Ads 468x60px

31 Juli, 2015

Sebab Terjadinya Kehamilan Postterm

Beberapa teori diajukan antara lain sebagai berikut :
1.Pengaruh Progesteron
Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan dipercaya merupakan kejadian perubahan endokrin yang penting dalam memacu proses biomolekuler pada persalinan dan meningkatkan sensitivitas uterus terhadap oksitosin, sehingga beberapa penulis menduga bahwa terjadinya kehamilan postterm adalah karena masih berlangsungnya pengaruh progesterone.

2.Teori Oksitosin
Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan postterm memberi kesan atau dipercaya bahwa oksitosin secara fisiologis memegang peranan penting dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil yang kurang pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu faktor penyebab kehamilan postterm.

3.Teori Kortisol/ACTH Janin
Dalam teori ini diajukan bahwa “pemberi tanda” untuk dimulainya persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol plasma janin. Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi progesteron berkurang dan memperbesar sekresi estrogen, selanjutnya berpengaruh terhadap meningkatnya produksi prostaglandin. Pada cacat bawaan janin seperti anensefalus, hipoplasia adrenal janin, dan tidak adanya kelenjar hipofisis pada janin akan menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan baik sehingga kehamilan dapat berlangsung lewat bulan.

4.Saraf Uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser akan membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan di mana tidak ada tekanan pada pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian bawah masih tinggi kesemuanya diduga sebagai penyebab terjadinya kehamilan postterm.

5.Herediter
Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu yang mengalami kehamilan postterm mempunyai kecenderungan untuk melahirkan lewat bulan pada kehamilan berikutnya. Mogren (1999) seperti dikutip Freddy (2009), menyatakan bahwa bilamana seorang ibu mengalami kehamilan postterm saat melahirkan anak perempuan, maka besar kemungkinan anak perempuannya akan mengalami kehamilan postterm

Nyeri





Definisi Nyeri
Nyeri adalah Pengalaman Sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual dam potensial. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang-orang di banding suatu penyakit manapun. Nyeri terjadi bersamaan dengan terjadinya proses penyakit atau bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau pengobatannya. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang dari pada penyakit apapun.
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya. Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan ((Brunner & Suddarth, 2002).

Penyebab Nyeri
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer.
Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagaian tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral, karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda. Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan. 
Penyebab nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam dua golongan yaitu penyebab yang berhubungan dengan fisik dan berhubungan dengan psikis. Secara fisik misalnya, penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi, maupun elektrik), neoplasma, peradangan, gangguan sirkulasi darah, dan lain–lain. Sedangkan secara psikis, penyebab nyeri terjadi oleh karena adanya trauma psikologis (Brunner & Suddarth, 2002).
Klasifikasi Nyeri
Nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan berdasarkan pada tempat, sifat, berat ringannya nyeri, dan waktu serangannya.
1. Nyeri Berdasarkan Tempatnya
a. Pheriperal pain
Pheriperal pain adalah nyeri yang terasa pada permukaan tubuh. Nyeri ini termasuk nyeri pada kulit dan permukaan kulit. Stimulus yang efektif untuk menimbulkan nyeri di kulit dapat berupa rangsangan mekanis, suhu, kimiawi, atau listrik.
b. Deep pain
Deep pain adalah yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih dalam (nyeri somatik) atau pada organ tubuh visceral (nyeri visceral). Nyeri somatik mengacu pada nyeri yang berasal dari otot, tendon, ligamentum, tulang, sendi, dan arteri. Demikian juga pada nyeri Viseral adalah Nyeri yang disebabkan oleh kerusakan organ internal. Nyeri yang timbul bersifat difus dan durasinya cukup lama.Sensasi yang timbul biasanya tumpul.
c. Refered pain
Reffered pain adalah nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit organ/struktur dalam tubuh yang ditransmisikan ke bagian tubuh di daerah yang berbeda, bukan dari daerah asal nyeri. Misalnya, nyeri pada lengan kiri atau rahang berkaitan dengan iskemia jantung atau serangan jantung.
d. Central pain
Central pain adalah nyeri yang terjadi karena perangsangan pada sistem saraf pusat, spinal cord, batang otak, talamus, dan lain-lain (Brunner & Suddarth, 2002).
2.  Nyeri Berdasarkan Sifat
a. Incidental Pain
Incidental pain adalah yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang. 
b. Steady Pain
Steady pain adalah nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam waktu yang lama. Pada distensi renal kapsul dan iskemik ginjal akut merupakan salah satu jenis steady pain. Tingkatan nyeri yang konstan pada obstruksi dan distensi
e. Proximal Pain
Proximal pain adalah nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali. Nyeri tersebut biasanya menetap ±10-15 menit, lalu menghilang, kemudian timbul lagi (Asmadi, 2008).

3.   Nyeri Berdasarkan Ringan Beratnya
a. Nyeri Ringan
Nyeri ringan adalah nyeri yang timbul dengan intensitas yang ringan. Pada nyeri ringan biasanya pasien secara obyektif dapat berkomunikasi dengan baik
b. Nyeri Sedang
Nyeri sedang adalah nyeri yang timbul dengan intensitas yang sedang. Pada nyeri sedang secara obyektif pasien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik
c. Nyeri Berat
Nyeri berat adalah nyeri yang timbul dengan intensitas yang berat. Pada nyeri berat secara obyektif pasien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang (Asmadi, 2008).

Mengkaji Persepsi Nyeri
Menurut  Brunner dan Suddarth (2002), alat-alat pengkajian nyeri dapat digunakan untuk mengkaji persepsi nyeri seseorang. Agar alat-alat pengkajian nyeri dapat bermanfaat, alat tersebut harus memenuhi kriteria berikut: 1). Mudah dimengerti dan digunakan, 2). Memerlukan sedikit upaya dengan pihak pasien, 3). Mudah dinilai, 4). Sensitif terhadap perubahan kecil dalam intensitas nyeri. Alat – alat pengkajian nyeri dapat digunakan untuk mendokumentasikan kebutuhan. Untuk mengevaluasi efektivitas intervensi dan untuk mengidentifikasi kebutuhan akan alternatife dan tambahan jika intervensi sebelumnya tidak efektif dalam meredakan nyeri individu.
1. Deskripsi Verbal tentang Nyeri
Individu merupakan penilai terbaik dari nyeri yang dialaminya dan karenanya harus diminta untuk menggambarkan dan membuat tingkatannya. Informasi yang diperlukan harus menggambarkan nyeri individu dalam beberapa cara sebagai berikut:
a. Intensitas Nyeri
Individu dapat diminta untuk membuat tingkatan nyeri pada skala verbal misalnya tidak nyeri, sedikit nyeri, nyeri hebat, atau sangat nyeri, atau 0-10, 0 = tidak nyeri 10= nyeri hebat.
b. Karakteristik Nyeri
Termasuk letak (arean dimana nyeri terasa), durasi (menit, jam, hari), irama (terus menerus, hilang timbul, berkurang dan bertambahnya intensitas) dan kualitas nyeri (seperti ditusuk, terbakar dan nyeri sepeti digencet)
c. Faktor-faktor yang meredakan nyeri
Misalnya gerakan, urang bergerak, pengerahan tenaga, istirahat, obat-obatan bebas dan apa yang dipercaya pasien dapat membantu mengurangi nyeri.
d. Efek terhadap aktivitas sehari-hari
Efek terhadap tidur, nafsu makan, konsentrasi, interakasi dengan orang lain gerakan fisik dan pekerjaan.
e. Kekhawatiran tentang nyeri 
Dapat diliputi berbagai masalah yang luas seperti beban ekonomi, pengaruh terhadap peran dan perubahan citra diri.

2. Skala Analogi Visual (VAS)
Skala Analogi Visual sangat berguna dalam mengkaji intensitas nyeri. Skala tersebut berbentuk garis horizontal sepanjang 10 cm, dan ujungnya mengindikasikan nyeri yang berat. Pasien diminta untuk menunjukkan titik pada garis yang menunjukkan titik pada garis yang menunjukkan letak nyeri yang terjadi di sepanjang rentang tersebut. Ujung kiri biasanya menandakan “tidak ada nyeri” atau “tidak nyeri”, sedangkan ujung kanan biasanya menandakan “berat” atau nyeri yang paling buruk” untuk menilai hasil sebuah penggaris diletakkan sepanjang garis dan jarak yang dibuat pasien pada garis diukur dan ditulis dalam sentimeter.
Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih objektif. Skala pendeskripsian verbal, merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama disepanjang garis. Pendeskripsi ini diranking dari “tidak terasa nyeri“ sampai  “nyeri yang tidak tertahankan“. Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan. Perawat juga menanyakan seberapa jauh nyeri terasa paling menyakitkan dan seberapa jauh nyeri terasa paling tidak menyakitkan.

Karakteristik Nyeri
Nyeri sukar digambarkan, saat pasien mengeluh nyeri, dengarkan  (lakukan sesuatu) karena nyerinya adalah apa yang ia rasakan meskipun ia mungkin kesulitan menggambarkannya. Observasi objektif yang bisa ditemui yakni (Brunner dan Suddarth, 2002).
a. Kulit menjadi pucat, dingin dan lembab saat nyeri hebat dan lama
b. Ekspresi wajah kening mengernyit, mulut dan gigi terkatup rapat, pasien mungkin meringis.
c. Mata tertutup rapat atau terbuka, pupil mungkin dilatasi
d. Nadi mungkin meningkat atau menurun dengan beragam intensitas
e. Perspirasi, frekwensinya meningkat dan berubah karakternya.

Respon Terhadap Nyeri
Respon tingkah laku terhadap nyeri
1. Respon perilaku terhadap nyeri dapat mencakup:
2. Pernyataan verbal (Mengaduh, Menangis, Sesak Nafas, Mendengkur)
3. Ekspresi wajah (Meringis, Menggeletukkan gigi, Menggigit bibir)
4. Gerakan tubuh (Gelisah, Imobilisasi, Ketegangan otot, peningkatan gerakan jari dan tangan
5. Kontak dengan orang lain/interaksi sosial (Menghindari percakapan, Menghindari kontak sosial, Penurunan rentang perhatian, fokus pada aktivitas menghilangkan nyeri)

Individu yang mengalami nyeri dengan awitan mendadak dapat bereaksi sangat berbeda terhadap nyeri yang berlangsung selama beberapa menit atau menjadi kronis. Nyeri dapat menyebabkan keletihan dan membuat individu terlalu letih untuk merintih atau menangis. Pasien dapat tidur, bahkan dengan nyeri hebat. Pasien dapat tampak rileks dan terlibat dalam aktivitas karena menjadi mahir dalam mengalihkan perhatian terhadap nyeri.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Respon Nyeri
Nyeri yang dialami oleh pasien dipengaruhi oleh sejumlah faktor termasuk pengalaman masa lalu dengan nyeri, ansietas, usia dan pengharapan tentang penghilang nyeri (efek placebo). Faktor-faktor ini dapat meningkatkan atau menurunkan persepsi nyeri pasien, meningkat dan menurunnya toleransi terhadap nyeri dan pengaruh sikap respon terhadap nyeri.
1. Pengalaman Masa lalu dengan nyeri
Cara seseorang berespon terhadap nyeri adalah akibat dari banyak kejadian nyeri selam rentang kehidupannya. Sekali individu mengalami nyeri hebat, individu tersebut mengetahui hanya seberapa berat nyeri itu dapat terjadi, Sebaliknya individu yang tidak pernah mengalami nyeri hebat tidak mempunyai rasa takut terhadap nyeri.
2. Ansietas dan Nyeri
Ansietas yang berhubungan dengan nyeri dapat meningkatkan persepsi pasien terhadap nyeri. Terdapat beberapa kasus ansietas dapat meningkatkan nyeri. .
3. Budaya dan Nyeri
Budaya dan etniksitas mempunyai pengaruh pda bagimana seseorang berespon terhadap nyeri, namun budaya dan etnik tidak mempengaruhi persepsi nyeri. Sejak dini pda masa kanak-kanak individu belajar dari sekitar mereka respon nyeri dan bagaimana yang dapat diterima atau tidak diterima.
4. Usia dan Nyeri
Pengaruh usia pada persepsi nyeri dan toleransi nyeri dapat ditunjukkan dari pengkajian nyeri pada lansia yang sedikit lebih sulit karena adanya perubahan fisiologis dan psikologis yang menyertai proses penuaan. Cara lansia berespon terhadap nyeri berbeda dengan cara merespon nyeri pada usia yang lebih muda.
5. Efek Plasebo
Efek placebo terjadi ketika seseorang berespon terhadap pengobatan atau tindakan lain karena suatu harapan bahwa pengobatan atau tindakan tersebut akan memberikan hasil bukan karena tindakan atau pengobatan tersebut benar-benar bekerja. Menerima pengobatan atau tindakan dapat memberikan efek positif terhadap nyeri. Efek placebo timbul dari produksi alamiah (endogen) endorphin dalam sistem kontrol desenden. Efek ini merupakan respon fisiologis yang dapat diputar balik oleh nalokson suatu antagonis narkotik (Brunner dan Suddarth, 2002).

Strategi Penatalaksanaan Nyeri
Strategi penatalaksanaan nyeri mencakup baik pendekatan farmakologis dan Non Farmakologis. Pendekatan ini seleksi berdasarkan pada kebutuhan dan tujuan pasien secara individu. Semua intervensi akan sangat berhasil bila dilakukan sebelum nyeri menjadi lebih parah, dan keberhasilan terbesar sering dicapai jika beberapa intervensi diterapkan secara simultan (Burnner dan Suddarth, 2002).
1. Intervensi Farmakologis
Menanganai nyeri yang dialami pasien melalui intervensi farmakologi yang dilakukan dengan kolaborasi dengan dokter. Nyeri ditanggulangi dengan cara memblokade transmisi stimulant nyeri agar terjadi perubahan persepsi dan dengan mengurangi respon kortikal terhadap nyeri. Adapun obat yang digunakan untuk terapi nyeri adalah:
a. Analgesik Spesifik Narkotik
Opioid merupakan obat yang paling umum digunakan untuk mengatasi nyeri pada klien, untuk nyeri sedang hingga nyeri yang sangat berat. Opioid dapat diberikan melalui beragama rute termasuk oral, intravena, subkutan, intraspinal, ektal dan rute transdermal. Pengaruhnya sangat bervariasi tergantung fisiologi klien itu sendiri. Klien yang sangat muda dan sangat tua adalah yang sensitive terhadap pemberian analgesic ini dan hanya memerlukan dosisi yang sangat rendah untuk meringankan nyeri. Narkotik dapat menurunkan tekanan darah dan menimbilkan depresi pernafasan pada fungsi–fungsi vital lainya, termasuk depresi respiratori, bradikardi dan mengantuk, mual muntah, konstipasi. Namun pada pasien hipotensi akan menimbulkan syok akibat dosis yang berlebihan.
b. Obat-obat Antiinflamasi Nonsteroid (NSAID)
Obat-obat Antiinflamasi Nonsteroid (NSAID) diduga dapat menurunkan nyeri dengan menghambat produksi prostaglandin dari jaringan-jaringan yang engalami trauma atau inflamasi yang menghambat reseptor nyeri untuk menjadi sensitive terhadap stimulus menyakitkan. Pada dosis rendah obat – obat ini bersifat analgesic. Pada dosis tinggi, obat obat ini bersifat antiinflamatori sebagai tambahan dari khasiat analgesik. Prinsip kerja obat ini adalah untuk mengendalikan nyeri sedang dari dismenorea, arthritis dan gangguan musculoskeletal yang lain, nyeri postoperative dan migraine. NSAID digunakan untuk menyembuhkan nyeri ringan sampai sedang.
2. Tindakan  Non Farmakologis
Selain tindakan farmakologis untuk menanggulangi nyeri ada pula tindakan nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri terdiri dari beberapa tindakan yakni:
a. Stimulasi dan Masase Kutancus
Teori gate control nyeri bertujuan menstimulasi serabut-serabut yang menstranmisikan sensasi tidak nyeri memblok atau menurunkan transmisi impuls nyeri. Masase adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum, sering dipusatkan pda punggung dan bahu. Masase tidak secara spesifik menstimulasi reseptor tidak nyeri pada bagian reseptor yang sama seperti reseptor nyeri pada bagian reseptor yang sama seperti reseptor nyeri tetapi dapat mempunyai dampak melalui sistem kontrol desenden. Masase dapat membuat pasien lebih nyaman karena massase membuat relaksasi otot.
b. Terapi Es dan Panas
Terapi es (dingin) dan panas dapat menjadi strategi pereda nyeri yang efektif pada beberapa keadaan. Terapi es dan panas bekerja dengan menstimulasi reseptor tidak nyeri (non-nosiseptor) dalam bidang reseptor yang sama seperti pada cedera. Terapi es dapat menurunkan prostaglandin, yang memperkuat sensivitas reseptor nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera dengan menghambat proses inflamasi. Agar efektif es harus diletakkan pada tempat cedera segera setelah cedera terjadi. Saat es diletakkan di sekitar cidera kebutuhan analgesik menurun sekitar 50%. Penggunaan panas mempunyai keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu area dan kemungkinan dapat turut menurunkan nyeri dengan mempercepat penyembuhan.Namun demikian, menggunakan panas kering dengan lampu pemanas tampak tidak seefektif penggunaan es. Baik terapi panas kering dan lembab kemungkinan memberi efek analgesia. Baik terapi es maupun panas harus digunakan dengan hati-hati dan dipantau dengan cermat untuk menghindari cedera kulit. 

c. Stimulasi Saraf Elektris Transkutan
Stimulasi saraf elektris transkutan (TENS) menggunakan unit yang dijalankan oleh baterai dengan elektroda yang dipasang pada kulit untuk menghasilkan sensasi kesemutan, menggetar atau mendengung pada area nyeri (TENS) telah digunakan baik pada menghilangkan nyeri akut dan kronik. TENS diduga dapat menurunkan nyeri dengan menstimulasi reseptor tidak nyeri (non-nosiseptor) dalam area yang sama seperti pada serabut yang mentransmisikan nyeri. Mekanisme ini sesuai dengan teori nyeri gate control. Reseptor tidak nyeri diduga memblok transmisi sinyal nyeri ke otak pada jaras asenden sistem saraf pusat. Mekanisme ini akan menguraikan keefektifan stimulasi kutan saat digunakan pada area yang sama seperti pada cedera. Bila pasien benar-benar mengalami peredaan nyeri, peredaan ini biasanya berawitan cepat tetapi dengan cepat berkurang saat stimulator dimatikan.
d. Tehnik Relaksasi
Relaksasi otot skeletal dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan merelaksasikan keteganggan otot yang mendukung rasa nyeri. Teknik relaksasi mungkin perlu diajarkan bebrapa kali agar mencapai hasil optimal. Dengan relaksasi pasien dapat mengubah persepsi terhadap nyeri. Periode relaksasi yang teratur dapat membantu untuk melawan keletihan dan ketegangan otot yang terjadi dengan nyeri kronis dan yang meningkatkan nyeri.
d. Distraksi
Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri ringan sampai sedang. Distraksi visual (melihat TV atau pertandingan bola), distraksi audio (mendengar musik), distraksi sentuhan (massase, memegang mainan), distraksi intelektual (merangkai puzzle, main catur)
e. Imajinasi Terbimbing
Imajinasi terbimbing adalah menggunakan imajinasi seseorang dalam suatu cara yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif tertentu. Sebagai contoh, imajinasi terbimbing untuk relaksasi dan meredakan nyeri dapat terdiri atas menggabungkan napas berirama lambat dengan suatu bayangan mental relaksasi dan kenyamanan. Setiap kali menghirup napas, pasien membayangkan energi penyembuh dialirkan ke bagian yang tidak nyaman. Setiap kali napas dihembuskan, pasien diinstruksikan untuk membayangkan bahwa udara yang dihembuskan membawa pergi nyeri dan ketegangan. Banyak pasien ntulai mengalami efek rileks dari imajinasi terbimbing saat pertama kali mereka mencobanya. Nyeri mereda dapat berlanjut selama berjam-jam setelah imajinasi digunakan. Imajinasi terbimbing harus digunakan hanya sebagai tambahan dari bentuk pengobatan yang telah terbukti, sampai riset telah menunjukkan apakah dan bilakah teknik ini efektif.
f. Hipnosis
Hipnosis efektif dalam meredakan nyeri atau menurunkan jumlah analgesik yang dibutuhkan nada nyeri akut dan kronis. Teknik ini membantu dalam memberikan peredaan nyeri terutama dalam situasi sulit. Mekanisme bagaimana kerjanya hipnosis tidak jelas tetapi tidak tampak diperantarai oleh sistem enclortin. Keefektifan hipnosis tergantung pada kemudahan hipnotik individu. Pada beberapa kasus hipnosis dapat efektif pada pengobatan pertama; keefektifannya meningkat dengan tambahan sesi hipnotik berikutnya.

Kelas Ibu

Pengertian Kelas Ibu
Kelas Ibu merupakan sarana untuk belajar bersama tentang kesehatan bagi ibu hamil dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu mengenai kehamilan, perawatan nifas, perawatan bayi baru lahir, Keluarga Berencana, mitos, penyakit menular dan akte kelahiran.
Kelas Ibu Hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan umur kehamilan antara 20 minggu s.d 32 minggu dengan jumlah peserta maksimal 10 orang. Di kelas ini ibu-ibu hamil akan belajar bersama, diskusi dan tukar pengalaman tentang kesehatan ibu dan anak (KIA) secara menyeluruh dan sistematis serta dapat dilaksanakan secara terjadwal dan berkesinambungan. Kelas ibu hamil difasilitasi oleh tenaga Bidan/ tenaga kesehatan dengan menggunakan paket Kelas Ibu Hamil yaitu Buku KIA, lembar baik, CD, senam hamil (Kemenkes, 2013).

Tujuan Kelas Ibu
Tujuan umum: 
Meningkatkan pengetahuan, merubah sifat dan perilaku ibu agar memahami tentang kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan selama kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas, KB pasca persalinan, perawatan bayi baru lahir, mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat, penyakit menular dan akte kelahiran.
Tujuan khusus
1. Terjadinya interaksi dan berbagai pengalaman antar peserta (ibu hamil dengan ibu hamil) dan antara ibu hamil dengan petugas kesehatan/bidan tentang kehamilan, persalinan, perawatan nifas, KB pasca persalinan, perawatan bayi baru lahir, mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat, penyakit menular dan akte kelahiran.
2. Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang : 
a. Kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan (apakah kehamilan itu), perubahan tubuh selama kehamilan, keluhan umum saat hamil dan cara mengatasinya, apa saja yang perlu dilakukan ibu hamil dan pengaturan dan pengaturan gizi termasuk pemberian tablet tambah darah untuk penanggulangan anemia.
b. Perawatan kehamilan (kesiapan psikologis menghadapi kehamilan, hubungan suami istri selama kehamilan, obat yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi oleh ibu hamil, tanda bahaya kehamilan, dan P4K (Perencanan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi).
c. Persalinan (tanda-tanda persalinan, tanda bahaya persalinan dan proses persalinan).
d. Perawatan Nifas (apa saja yang dilakukan ibu nifas agar dapat menyusui secara eksklusif, bagaimana menjaga kesehatan ibu nifas, tanda-tanda bahaya dan penyakit ibu nifas).
e. KB pasca persalinan
f. Perawatan bayi baru lahir (perawatan bayi baru lahir, pemberian Vit. K injeksi, tanda bahaya bayi baru lahir, pengamatan perkembangan bayi/anak dan pemberian imunisasi pada bayi baru lahir)
g. Mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak.
h. Penyakit menular (IMS, informasi dasar HIV-AIDS dan pencegahan dan penanganan malaria pada ibu hamil.
i. Akte kelahiran.

Sasaran Kelas Ibu
Peserta Ibu Hamil sebaiknya pada umur kehamilan 20 s.d 32 minggu, karena pada umur kehamilan ini kondisi ibu hamil sudah kuat, tidak takut terjadi keguguran, efektif untuk melakukan senam hamil. Jumlah peserta kelas ibu hamil maksimal sebanyak 10 orang setiap kelas. Suami atau keluarga ikut serta menemani 1 kali pertemuan sehingga dapat mengikuti berbagai materi yang penting, misalnya materi persiapan persalinan atau materi lainnya.

Manfaat Kelas Ibu
1 Bagi ibu dan keluarga:
Sarana untuk mendapat teman, bertanya, memperoleh informasi penting yang harus dipraktekkan, serta membantu ibu dalam menghadapi persalinan yang aman nyaman.
2 Bagi petugas kesehatan :
Lebih tahu masalah kesehatan ibu hamil dan keluarganya serta menjadi lebih dekat dengan ibu hamil dan keluarganya dan masyarakat.

Konsep Pelaksanaan Kelas Ibu
1 Menggunakan buku KIA sebagai referensi utama. 
Buku KIA adalah referensi utama yang dibaca dan dibahas dalam kelas ibu.
2 Pendekatan belajar orang dewasa 
Prinsip belajar orang dewasa adalah partisipatif, relevan, dan praktis
3 Metode
Partisipasif, interaktif disertai praktek, seperti ceramah, Tanya jawab, peragaan/praktek (posisi menyusui, senam hamil), curah pendapat, dan simulasi.
4 Materi Pembelajaran 
Buku KIA, alat Bantu (lembar balik, peralatan KB, boneka bayi, dll).

1. Dari, oleh dan untuk masyarakat
Peran serta seluruh masyarakat di desa atau kelurahan, termasuk tokoh agama, tokoh masyarakat dan pemerhati masalah kesehatan ibu dan anak sangat penting untuk pelaksanaan kelas ibu.
2. Bisa dimana mana 
Rumah sakit, rumah bersalin, puskesmas, polindes, posyandu, desa atau kelurahan dan lain-lain sesuai dengan situasi setempat.

Pelaksanaan kelas ibu
1. Peserta :
Ibu hamil dengan umur kehamilan 20-32 minggu (masa persiapan atau perinatal awal), suami atau keluarga diikutkan minimal 1 kali pertemuan.
2. Jumlah Peserta : 
Maksimal 10 orang setiap kelas atau kelompok
3. Fasilitator : 
Fasilitator kelas ibu hamil adalah bidan atau petugas kesehatan yang telah mendapat pelatihan fasilitator kelas ibu hamil.  Dalam pelaksanaan kelas ibu hamil fasilitator dapat meminta bantuan narasumber untuk menyampaikan materi bidang tertentu.
4. Frekuensi Pertemuan: 
Tiga kali pertemuan atau hasil kesepakatan antara fasilitator dengan peserta.
5. Materi: 
Disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi ibu hamil tetapi tetap mengutamakan materi pokok.  Pada setiap akhir pertemuan di lakukan senam ibu hamil. 
6. Waktu Pertemuan:
Disesuaikan dengan kesiapan ibu- ibu hamil.
7. Saran dan Prasarana:
Saran dan prasarana diperlukan untuk melaksanakan kelas ibu hamil adalah: 
a. Ruang belajar untuk kapasitas 10 orang peserta kira-kira ukuran 4 m x 5 m, dengan vantilasi dan pencahayaan yang cukup. 
b. alat tulis menulis (papan tulis,kertas,spidol, bolponit) jika ada.
c. Buku KIA
d. Lembar balik kelas ibu hamil. 
e. Buku pedoman pelaksanaan kelas ibu.
f. Buku pedoman fasilitator
g. Alat peraga (KB kit, food model, boneka dan lain-lain) jika ada
h. Tikar/Karpet
i. Buku senam hamil/ CD senam hamil jika ada. 
Idealnya kelengkapan sarana prasarana seperti tersebut di atas, namun apabila tidak ada ruang khusus, dimanapun tempatnya bias dilaksanakan sesuai kesepakatan antara ibu hamil dan fasilitator. Sedangkan kegiatan lainnya seperti senam hamil hanya merupakan materi tambahan bukan yang utama. 

Jadwal Pertemuan Kelas Ibu 
Pertemuan I
Materi : 
1. Penjelasan umum kelas ibu hamil dan perkenalan peserta.
2. Materi Kelas ibu hamil (pertemuan I) :
a. Perubahan tubuh ibu selama kehamilan
b. Perubahan pada payudara 
c. Peningkatan berat badan
d. Kram perut
e. Sering buang air kecil
f. Sembelit (susah buang air besar) 
g. Ngidam
h. Mual dan muntah

Keluhan umum saat hamil  
1) Keputihan
2) Nyeri pinggang
3) Kram kaki
4) Pembengkakan di kaki
5) Wasir atau embien

Apa saja yang perlu dilakukan ibu hamil ?
  1. Periksa kehamilan secepatnya dan sesering mungkin sesuai anjuran petugas. Agar ibu suami dan keluarga dapat mengetahui secepatnya jika ada masalah yang timbul pada kehamilan.
  2. Timbang berat badan setiap kali periksa hamil. Berat badan bertambah sesuai dengan pertumbuhan bayi dalam kandungan.
  3. Minum 1 tablet tambah darah setiap hari sesudah makan.
  4. Ibu hamil mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) minimal 90 tablet selama masa kehamilan. Tablet tambah darah mencegah ibu kurang darah. Minum tablet tambah darah tidak membahayakan bayi.
  5. Minta imunisasi Tetanus Toksoid kepada petugas kesehatan. Imunisasi Tetanus untuk mencegah penyakit tetanus pada bayi baru lahir.
  6. Minta nasehat kepada petugas kesehatan tentang makanan bergizi selama hamil. Makan makanan bergizi yang cukup membuat ibu dan bayi sehat.
  7. Sering mengajak bicara bayi sambil mengelus-elus perut setelah kandungan berumur 4 bulan.


Pengaturan gizi termasuk pemberian tablet tambah darah untuk penanggulangan penyakit. Jenis makanan yang perlu dikonsumsi oleh ibu hamil tentunya makanan yang dapat memenuhi kebutuhan zat gizi sesuai dengan ketentuan gizi seimbang, sedangkan makanan yang tidak dianjurkan dikonsumsi selama hamil antara lain adalah minuman yang beralkohol, minuman yang mengandung zat cafein misalnya kopi, makanan yag mengandung zat tambahan seperti pengawet, makanan yang tercemar (pestisida dan logam berat).

Ada 3 manfaat makanan yang dimakan oleh ibu hamil yaitu:
1. Untuk kebutuhan gizi tubuh ibu sendiri agar tidak terjadi Kurang Energi Kronis (KEK).
2. Agar terjadi pertumbuhan dan perkembangan janin.
3. Untuk mempersiapkan pembentukan air susu ibu. 

Perawatan Kehamilan 
1) Kesiapan psikologis menghadapi kehamilan
Kesiapan psikologis adalah saat dimana seorang perempuan dan pasangannya merasa telah ingin mempunyai anak dan merasa siap menjadi orang tua termasuk mengasuh dan mendidik anaknya. Menurut penelitian, ibu-ibu yang mengalami problem emosional selama hamil, misalnya depresi, mempengaruhi proses perkembangan otak janin dan membawa dampak pada emosi serta perilaku anak setelah lahir. Kesiapan dan kesehatan psikologis amat penting bagi masing-masing pihak, baik istri maupun suami. Tentu saja, tidak hanya istri yang perlu kestabilan dan kematangan emosi, suami pun harus memilikinya. Hal ini perlu dimiliki karena suami dan istri memiliki tanggung jawab yang berat untuk dapat menjalani perannya sebagai orangtua.

Dukungan serta peran serta suami dalam masa kehamilan terbukti meningkatkan kesiapan ibu hamil dalam menghadapi proses persalinan, bahkan juga memicu produksi ASI. Keterlibatan suami sejak awal masa kehamilan, sudah pasti akan mempermudah dan meringankan ibu dalam menjalani dan mengatasi berbagai perubahan yang terjadi pada tubuhnya akibat hadirnya janin di dalam perutnya.

2) Hubungan suami istri / senggama selama hamil
Senggama boleh dilakukan selama kehamilan dalam keadaan sehat. Libido dan keinginan untuk menikmati hubungan intim selama masa kehamilan sangat variasi. Umumnya, dorongan seksual agak menurun ditriwulan pertama. Karena perubahan hormone yang menimbulkan mual-mual membuat ibu enggan berhubungan intim. Tapi memasuki triwulan kedua, dorongan seksual wanita kembali meningkat, sejalan dengan hilangnya keluhan mual. Libido turun kembali di triwulan ketiga, akibat ukuran dan berat janin yang semakin meningkat.

Tidak ada batasan waktu kapan saat tepat untuk bersenggama selama hamil. Asalkan kehamilan dinyatakan tidak memiliki resiko apapun. Jika kehamilan berisiko, misalnya letak plasenta tidak pada posisi seharusnya (plasenta previa), lebih baik tidak dilakukan. Begitu juga apabila opendarahan ringan, seperti keluarnya flek-flek pada kehamilan triwulan pertama, tunda dulu keinginan melakukan hubungan intim. Hubungan suami istri bisa menyebabkan kelahiran muda (premature) apabila tidak hati-hati karena sperma mengandung prostaglandin. Pentingnya menjaga kebersihan sebelum dan sesudah melakukan hubungan suami istri untuk mencegah terjadinya infeksi yang dapat berakibat terjadinya kelahiran prematur. Hubungan seksual selama hamil juga bermanfaat sebagai persiapan otot-otot panggul untuk menghadapi proses persalinan kelak.

Tanda-tanda bahaya kehamilan
Sebagian besar kematian ibu terjadi selama masa kehamilan oleh karena itu penting untuk membimbing para ibu dan keluarganya mengenali tanda-tanda bahaya yang menandakan bahwa perlu segera mencari bantuan medis.
a. Perdarahan: perdarahan lewat jalan lahir jika terjadi pada kehamilan muda dapat menyebabkan keguguran, sedangkan jika terjadi pada kehamilan tua dapat membahayakan keselamatan ibu dan janin dalam kandungan.
b. Bengkak dikaki, tangan dan wajah, yang disertai sakit kepala hebat. Dapat disertai dengan kejang-kejang. Ini merupakan tanda dan gejala keracuanan kehamilan (pre-eklampsia), dapat membahayakan ibu dan janin yang dikandungnya.
c. Demam tinggi. Biasanya akibat adanya infeksi bakteri atau malaria. Demam dapat membahayakan jiwa ibu, terjadi keguguran atau bayi terlahir kurang bulan.
d. Keluar air ketuban sebelum waktunya: merupakan tanda adanya gangguan pada kehamilan dan dapat membahayakan janin dalam kandungan. Hal ini ditandai dengan keluarnya cairan lewat kemaluan seperti air kemih namun tidak terasa ingin berkemih.
e. Gerakan bayi berkurang atau tidak bergerak sama sekali. Hal ini merupakan tanda bahaya pada janin. Gerakan janin diharapkan 10 kali dalam 12 jam saat ibu terjaga.
f. Ibu muntah terus dan tidak mau makan. Keadaan ini akan membahayakan kesehatan ibu.
g. Terjadi trauma atau cedera pada perut yang dapat terjadi karena terjatuh, kecelakaan lalu lintas dan lain-lain. 

Pertemuan II
Materi :
Persalinan
Tanda-tanda persalinan
Proses persalinan berbeda-beda pada tiap individu, namun ada beberapa tanda yang dapat membantu ibu untuk memperkirakan kapan persalinan tiba. Tanda-tanda bahwa persalinan mulai berlangsung adalah kontraksi rahim yang berkala dengan lama dan kekuatan tertentu. Biasanya lama kontraksi antara 45-75 detik.
Apa saja yang yang dilakukan ibu bersalin ?
1. Proses persalinan berlangsung 12 jam sejak terasa mulas. Jadi ibu masih dapat makan, minum, buang air kecil dan jalan-jalan selama proses persalinan sesuai nasehat petugas kesehatan.
2. Jika mulas-mulas bertambah, tarik nafas panjang melalui hidung dan keluarkan melalui mulut.
3. Jika ibu merasa ingin buang air besar,segera beri tahu bidan/dokter.
4. Ikuti anjuran bidan atau dokter kapan ibu harus mengejan waktu bayi akan lahir.
Tanda bahaya pada persalinan:
Proses persalinan diduga mengalami gangguan jika didapatkan hal-hal sebagai berikut:
a. Perdarahan dari jalan lahir
b. Tali pusat atau tangan bayi keluar dari jalan lahir
c. Ibu tidak kuat mengejan
d. Mengalami kejang
e. Ibu gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat
f. Air ketuban keruh dan berbau

Perawatan Masa Nifas
Menyusui eksklusif
Persalinan merupakan kerja yang sangat melelahkan, baik secara fisik maupun psikis. Menyusui juga menimbulkan kelelahan. Namun demikian ibu tetap diingatkan bahwa ASI sangat penting untuk tumbuh kembang bayi. Pasokan ASI ditentukan oleh kondisi kesehatan ibu secara umum. Artinya ibu menyusui harus memperhatikan betul kualitas makananya untuk menghasilkan produk ASI yang baik.

Bagaimana menjaga kesehatan ibu nifas 
Dua jam pertama
Dua jam pertama pada persalinan normal, petugas kesehatan akan memantau kesadaran, tekanan darah dan pernapasan ibu serta mengetahui adakah perdarahan atau tidak.

Kebersihan jalan kelahiran
Apa bila ada jahitan pada jalan lahir, dalam beberapa hari masih terasa sakit, menjaga kebersihan jalan lahir harus menjadi perhatian utama. Gunakan sabun lembut dan bilas dengan air yang banyak. Jika terlanjur infeksi dan terjadi pembekakan, lakukan pengompresan pada daerah bengkak dengan revanol dan periksa ke dokter atau bidan.

Kontraksi Rahim
Dengan kontraksi yang baik, rahim dapat diharapkan kembali keukuran normal tanpa bantuan obat-obatan. Secara otomatis rahim akan berkontraksi dengan sendirinya. Bila kontraksi tidak cukup kuat atau malah tak terjadi sama sekali patut dicurigai ada sesuatu yang tak beres. Apakah Karena HB yang tak baik atau ada sesuatu yang tertinggal dirahim misal sisa plasenta. Jika HB yang tidak baik, misal dibawah 9, tak ada cara lain selain transfuse darah. Sedangkan sisa plasenta harus dibersihkan lewat tindakan kuretase.

Banyak Minum
Jika tidak dapat BAB bahkan BAK, berarti proses involusi atau pengecilan rahim akan terlambat atau mungkin pula terjadi perlengketan antar organ bagian dalam, mengingat kandungan kemih dan usus letaknya berdekatan dengan rahim. Gangguan disalah satu organ tersebut akan berdampak pada organ lainya. Dengan kata lain bila masih ada kotoran yang terkumpul di usus besar, proses mengecilnya rahim jadi terlambat. Agar dapat cepat BAK sekaligus mengganti cairan tubuh yang banyak terbuang saat bersalin, usai melahirkan ibu disarankan banyak minum minimal 2-3 liter perhari. Pada ibu yang melahirkan cecar atau vakum, ada persyaratan khusus yang mengikuti persyaratan operasi pada umumnya, yakni hanya diperbolehkan minum sedikit mungkin bila bersangkutan sudah dapat flatus.

Mobilisasi secepat mungkin
Kendati merasa letih, ibu tidak boleh malas-malasan berbaring saja, ibu diharuskan mulai bergerak supaya sirkulasi darahnya menjadi baik. Ini dimaksudkan agar ibu terhindar dari pembekakan selain mencegah thrombosis, yakni penyumbatan, pembuluh darah. Minimal sudah turun dari tempat tidur, belajar duduk dan berjalan sendiri. Tak perlu khawatir jahitan akan lepas hanya gara-gara bergerak. Setelah 24 jam jahitan sudah akan bertaut. Jadi, selain untuk sirkulasi, mobilisasi juga baik buat jahitan.
Pemberian vitamin A pada ibu nifas
Pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi mencegah masalah kebutaan karena kekurangan vitamin A dan meningkatkan daya tahan tubuh. Pemberian kapsul vitamin A pada ibu nifas segera sampai dengan kurang 30 hari setelah melahirkan, dengan dosis 2 kapsul vitamin A merah (dosis 200.000 SI): satu kapsul diminum pada hari berikutnya paling lambat pada hari ke-28.

Tanda bahaya dan penyakit pada ibu nifas
Gejala infeksi yang dapat diamati :
1) Suhu tubuh melebihi 37,50C
2) Menggigil, pusing dan mual
3) Keputihan
4) Keluar cairan seperti nanah dari jalan lahir
5) Cairan yang keluar disertai bau yang menyengat
6) Keluarnya cairan disertai dengan rasa nyeri
7) Terasa nyeri di perut
8) Perdarahan kembali banyak pada hal sebelumnya sudah sedikit. Misal seminggu sesudah melahirkan, perdarahan mulai berkurang tapi tiba-tiba darah kembali banyak keluar.
Keadaan lain yang perlu diwaspadai:
1) Bengkak di muka, tangan atau kaki, mungkin dengan sakit kepala dan kejang-kejang
2) Payudara bengkak kemerahan disertai rasa sakit
3) Mengalami gangguan jiwa: perasaan sedih (depresi), marah dan menjadi malas melakukan sesuatu, tidak mau menyusui, benci melihat bayinya sendiri merupakan reaksi terhadap stress yang sedang dialami ibu pasca persalinan

KB Pasca salin
Manfaat program keluarga berencana:
1) Agar ibu punya waktu untuk menyusui dan merawat bayi, menjaga kesehatan ibu serta mengurus keluarga
2) Mengatur agar jarak kehamilan tidak terlalu dekat, lebih dari 2 tahun

Pertemuan III
Materi:
Perawatan bayi 
Perawatan bayi baru lahir
Tanda-tanda bayi lahir sehat:
1) Bayi lahir segera menangis
2) Seluruh tubuh bayi kemerahan
3) Bayi bergerak aktif
4) Bayi dapat menghisap puting susu dengan kuat
5) Bayi lahir 2.500-4.000 gram

Pada bayi dari lahir lakukan hal-hal sebagai berikut :
Jaga bayi tetap hangat.
1) Tunda memandikan bayi sekurang kurangnya 6 jam setelah lahir.
2) Bungkus bayi dengan kering, ganti jika kain /pakaian bayi  basah.
3) Bayi jangan ditidurkan di tempat dingin  atau banyak angin.
4) Jika berat badan bayi kurang dari 2500 gram, dekap bayi agar kulit bayi menempel ke dada ibu (metode kanguru).
Beri suntikan vitamin  K1 untuk mencegah pendarahan pada bayi baru lahir
Cegah infeksi pada bayi baru lahir
Periksakan kesehatan bayi baru lahir ke bidan/dokter sedikitnya 3 kali
(24 jam pertama, hari ketiga dan minggu kedua setelah lahir)

Pemberian vitamin K1 pada bayi baru lahir 
Bertujuan untuk mencegah terjadinyan pendarahan akibat kekurangan vitamin K. Pendarahan dapat terjadi spontan akibat trauma  terutama pada trauma proses kelahiran. Pada kebanyakan kasus pendarahan terjadi dikulit, mata, hidung dan saluran cerna. Tidak hanya itu kekurangan vitamin K1 mengakibatkan komplikasi pendarahan pada otak sang bayi denga angka kejadian 63%. Gejala yang timbul bila terjadi pendarahan dalam otak adalah sakit kepala (menangis terus menerus), Muntah, ubun-ubun menojol, pucat hingga kejang. 

Tanda bahaya bayi baru lahir : 
1) Adanya kenjang dengan atau tanpa kesadaran menurun, bayi menangis melengking tiba-tiba, adanya gerakan tidak terkendali pada mulut, mata atau anggota gerak, mulut mencucu, kaku seluruh tubuh dengan atau tanpa rangsangan.
2) Adanya gangguan nafas: nafas berhenti lebih kurang 20 detik, bayi tampak biru, tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat, pernafasan cuping hidung, bayi merintih.
3) Penurunan suhu tubuh kurang dari 360C: badan bayi teraba dingin, tampak mengantuk, ada bagian tubuh yang merah dan mengeras, kaki dan tangan teraba dingin dan gerakan bayi kurang dari normal.
4) Bayi demam >37,50C 
5) Adanya infeksi: bayi tampak  mengantuk atau tidak sadar, adanya kejang, dan gangguan nafas, malas atau tidak dapat minum, ubun-ubun cembung ada bagian tubuh yang merah dan mengeras, badan teraba dingin, adanya bisul-bisul kecil pada kulit, nanah keluar dari mata, telinga, pusar kemerahan.
6) Bayi kuning pada hari pertama setelah lahir, atau setelah umur 14 hari atau pada umur lebih dari 2 hari.
7) Adanya gangguan saluran cerna: Bayi muntah, bayi gelisah, rewel, dan perut kembung, teraba benjolan pada perut.Untuk bayi baru lahir belum buang air besar dalam 24 jam terakhir, ada darah dalam tinja tanpa adanya diare, periksa apakah ada lubang duburnya.
8) Diare: keadaan umum bayi apakah tampak mengantuk atau tidak sadar  gelisah   atau rewel, mata cekung, cubitan pada kulit perut kembalinya lambat jika ditemukan salah satu tanda di bawah  ini, segera dibawa ke bidan /dokter:
Tidak  mau menyusu 
Kejang 
Kaki dan tangan teraba dingin atau demam
Badan terlihat kuning
Tali pusat basah dan berbau. 
Gerakan kedua tangan dan kaki tengah

Pengamatan pertumbuhan dan perkembangan bayi/anak.
Sangatlah penting untuk mengamati pertambahan berat badan bayi dengan membawanya ke posyandu untuk di timbang setiap bulan. Setiap bulan berat badan anak akan meningkat sesuai dengan garis hijau pada KMS. Perkembangan dan kepandaian anak akan bertambah sesuai umur dan anak yang sehat akan jarang sakit, selalu gembira, ceria, aktif, lincah dan cerdas. Beri rangsangan perkembangan sesuai umur (peluk dan timbang bayi dengan penuh kasih dan sayang sesering mungkin, gantung benda bergerak berwarna cerah agar bayi dapat melihat benda tersebut). Ajak bayi tersenyum, bicara serta  perdengarkan musik.
Tanda-tanda anak tumbuh sehat:
1) Berat badan anak naik setiap bulan
2) Pada KMS garis pertumbuhan naik mengikuti salah satu garis warna atau pindah ke  warna diatasnya.
 
Tanda-tanda anak tumbuh  kurang sehat:
1) Berat badan tidak naik
2) Pada KMS garis pertumbuhan turun, datar pindah ke garis warna di bawahnya   atau di bawah garis merah. 
Pemberian imunisasi pada bayi baru lahir
Imunisasi pertama di berikan pada saat bayi baru lahir yaitu imunisasi Hepatitis B-O (HBO). HBO sebaiknya di berikan sebelum bayi berumur 7 hari. Bayi harus dapatkan imunisasi dasar lengkap sebelum berumur 1 tahun. Bayi yang akan diimunisasi harus dalam keadaan sehat. 

25 Juli, 2015

Vaksin

Sumber: Google

Sejarah Vaksin
Menurut Mandal (2010), penemuan vaksin merupakan penemuan yang sangat penting dan berarti di dunia kesehatan. Penemuan ini merupakan penemuan paling sukses dan merupakan langkah yang baik untuk mencegah penyakit dan menyelamatkan nyawa. Hal ini terutama berlaku untuk anak - anak di seluruh dunia. Selama paruh terakhir abad ke-20, semua penyakit yang dulunya terlalu umum berubah menjadi langka di dunia sejak ditemukannya vaksin. Ratusan juta nyawa dan miliaran dolar dalam pengeluaran kesehatan masyarakat pun telah diselamatkan dengan luas vaksinasi yang berhasil dilakukan.

Vaksin pertama yang dikembangkan adalah vaksin cacar oleh Edward Jenner, dokter dari Inggris, di Berkeley. Ia menemukan bahwa orang yang minum susu dari sapi cacar relatif kebal terhadap penyakit cacar. Dia mengambil eksudat dan sekresi dari cowpox Pustul di sebelah dairymaid Sarah Nelmes dan dimasukkan ke dalam tubuh laki-laki berusia 8 tahun James Phipps pada 14 Mei 1796.

Hasil vaksinasi efektif karena anak laki-laki tersebut tidak mengidap penyakit cacar bahkan ketika dia terinfeksi dengan virus cacar kecil enam minggu setelah vaksinasi. Jenner mempublikasikan penemuannya pada 1798. Meskipun oposisi, tapi vaksinasi segera diterima.
Louis Pasteur mengembangkan penemuan Jenner dengan mengembangkan vaksin rabies (sekarang disebut antitoxin). Dan di abad ke-19, undang-undang wajib vaksinasi disahkan. Zaman keemasan pengembangan vaksin tidak datang sampai setelah Perang Dunia II, ketika beberapa vaksin baru dikembangkan dalam waktu yang relatif singkat. Keberhasilan mereka dalam mencegah penyakit seperti polio dan campak mengubah sejarah Kedokteran.
Pada tahun 1967, WHO memimpin kampanye imunisasi besar-besaran terhadap cacar. Dalam sepuluh tahun, penyakit ini telah divaksinasi eksistensi. Virus-liar polio yang setelah beredar luas di hampir setiap wilayah di dunia, sekarang hadir di hanya segelintir negara, tanpa kasus didiagnosis di Amerika Serikat sejak tahun 1979. Campak, gondok, rubella, difteri, dan Pertusis dikurangi dari epidemi menakutkan untuk wabah langka dalam beberapa dekade.

Penggolongan Vaksin
Menurut Prof. Dr. Hariyono Suyitno dr. Sp A (K) dalam buku Pedoman Imunisasi di Indonesia (2008) (Sunarti, 2012 : 45) pada dasarnya vaksin digolongkan menjadi dua jenis berdasarkan asal antigen (Immunization Essential) (Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Depkes RI, 2009 : 5), yaitu :
  • Live attenuated (kuman atau virus hidup yang dilemahkan).
  • Inactivated (kuman, virus atau komponennya yang dibuat tidak aktif).

Sifat vaksin attenuated dan inactivated berbeda sehingga menentukan bagaimana vaksin ini digunakan. Vaksin hidup attenuated diproduksi di laboratorium dengan cara melakukan modifikasi virus atau bakteri penyebab penyakit. Vaksin mikroorganisme yang dihasilkan masih memiliki kemampuan untuk tumbuh menjadi lebih banyak (replikasi) dengan menimbulkan kekebalan tapi tidak menyebabkan penyakit.

Vaksin hidup dibuat dari virus atau bakteri liar (Wild) penyebab penyakit. Virus atau bakteri liar ini dilemahkan (attenuated) di laboratorium, biasanya dengan cara pembiakan berulang - ulang. Misalnya, vaksin campak yang dipakai sampai sekarang, diisolasi untuk mengubah virus campak liar menjadi virus vaksin dibutuhkan waktu 10 tahun dengan cara melakukan penanaman pada jaringan media pembiakan secara serial dari seorang anak yang menderita penyakit campak pada tahun 1954.
Vaksin hidup attenuated bersifat labil dan dapat mengalami kerusakan bila terkena panas atau sinar, maka harus dilakukan pengelolaan dan penyimpanan dengan baik dan hati - hati. Vaksin hidup attenuated yang tersedia berasal dari dua mikroorganisme :
  • Berasal dari virus hidup : Vaksin campak, gondongan (parotitis), rubela, polio, rotavirus, demam kuning (yellow fever).
  • Berasal dari bakteri : Vaksin BCG dan demam tifoid oral.

Vaksin Inactivated dapat terdiri atas seluruh tubuh virus atau bakteri atau komponen dari kedua organisme tersebut. Vaksin komponen dapat berbasis protein atau berbasis polisakarida. Vaksin yang berbasis protein termasuk toksaid (toksin bakteri yang inactivated) dan produk sub unit atau sub-vision. Sebagian besar vaksin berbasis polisakarida terdiri atas dinding sel polisakarida asli bakteri. Vaksin penggabungan (conjugate vaccine) polisakarida adalah yang secara kimiawi dihubungkan dengan protein, karena hubungan ini membuat polisakarida tersebut menjadi lebih paten.
Pembuatan vaksin Inactivated dilakukan dengan cara membiakkan bakteri atau virus dalam media pembiakkan (persemaian), kemudian dibuat tidak aktif (inactivated) dengan cara penanaman bahan kimia (biasanya formalin). Untuk vaksin komponen organisme tersebut dibuat murni dan hanya komponen - komponennya yang dimasukkan ke dalam vaksin (misalnya kapsul polisakarida dari kuman pneumokokus).

Vaksin Inactivated tidak hidup dan tidak dapat tumbuh, maka seluruh dosis antigen dimasukkan dalam suntikan.Vaksin ini tidak menyebabkan penyakit (walaupun pada orang dengan defisiensi imun) dan tidak dapat mengalami mutasi menjadi bentuk patogenik.
Vaksin Inactivated yang tersedia saat ini berasal dari :
  • Seluruh sel virul yang inactivated, contoh influenza, polio (injeksi disuntikkan), rabies, hepatitis A.
  • Seluruh bakteri yang inactivated, contoh pertusis, tifoid, kolera, lepra.
  • Vaksin fraksional yang masuk sub-unit, contoh hepatitis B, influenza, pertusis a-selular, tifoid Vi, lyme disease.
  • Toksoid, contoh difteria, tetanus, botulinum.
  • Polisakarida murni, contoh pneumokokus, meningokokus, dan Haenophillus influenza tipe B.
  • Gabungan polisakarida (Haemophillus influenza tipe B dan pneumikokus).

Vaksin Polisakarida
Vaksin polisakarida adalah vaksin sub-unit yang inactivated dengan bentuknya yang unik terdiri atas rantai panjang molekul - molekul gula yang membentuk permukaan kapsul bakteri tertentu. Vaksin polisakarida murni tersedia untuk tiga macam penyakit, yaitu pneumokokus, meningokokus, dan Haemophillus influenza tipe B.

Vaksin Rekombinan
Antigen vaksin dapat pula dihasilkan dengan cara teknik rekayasa genetik. Produk ini sering disebut sebagai vaksin rekombinan.
Terdapat tiga jenis vaksin yang dihasilkan dengan rekayasa genetik yang saat ini telah tersedia.
  • Vaksin hepatitis B dihasilkan dengan cara memasukkan suatu segmen gen virus hepatitis B ke dalam gen sel ragi. Sel ragi yang telah berubah (modified) ini menghasilkan antigen permukaan hepatitis B murni.
  • Vaksin tifoid (Ty 21a) adalah kriteria Salmonella typhi yang secara genetik diubah (modified) sehingga tidak menyebabkan sakit.

Tiga dari empat virus berada di dalam vaksin rotavirus hidup adalah rotavirus kera rhesus yang diubah (modified) secara genetik menghasilkan antigen rotavirus manusia apabila mereka mengalami replikasi.

Berdasarkan sensitivitas terhadap suhu, vaksin juga dibagi menjadi dua, yaitu :
Vaksin sensitif beku (Freeze Sensitive), yaitu golongan vaksin yang akan rusak terhadap suhu dingin dibawah 0˚C (beku) seperti :
  •  Hepatitis B.
  •  DPT.
  •  DPT-HB.
  •  DT.
  •  TT.

Vaksin sensitif panas (Heat Sensitive), yaitu golongan vaksin yang akan rusak terhadap paparan panas yang berlebihan, yaitu :
  •  BCG.
  •  Polio, dan
  •  Campak.

(Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Depkes RI, 2009:5).

Jenis - Jenis Vaksin
Menurut Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Depkes RI (2009), vaksin yang beredar di Indonesia cukup banyak jenisnya, baik yang digunakan individu oleh dokter atau bidan dalam imunisasi. Namun hingga saat ini yang baru dimasukkan ke dalam program imunisasi baru beberapa jenis vaksin. Namun demikian, selain vaksin program imunisasi masih ada vaksin lain yang juga dapat digunakan oleh program lain di Depkes yang perlu dipantau untuk keamanan penyimpanan vaksin. Berikut ini akan diuraikan vaksin program imunisasi dan vaksin di luar program yang disimpan dipenyimpanan vaksin di tingkat provinsi/kabupaten maupun puskesmas.

Vaksin - Vaksin Yang Digunakan Pada Program Imunisasi Saat Ini
1) Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin)
Vaksin BCG adalah vaksin bentuk kering yang mengandung Mycobacterium bovis yang sudah dilemahkan dari strain Paris no. 1173.P2 (Vademecum Bio Farma, 2011). Vaksin BCG digunakan untuk kekebalan aktif terhadap tuberkulosa.

2) Vaksin DPT
Vaksin jerap DPT (Difteri Pertusis Tetanus) adalah vaksin yang terdiri dari toxoid difteri dan tetanus yang dimurnikan serta bakteri pertusis yang telah diinaktivasi dan teradsorbsi ke dalam 3 mg/ml aluminium fosfat. Potensi vaksin per dosis tunggal sedikitnya 4 IU pertusis, 30 IU difteri, dan 60 IU tetanus (Vademecum Bio Farma, 2011). Vaksin DPTHB digunakan untuk memberikan kekebalan secara simultan terhadap difteri, tetanus, dan batuk rejan. Di unit pelayanan statis, vaksin DPTHB yang telah dibuka boleh digunakan selama 4 minggu, dengan ketentuan :
  •  Vaksin belum kadaluwarsa.
  •  Vaksin disimpan dalam suhu 2˚C s.d. 8˚C.
  •  Tidak pernah terendam air.
  •  Sterilitasnya terjaga.
  • VVM masih dalam kondisi A dan B.

Vaksin TT
Vaksin jerap TT (Tetanus Toxoid) adalah vaksin yang mengandung toxoid tetanus yang telah dimurnikan dan teradsorbsi ke dalam 3 mg/ml aluminium fosfat. Satu dosis 0,5 ml vaksin mengandung potensi sedikitnya 40 IU. Dipergunakan untuk mencegah tetanus pada bayi yang baru lahir dengan mengimunisasi WUS (Wanita Usia Subur) atau ibu hamil, juga untuk pencegahan tetanus pada ibu bayi (Vademecum Bio Farma, 2011).

Vaksin DT
Vaksin jerap DT (Difteri Tetanus) adalah vaksin yang mengandung toxoid difteri dan tetanus yang telah dimurnikan dan teradsorbsi ke dalam 3 mg/ml aluminium fosfat. Potensi komponen vaksin per dosis tunggal sedikitnya 30 IU untuk potensi toxoid difteri dan 40 IU untuk poensi toxoid tetanus (Vademecum Bio Farma, 2011). Vaksin DT digunakan untuk memberikan kekebalan simultan terhadap difteri dan tetanus.

Vaksin Polio
Vaksin Oral Polio hidup adalah Vaksin Polio Trivalent yang terdiri dari suspense virus poliomyelitis tipe 1, 2, dan 3 (Strain Sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera dan distabilkan dengan sukrosa (Vedemecum Bio Farma, 2011). Vaksin Polio digunakan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap poliomyelitis.

Vaksin Campak
Vaksin campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan. Setiap dosis (0,5 ml) mengandung tidak kurang dari 1000 infective unit virus strain CAM 70 dan tidak lebih dari 100 mcg residu kanamycin dan 30 mcg erythromycin. Vaksin ini berbentuk vaksin beku kering yang harus dilarutkan dengan aquabidest steril (Vedemecum Bio Farma, 2011). Vaksin campak digunakan untuk memberikan kekebalan secara aktif terhadap penyakit campak.

Vaksin Hepatitis B
Vaksin hepatitis B adalah vaksin virus rekombinan yang telah diinaktivasikan dan bersifat non-infecious, berasal dari HbsAg yang dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula polymorpha) menggunakan DNA rekombinan. Vaksin ini merupakan suspensi
berwarna putih yang diproduksi dari jaringan sel ragi yang mengandung gen HbsAg yang dimurnikan dan diinaktivasi melalui beberapa tahap proses fisiko kimia seperti ultrasentrifuse, kromatografi kolom, dan perlakuan dengan formaldehid (Vademecum Bio Farma, 2011).

Vaksin Hepatitis B digunakan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus Hepatitis B, tapi tidak dapat mencegah infeksi virus lain seperti virus hepatitis A dan C yang diketahui dapat menginfeksi hati. Vaksin DPT-HB

Vaksin mengandung DPT-HB berupa toxoid difteri dan toxoid tetanus yang dimurnikan dan pertusis yang inaktivasi serta vaksin hepatitis B yang merupakan sub unit vaksin virus yang mengandung HbsAg murni dan bersifat non infectios. Vaksin hepatitis B ini merupakan vaksin DNA rekombinan yang berasal dari HbsAg yang diproduksi melalui teknologi DNA rekombinan pada sel ragi (Vademecum Bio Farma, 2011). Vaksin DPT-HB digunakan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, tetanus, pertusis, dan hepatitis B.

Vaksin Lain di Luar Program Imunisasi Yang Ada di Provinsi/Kabupaten/Kota
Vaksin Meningokokus
Vaksin ini diberikan kepada semua calon jemaah haji yang akan berangkat beribadah ke Mekkah. Dosis pemberian adalah 0,5 ml diberikan secara subcutan pada lengan atas. Vaksin ini merupakan vaksin beku kering dengan pelarut menempel pada vial.

Japanese Enchephalitis (JE)
Dosis pemberian adalah 0,5 ml sebanyak 3 kali, diberikan secara subcutan pada lengan atas.

Haemofilus Influenzae (Hib)
Dosis pemberian adalah 0,5 ml sebanyak 2-3 kali tergantung produsen vaksin, diberikan intramuscular pada paha tengah luar untuk bayi dan lengan atas luar untuk anak-anak yang lebih tua.

Vaksin Anti Rabies (VAR)/Serum Anti Rabies (SAR)
Diberikan jika terkena virus rabies lewat gigitan atau cakaran hewan penderita rabies atau luka yang terkena air liur hewan penderita rabies. Pemberian dengan cara intramuscular/intradermal. Ada dua tipe VAR, yaitu NTV (Nerve Tissue Vaccine) dan NNV (Non Nerve Vaccine).

Pengelolaan Vaksin
Menurut Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Depkes RI (2009), pengelolaan vaksin meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian, penggunaan, pencatatan dan pelaporan serta monitoring dan evaluasi. Vaksin hendaknya dikelola secara optimal untuk menjamin tercapainya tepat jumlah dan jenis obat, penyimpanan, waktu pendistribusian, dan penggunaan obat, serta terjamin mutunya di unit pelayanan kesehatan.

Dalam pelaksanaan program imunisasi, pengadaan vaksin yang dikelola ditingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota perlu dilaksanakan secara efektif dan efesien sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan baik dari segi fisik, keuangan maupun manfaatnya bagi kelancaran pelaksanaan program imunisasi sehingga Kajadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang tidak diinginkan tidak akan terjadi. KIPI merupakan suatu kejadian yang disebabkan oleh berberapa faktor diantaranya menurunnya atau hilangnya potensi vaksin dan rusaknya vaksin. Cara distribusi dan penyimpanan yang tidak tepat merupakan salah satu penyebab menurunnya atau hilangnya potensi vaksin yang pada akhirnya dapat menyebabkan KIPI.

Pendistribusian Vaksin
Pendistribusian vaksin berdasarkan Pedoman Pengelolaan Vaksin yang dikeluarkan oleh Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Depkes RI yaitu vaksin alokasi provinsi didistribusikan langsung dari produsen ke provinsi sesuai alokasi yang tertera dalam kontrak. Vaksin alokasi pusat diserahkan ke gudang vaksin Depkes RI. Pendistribusian vaksin alokasi provinsi (terutama BCG) dilakukan secara bertahap (minimal tiga kali pengiriman) dengan interval waktu dan jumlah yang seimbang dengan memperhatikan tanggal kadaluarsa dan kemampuan penyerapan. Khusus vaksin DT bisa dilakukan dalam sekali pengiriman. Setiap melakukan pengiriman vaksin ke provinsi, produsen wajib melaporkan ke Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekkes, Dirjen Binfar dan Alkes. Pengiriman vaksin ke provinsi berdasarkan permintaan resmi dari Dinas Kesehatan Provinsi yang ditujukan kepada Ditjen P2PL, Direktorat Sepimkesma, dengan tembusan ke Ditjen Binfar dan Alkes, Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan.

Permintaan pengiriman vaksin harus mempertimbangkan tingkat stok maksimum kebutuhan dan kapasitas tempat penyimpanan provinsi. Setiap pengiriman vaksin menggunakan cold box yang berisi kotak dingin cair (cool pack) untuk vaksin TT, DT, Hepatitis B, dan DPT-HB, kotak beku (cold pack) untuk vaksin BCG dan Campak, serta dry ice untuk vaksin Polio. Pelarut dan penetes dikemas tanpa menggunakan pendingin. Pengepakan vaksin yang sensitif pembekuan (DT, TT, Hepatitis B, dan DPT-HB) dilengkapi dengan indikator pembekuan, vaksin BCG disertai dengan indikator paparan panas.

Setiap pengiriman harus disertai laporan kedatangan vaksin VAR (Vaccine Arrival Report),copy CoR (Certificate of Release) untuk setiap batch serta SP (Surat Pengantar) untuk vaksin alokasi provinsi/SBBK (Surat Bukti Barang Keluar) untuk vaksin alokasi pusat.

Distribusi dari Dinkes Provinsi dilakukan atas dasar permintaan resmi dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dengan mempertimbangkan stok maksimum kebutuhan dan daya tamping penyimpanan vaksin di kabupaten/kota. Distribusi bisa dilakukan dengan cara dikirimkan oleh provinsi atau diambil oleh kabupaten/kota.

Distribusi dari kabupaten/kota ke Puskesmas dilakukan atas dasar permintaan resmi dari Puskesmas dengan menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). Setiap distribusi vaksin harus mempertimbangkan stok maksimum kebutuhan dan daya tampung penyimpanan vaksin. Distribusi bisa dilakukan dengan cara dikirimkan oleh kabupaten/kota atau diambil oleh Puskesmas. Hal - hal yang perlu diperhatikan dalam pendistribusian vaksin :
  • Pendistribusian vaksin harus memperhatikan kondisi Vaccine Vial Monitor (VVM), tanggal kadaluarsa (FEFO), dan urutan masuk vaksin (FIFO).
  • Setiap distribusi vaksin menggunakan cold box yang berisi kotak dingin cair (cool pack) untuk vaksin TT, DT, Hepatitis B PID,dan DPT-HB, serta kotak beku (cold pack) untuk vaksin BCG, Campak, dan Polio.
  • Apabila pendistribusian vaksin dalam jumlah kecil, dimana vaksin sensitif beku dicampur dengan sensitif panas maka digunakan cold box yang berisi kotak dingin cair (cool pack).
  • Pengepakan vaksin sensitif beku harus dilengkapi dengan indicator pembekuan.


Penyimpanan Vaksin
Berdasarkan Pedoman Pengelolaan Vaksin, tujuan penyimpanan vaksin adalah agar mutu dapat dipertahankan /tidak kehilangan potensi, aman/tidak hilang, dan terhindar dari kerusakan fisik. Sarana dan prasarana yang harus disediakan dalam penyimpanan vaksin :
  • Cool room.
  • Freezer.
  • Lemari es.
  • Cool box.
  • Cool pack.
  • Vaccine carrier.
  • Generator.

Untuk menyimpan vaksin dibutuhkan peralatan rantai vaksin, yaitu seluruh peralatan yang digunakan dalam pengelolaan vaksin sesuai dengan prosedur untuk menjaga vaksin pada suhu yang telah ditetapkan, dari mulai vaksin diproduksi di pabrik pembuat vaksin sampai dengan pemberian vaksinasi pada sasaran Ibu dan Anak. Fungsi dari peralatan rantai vaksin adalah untuk menyimpan/membawa vaksin pada suhu yang telah ditetapkan sehingga potensi vaksin dapat terjamin sampai masa kadaluarsanya.

Jenis peralatan rantai vaksin berbeda pada setiap tingkatan administratif sesuai dengan fungsi dan kapasitas vaksin yang dikelola. Skema berikut ini menggambarkan jenis dan fungsi peralatan mulai dari pabrik sampai kepada sasaran.

Tanaman Obat yang berkhasiat pengobatan Diare

Sumber: Google

Ada beberapa ramuan tanaman obat yang populer dimasyarakat indonesia sehingga mudah digunakan untuk pengobatan diare antara lain adalah daun jambu biji, delima, daun sambiloto, daun salam, sawi, daun urang aring, kunyit, kesumba keling, jahe dll. Adapun beberapa contoh ramuan yang digunakan sebagai berikut :

Daun jambu biji
Bahan-bahan : 30 gram daun jambu biji segar, 20 gram kunyit
Cara mengelolah bahan :
a) Semua bahan dipotong-potong dan dicuci bersih
b) Rebus dengan 3 gelas air hingga tersisa 1 1/4 gelas
c) Air rebusan ramuan disaring
Cara pemakaian : Diminum 2 kali sehari

Delima
Bahan-bahan : 15 gram kulit delima kering, 10 gram teh kering
Cara mengelolah bahan :
a) Rebus semua bahan dengan 3 gelas air hingga tersisa setengahnya
b) Air rebusan ramuan disaring
Cara pemakaian : Diminum 2 kali sehari

Daun sambiloto
Bahan-bahan : 15 gram sambiloto kering
Cara mengelolah bahan :
a) Rebus bahan dengan 3 gelas air hingga tersisa setengahnya
b) Air rebusan ramuan disaring
Cara pemakaian : Diminum 2 kali sehari

Daun salam
Bahan-bahan : 20 lembar daun salam, 60 gram krokot hijau segar, Garam scukupnya 
Cara mengelolah bahan :
a) Cuci semua bahan hingga bersih
b) Rebus dengan 3 gelas air hingga tersisa setengahnya tambahkan sedikit garam
c) Air rebusan ramuan disaring
Cara pemakaian : Diminum 2 kali sehari

Sawi
Bahan-bahan : 30 gram sawi tanah segar, 30 gram anting-anting segar
Cara mengelolah bahan :
a) Cuci semua bahan hingga bersih
b) Rebus dengan 3 gelas air hingga tersisa setengahnya
c) Air rebusan ramuan disaring
Cara pemakaian : Diminum 2 kali sehari

Daun urang aring
Bahan-bahan : 30 gram daun urang aring segar, 30 gram patikan kebo segar
Cara mengelolah bahan :
a) Cuci semua bahan hingga bersih
b) Rebus dengan 3 gelas air hingga tersisa setengahnya
c) Air rebusan ramuan disaring
Cara pemakaian : Diminum 2 kali sehari

Kunyit
Bahan-bahan : 1 jari rimpang kunyit, Kapur sirih secukupnya
Cara mengelolah bahan :
a) Rimpang kunyit dicuci hingga bersih lalu diperas dan disaring
b) Campur sedikit dengan kapur sirih
Cara pemakaian : Diminum 1 sendok makan setiap hari

Kesumba keling
Bahan-bahan : 1/2 genggam daun kesumba keling
Cara mengelolah bahan :
a) Cuci bahan hingga bersih
b) Rebus dengan 2 gelas air hingga tersisa setengahnya
c) Setelah dingin air rebusan ramuan disaring
Cara pemakaian : Diminum 2 kali sehari dengan dosis 1/2 gelas sekali

Jahe 
Bahan-bahan : 10 gram jahe
Cara mengelolah bahan :
a) Cuci semua hingga bersih, kemudian dipanggang dengan api kecil
b) Tumbuk halus dan seduh dengan air panas secukupnya
Cara pemakaian : Diminum 2 kali sehari dalam keadaan hangat

Fans Page