosin sebanyak 27,50%. Hasil uji statistik dengan fisher exact didapatkan ada hubungan antara induksi oksitosin dengan kejadian gawat janin pada ibu bersalin dengan p value = 0,002 < : 0,05 dan RR: 6,152. Kesimpulan penelitian bahwa ada hubungan antara induksi oksitosin dengan kejadian gawat janin pada ibu bersalin di Rumah Sakit XXXX dan Rumah Sakit XXXX Tahun 2013, sehingga tenaga kesehatan diharapkan dapat melakukan pemantauan dan pencatatan denyut jantung janin dengan segera dan kontinyu serta dapat memberikan suatu penilaian kesehatan janin selama persalinan dalam upaya pendeteksian keadaan gawat janin

Kata Kunci : Gawat janin, induksi oksitosin
Daftar Bacaan : 27 (1998-2013)

Anda tertarik Untuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA


Hubungan Kepatuhan Bidan di Desa Terhadap Standar Antenatal Care dengan Kejadian Pre Eklampsia Pada Ibu Hamil di BPS

Pre eklampsia merupakan salah satu komplikasi yang menyumbang angka kematian Ibu (AKI). AKI di negara berkembang adalah 16,1%, dan untuk kawasan Asia sebesar 9,1%, di Indonesia tahun 2007 sebesar 33% sedangkan AKI karena pre eklampsia di Lampung sebesar 18,75%, di Lampung Tengah tahun 2011 adalah sebesar 6,79%. Banyaknya angka kematian karena pre eklampsia disebabkan angka kejadian pre eklampsia meningkat. Angka kejadian pre eklampsia di dunia sebesar 3-10%,  di Indonesia sekitar 9,8%-25,5%, di Provinsi Lampung tahun 2011 sebesar 27%, di Lampung Tengah tahun 2011 sebesar 24,21%, sedangkan di wilayah kerja Puskesmas XXX pada tahun 2011 sebesar 9,55% di tahun 2012 sebesar 11,29%. Kejadian pre eklampsia ini dapat berkaitan dengan kepatuhan bidan terhadap pelaksanaan antenatal care yang sesuai dengan standar. Hasil para survey terdapat 4 bidan, diperoleh hasil 75% yang tidak patuh melaksanakan antenatal care dan 75% ibu hamil tidak mendapatkan antenatal care sesuai stándar.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kepatuhan bidan di desa terhadap standar antenatal care dengan kejadian Pre eklampsia pada ibu hamil di BPS wilayah kerja Puskesmas XXXXX Tahun 2013.
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode analitik dengan rancangan cross sectional. Populasinya seluruh ibu hamil TM II dan III yang melakukan ANC di BPS wilayah kerja Puskesmas XXXX tahun 2013 sejumlah 230 ibu hamil, Jumlah sampel ditentukan dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh sampel  147 ibu hamil, pengambilan sampel menggunakan teknik consecutive sampling. Cara pengumpulan data dengan angket menggunakan kuesioner. Analisis data univariat berupa distribusi frekuensi dan analisis dengan bivariat dengan menggunakan uji chi square.
Hasil penelitian dari 147 ibu hamil diperoleh proporsi kejadian pre eklampsia sebesar 14,29%, kepatuhan bidan di desa terhadap standar antenatal care 14.97%. Uji statistik ada hubungan kepatuhan bidan di desa terhadap standar antenatal care dengan kejadian Pre eklampsia pada ibu hamil di BPS wilayah kerja Puskesmas XXXX Tahun 2013, p-value = 0,025 (<a : 0,05). Kesimpulan penelitian terdapat hubungan antara kepatuhan bidan di desa terhadap standar antenatal care dengan kejadian Pre eklampsia pada ibu hamil di BPS wilayah kerja Puskesmas Simbarwaringin Lampung Tengah Tahun 2013. Saran diharapkan kepada para bidan untuk melaksanakan antenatal care sesuai dengan standar serta melengkapi sarana dan prasarana laboratorium sederhana (protein urine dan reduksi urin) sehingga dapat meningkatkan kepatuhan bidan dalam melaksanakan standar antenatal care.

Kata Kunci      : Pre eklampsia, standar antenatal care, kepatuhan
Daftar Bacaan    : 26 (2001-2013)

Anda tertarik Untuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA


Hubungan Gaya hidup dengan kejadian pre eklampsi pada ibu bersalin di rumah Sakit

Pre eklampsia merupakan salah satu komplikasi yang menyumbang angka kematian Ibu (AKI). %. Pre eklampsi apabila tidak ditangani dengan cepat dan tepat maka akan menjadi eklampsi hingga terjadi kematian ibu dan janin. Kasus kematian ibu yang disebabkan pre eklampsia berdasarkan data WHO pada tahun 2007 untuk negara berkembang adalah 16,1%, di Indonesia sebesar 33% sedangkan di Lampung sebesar 24,21, Angka kejadian pre eklampsi di Rumah Sakit Umum XXXX tahun 2011 sebanyak 44 kasus (5,93%) dan meningkat pada tahun 2012 sebanyak 170 kasus (16,38%). Pre Eklampsi disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah gaya hidup seperti merokok, aktifitas fisik, pola makan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan gaya hidup dengan kejadian Pre eklampsia pada ibu Bersalin di Rumah Sakit XXXX pada Tahun 2013
Jenis penelitian ini adalah analitik dan rancangan penelitian case control. Populasi kasus yang digunakan adalah semua ibu bersalin yang mengalami pre eklampsi yang berjumlah 32 ibu dan populasi kontrolnya adalah semua ibu bersalin yang tidak mengalami pre eklampsi yang berjumlah 155 ibu dan sampel penelitian menggunakan tingkat kesalahan 5% sehingga diperoleh 32 sampel kasus dan 64 sampel kontrol. Penentuan sampel dengan teknik quota sampling. Pengumpulan data dengan metode wawancara dengan kuisioner. Pengolahan data menggunakan analisis univariate dan analisis bivariate dengan uji chi square.
            Hasil analisis penelitian dari 96 responden diperoleh proporsi ibu bersalin dengan pre eklampsi yang merokok sebesar 65,5%, melakukan aktifitas fisik sebesar 71,88%, dan pola makan tidak baik sebesar 81,3%. Hasil uji chi square hubungan merokok dengan kejadian pre eklampsi p value=0.001, OR=4,879, hubungan aktifitas fisik dengan kejadian pre eklampsi p value=0.008, OR: 3,824 dan hubungan pola makan dengan kejadian pre eklampsi p value=0.001,  OR=5,571.
            Kesimpulan penelitian ini ada hubungan antara merokok, aktivitas fisik dan pola makan kejadian pre eklampsi, , maka disarankan agar tenaga kesehatan melakukan pemantauan tekanan darah, protein utrine dan odema pada ibu hamil agar tidak berlanjut menjadi eklampsi dan penyuluhan tentang bahaya merokok, asupan nutrisi seimbang dan tetap melakukan aktivitas pekerjaan rumah sehari-hari guna mencegah kejadian pre eklampsi.

Kata kunci       : Pre eklampsi, merokok, aktifitas fisik, pola makan
Daftar bacaan  :  39 (1995 – 2011)

Anda tertarik Untuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA

Hubungan antara Riwayat Hipertensi dan Riwayat Diabetes Mellitus Dengan Kejadian Pre Eklampsia pada Ibu Bersalin

Pre eklampsia merupakan salah satu komplikasi yang menyumbang angka kematian Ibu (AKI). Kasus kematian ibu yang disebabkan pre eklampsia berdasarkan data WHO pada tahun 2007 untuk negara berkembang adalah 16,1%, dan untuk kawasan Asia sebesar 9,1%. Di Indonesia tahun 2007 sebesar 33% sedangkan AKI karena pre eklampsia di Lampung sebesar 27%. AKI di Kota Metro tahun 2011 yang disebabkan oleh eklampsia sebanyak 40% (2 kasus). Faktor predisposisi yang menjadi penyebab pre Eklampsi diantaranya riwayat hipertensi dan diabetes mellitus.
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk   mengetahui   hubungan antara riwayat hipertensi dan diabetes mellitus dengan kejadian Pre eklampsia di RSU XXXXX Tahun 2013.
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode analitik dengan rancangan case control. Populasi kasus adalah ibu bersalin yang mengalami pre eklampsi sebanyak 36 ibu dan populasi kontrol adalah semua ibu bersalin yang tidak mengalami pre eklampsi sebanyak 130 ibu. Sampel kasus adalah ibu bersalin dengan pre eklampsi yang berjumlah 16 ibu bersalin dan sampel kontrol berjumlah 48 ibu bersalin dengan tehnik proporsive dan quota sampling. Cara ukur dengan observasi dan wawancara serta alat ukur berupa lembar checklist yang dianalisa secara univariat dengan tabel persentase dan bivariat dengan analisa fisher exact.
Hasil penelitian proporsi riwayat hipertensi ibu bersalin dengan pre eklampsia adalah sebesar 14,06%, proporsi riwayat diabetes mellitus sebesar 6,25%, Analisis hubungan riwayat hipertensi dengan kejadian pre eklampsia pada ibu bersalin dengan p-value = 0,036, dan hubungan riwayat diabetes mellitus dengan kejadian pre eklampsia pada ibu bersalin dengan p-value = 0,045 dan OR= 10,846. Kesimpulan penelitian bahwa ada hubungan antara riwayat hipertensi dan diabetes mellitus dengan kejadian Pre eklampsia di RSU XXXXX Tahun 2013, sehingga perlu meningkatkan upaya penanganan yang lebih intensif pada ibu dengan riwayat hipertensi dan diabetes mellitus terutama jika terdapat tanda-tanda peningkatan tekanan darah, oedem dan protein urin dengan mempersiapkan saran dan alat pertolongan persalinan.

Kata Kunci        : Pre Eklampsi, riwayat hipertensi, diabetes mellitus
Daftar Bacaan    : 29 (1998-2012)

Anda tertarik Untuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA


Hubungan Antara Paritas dan Jarak kehamilan dengan Kejadian Perdarahan Postpartum

Perdarahan postpartum adalah proses kehilangan darah 500 ml atau lebih yang terjadi setelah bayi lahir. Kejadian perdarahan postpartum di RSUD XXXXX mengalami peningkatan selama 2 tahun terakhir pada tahun 2011 terdapat 170 kasus perdarahan (17,28%) dari 984 persalinan. Pada tahun 2012 terdapat 213 kasus perdarahan (17,54%) dari 1214 persalinan. Perdarahan postpartum dapat disebabkan oleh paritas tinggi dan jarak kehamilan sebagai faktor predisposisinya, jika perdarahan tidak segera dihentikan, akibat akhirnya menjadi syok dan berujung pada kematian ibu.

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui hubungan antara paritas dan jarak kehamilan dengan kejadian perdarahan post partum di RSUD XXXXX tahun 2013.

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode analitik dengan rancangan case control. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin RSUD XXX sebanyak 38 orang, Kasus yaitu ibu bersalin yang mengalami perdarahan postpartum dan kontrol yaitu ibu bersalin yang tidak mengalami perdarahan postpartum. Besar sampel di hitung dengan rumus Lameshow didapatkan hasil sebanyak 19 kasus dan 19 kontrol yang diambil dengan cara quota sampling. Terdapat dua variabel dalam penelitian ini yaitu variabel dependent: perdarahan postpartum, dan variabel independent: paritas dan jarak kehamilan. Alat ukur berupa cheklist yang dianalisa secara univariat dan bivariat dengan uji chi square. Cara ukur penelitian menggunakan observasi dan wawancara.

Hasil penelitian ini diperoleh hasil proporsi paritas ibu dengan paritas beresiko sebanyak 73,7%, proporsi jarak kehamilan sebanyak 73,7%. Berdasarkan hasil uji bivariat antara paritas dengan perdarahan postpartum di dapatkan (p-value = 0,050), dan hasil uji bivariat antara jarak kehamilan dengan perdarahan postpartum di dapatkan (p-value = 0,023). Kesimpulan penelitian bahwa terdapat hubungan antara paritas dan jarak kehamilan dengan kejadian perdarahan postpartum di RSUD XXXX. Saran untuk tenaga kesehatan terutama bidan agar meningkatkan pelayanan secara efektif pada kasus perdarahan postpartum dari pengawasan kala III, memperbaiki robekan jalan lahir dan kontraksi ibu postpartum. Memberikan penyuluhan tentang program KB untuk membatasi jumlah paritas dan memberikan asi eksklusif selama 6 bulan.

Kata Kunci      : Paritas, Jarak kehamilan, Perdarahan postpartum

Daftar Bacaan : 39 (2003-2012)

Anda tertarik Untuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA

Gambaran Komplikasi Bayi Berat Lahir Rendah Pada Bayi Baru Lahir di RS

Menurut laporan World Health Organization (WHO) Angka Kematian Bayi (AKB) tahun 2010 sekitar 23%. AKB di Indonesia sebesar 31 per 1.000 KH. Hasil Riskesdas 2010 penyebab kematian bayi baru lahir oleh BBLR sebesar 32,4%. Propinsi Lampung pada tahun 2011 angka kejadian kematian bayi terbesar disebabkan oleh BBLR yaitu sebesar 54%. Kota Metro tahun 2011 angka kejadian BBLR sebanyak 63%. Di RS XXXXX diperoleh data BBLR tahun 2011 sebanyak 17,5% dan meningkat tahun 2012 sebanyak 22,5%. Penyebab BBLR antara lain seperti gizi ibu saat hamil, umur, hidramnion, perdarahan antepartum, preeklampsi, ketuban pecah dini, abruptio plasenta, plasenta previa, insersi tali pusat, arteri umbilikalis tunggal, cacat bawaan dan infeksi dalam rahim. Komplikasi pada BBLR antara lain hipotermia, hipoglikemia, gangguan cairan dan elektrolit, hiperbilirubinemia, sindroma gawat nafas, dan lainnya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui gambaran komplikasi pada bayi berat lahir rendah di RS XXXXTahun 2013.
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif. Populasi penelitian juga menjadi sampel yaitu 47 bayi yang mengalami BBLR di RS XXXXX pada bulan Mei-Juli tahun 2013. Penelitian ini menggunakan tehnik total sampling. Cara pengumpulan data dengan observasi menggunakan check list. Analisis data univariat berupa distribusi frekuensi.
Hasil dan kesimpulan penelitian dari 47 responden diperoleh hasil bahwa proporsi komplikasi hipotermia pada bayi baru lahir dengan berat lahir rendah terjadi sebanyak 63,83% (30 bayi), Ikterus 21,28% (10 bayi), hipoglikemia 25,53% (12 bayi), Asfiksia 44,68% (21 bayi), dan kejang pada bayi baru lahir dengan berat lahir rendah terjadi sebanyak 23,40% (11 bayi). Berdasarkan kesimpulan tersebut maka disarankan untuk dapat meningkatkan penatalaksanaan bayi baru lahir khususnya pada bayi dengan berat badan lahir rendah mengingat komplikasi yang sering menyertai kejadian bayi berat badan lahir rendah serta pencegahan dengan memberikan konseling pencegahan BBLR dengan melakukan pemeriksaan rutin kehamilan, asupan nutrisi serta segera memeriksakan jika terjadi ketidaknyamanan selama kehamilan

Kata Kunci        : BBLR, hipotermia, ikterus, hipoglikemia, asfiksia, dan kejang
Daftar Bacaan : 25 (1992-2013)

Anda tertarik Untuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA


Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Retensio Plasenta di Rumah Sakit

Salah satu penyebab kematian ibu sebagian besar adalah perdarahan, dan salah satu penyebab perdarahan postpartum adalah retensio plasenta.Menurut WHO dilaporkan bahwa 15-20% kematian ibu karena retensio plasenta. Angka kejadian di Provinsi Lampung sebesar 6,76%, sedangkan di Kabupaten Pringsewu sebesar 2,42%. Faktor penyebab terjadinya retensio plasenta antara lain faktor maternal seperti usia dan multiparitas, faktor uterus yaitu bekas seksio sesarea, bekas pembedahan uterus, bekas kuretase, bekas pengeluaran plasenta secara manual, dan bekas endometritis. Komplikasi yang dapat terjadi pada retensio plasenta adalah bahaya perdarahan, infeksi, plasenta inkarserata, polip plasenta, dan terjadi degenerasi ganas kariokarsinoma.  Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian retensio plasenta di Rumah Sakit Umum XXXXX Tahun 2013.

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode analitik dengan rancangan case control. Populasi dalam penelitian adalah populasi kasus yaitu ibu dengan retensio plasenta dan populasi kontrol yaitu ibu bersalin yang tidak mengalami retensio plasenta. Sampel kasus berjumlah 21 ibu bersalin dan sampel kontrol berjumlah 63 ibu bersalin dengan tehnik quota sampling. 

Hasil pengolahan data dari 84 responden proporsi usia ibu terdapat 35,71% dengan usia yang berisiko tinggi, 40,48% dengan paritas yang berisiko tinggi, 13,10% dengan riwayat seksio sesarea, 9,52% dengan riwayat kuretase. Hasil uji statistik chi square dan fisher exact mengenai hubungan antara usia dengan kejadian retensio plasenta dengan p-value: 0,035 dan OR: 3,333, paritas dengan kejadian retensio plasenta dengan p-value:0,040 dan OR: 3,250, hubungan antara riwayat seksio sesarea dengan kejadian retensio plasenta dengan p-value: 0,025 dan OR: 4,640, dan hubungan antara riwayat kuretase dengan kejadian retensio plasenta dengan p-value: 0,021 dan OR:6,250.

Kesimpulan penelitian bahwa usia, paritas, riwayat seksio sesarea dan riwayat kuretase berhubungan dengan kejadian retensio plasenta di Rumah Sakit XXXXX Tahun 2013, sehingga perlu penanganan dengan melakukan manajemen aktif kala III dengan tepat serta penyuluhan pada ibu hamil khususnya ibu dengan riwayat seksio sesarea dan riwayat kuretase untuk melakukan pemeriksaan kehamilannya secara rutin.

Kata Kunci : Retensio plasenta, usia, paritas, riwayat seksio sesarea, riwayat kuretase
Daftar Bacaan : 36 (1998-2013)

Fans Page