Ads 468x60px

25 Maret, 2010

Faktor faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak


a. Faktor genetik
Merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal.

b. Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan.
Faktor lingkungan secara garis besar di bagi menjadi :
1) Faktor lingkungan yang mempengaruhi bayi pada waktu masih dalam lingkungan (faktor prenatal), antara lain :
Gizi ibu pada waktu hamil
Gizi ibu yang buruk sebelum maupun pada saat hamil, lebih sering menghasilkan bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) atau lahir mati dan jarang menyebabkan cacat bawaan.
Mekanis
Trauma dan cairan ketuban yang kurang dapat menyebabkan kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkan.
Toksin/zat kimia
Masa organogenesis adalah masa yang sangat peka terhadap zat-zat teratogen. Misalnya obat-obatan seperti thalidomide, phetidhine, obat-obat anti kanker dan sebagainya yang dapat menyebabkan kelainan bawaan.
Endokrin
Hormon-hormon yang mungkin berperan pada pertumbuhan janin, adalah somamotropin, hormon plasenta, hormon tiroid dan insulin.
Radiasi
Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu dapat menyebabkan kematian janin, kerusakan otak, mikrosefali atau cacat bawaan lainnya.
Infeksi
Infeksi intra uterin yang sering menyebabkan cacat bawaan adalah TORCH (Toxo plasmosis, Rubella, cytomegalovirus, Herpes simplex).
Stress
Dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin, antara lain cacat bawaan, kelainan jiwa dan lain-lain.
Imunitas
Rhesus atau ABO inkomtabilita sering menyebabkan abortus, kernikterus, atau lahir mati
Anoreksia embrio
Menurunnya oksigenisasi janin melalui gangguan pada plasenta atau tali pusat menyebabkan berat badan lahir rendah.

d. Faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir (faktor postnatal ).

1) Lingkungan biologis antara lain :
a) Ras atau suku bangsa
Bangsa kulit putih mempunyai pertumbuhan somatik lebih tinggi dari pada bangsa asia.

b) Jenis kelamin
Walau belum di ketahui secara pasti banyak yang mengatakan bahwa bayi laki laki sering sakit di bandingkan bayi perempuan.
c) Umur
Umur paling rawan adalah masa Batita, oleh karena pada masa itu bayi mudah sakit dan mudah terjadi kurang gizi.
d) Gizi
Makan memegang peranan penting dalam tumbuh kembang bayi karena makanan bagi anak di butuhkan untuk pertumbuhan.
e) Perawatan kesehatan
Pemeriksaan kesehatan dan menimbang bayi secara rutin setiap bulan akan menunjang tumbuh kembang bayi.
f) Kepekaan terhadap penyakit
Dalam imunisasi, di harapkan anak terhindar dari penyakit-penyakit yang sering menimbulkan cacat atau kematian.
g) Penyakit kronis
Anak yang menderita penyakit menahun akan terganggu tumbuh kembang dan pendidikannya
h) Fungsi metabolisma
Karena perbedaan dalam proses metabolisme pada berbagai umur, maka kebutuhan akan berbagai nutrien harus didasarkan atas perhitungan yang tepat dan memadai.

i) Hormon
Hormon-hormon yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang antara lain adalah :
Somatotropin atau “ growth hormon “
Merupakan pengatur utama pada pertumbuhan somatis terutama pertumbuhan kerangka
Hormon tiroid
Mempunyai fungsi pada metabolisme protein, karbohidrat dan lemak.
Glukortikoid
Mempunyai fungsi yang bertentangan dengan somatotropin tiroksin serta androgen, karena kortison mempunyai efek anabolik.
Hormon - hormon seks
Mempunyai peranan dalam reproduksi.

2) Faktor fisik antara lain
a) Cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah.
Musim kemarau panjang/bencana alam lainnya, dapat berdampak pada tumbuh kembang anak antara lain sebagai gagalnya panen, sehingga banyak anak yang kurang gizi.
b) Sanitasi
Akibat kebersihan yang kurang, maka anak akan sering sakit misalnya diare, hepatitis, malaria, dan sebagainya. Demikian pula polusi udara baik yang berasal dari pabrik, asap kendaraan atau asap rokok, dapat mempengaruhi terhadap tingginya angka kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA )
c) Keadaan rumah : struktur bangunan, ventilasi, cahaya, dan kepadatan hunian
Keadaan perumahan yang layak dengan kontruksi bangunan yang tidak membahayakan penghuninya serta tidak penuh sesak akan menjamin kesehatan penghuninya.
d) Radiasi
Radiasi yang tinggi dapat mengganggu tumbuh kembang anak
3) Faktor psikososial
a) Stimulasi
Anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan tertur akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang /tidak mendapat stimulasi.
b) Motivasi belajar
Motivasi belajar dapat ditimbulkan sejak dini dengan membersihkan lingkungan yang kondusif untuk belajar, misalnya sekolah yang tidak terlalu jauh, buku-buku, suasana yang tenang serta sarana lainnya.
c) Ganjaran atau hukuman
Kalau anak berbuat benar, maka wajib kita beri ganjaran misalnya pujian, ciuman, belaian, dan sebagainya. Sedangkan menghukum dengan cara yang wajar kalau anak berbuat salah, masih dibenarkan.
d) Kelompok sebaya
Untuk proses sosialisasi dengan lingkungannya anak memerlukan teman sebaya.
e) Stress
Stress pada bayi berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya, misalnya bayi akan menarik diri, rendah diri, terlambat bicara dan sebagainya.
f) Sekolah
Dengan mendapat pendidikan yang baik, maka di harapkan dapat meningkatkan taraf hidup anak-anak tersebut.
g) Cinta dan kasih sayang
Anak memerlukan cinta dan kasih sayang serta perlakuan adil dari orang tuanya agar kelak menjadi anak yang tidak sombong dan bisa memberikan kasih sayangnya pula kepada sesamanya.
h) Kualitas interaksi anak-orang tua
Interaksi timbal balik antara anak dan orang tua akan menimbulkan keakraban dalam keluarga.

4). Faktor keluarga dan adat istiadat, antara lain
a). Pekerjaan /pendapatan keluarga
Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak, karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik primer maupun sekunder.


b). Pendidikan ayah /ibu
Dengan pendidikan yang baik maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan bayi yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya dan sebagainya.
c). Jumlah saudara.
Jumlah saudara yang banyak pada keluarga dengan sosial ekonomi yang cukup akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima anak. Sedangkan pada keluarga dengan sosial ekonomi yang kurang, akan mengakibatkan selain kurangnya kasih sayang dan perhatian pada anak, juga kebutuhan primer seperti makanan, sandang dan perumahan pun tidak terpenuhi.
d). Jenis kelamin dalam keluarga
Pada masyarakat tradisional, wanita mempunyai status yang lebih rendah di bandingkan laki laki, sehingga angka kematian bayi karena malnutrisi masih tinggi pada wanita.
e). Stabilitas rumah tangga
Tumbuh kembang anak akan berbeda pada keluarga yang harmonis, dibandingkan dengan mereka yang kurang harmonis.
f). Kepribadian ayah /ibu
Kepribadian ayah dan ibu yang terbuka tentang pengaruhnya berbeda terhadap tumbuh kembang anak, bila dibandingkan dengan mereka yang kepribadianya tertutup.
g). Adat istiadat, norma-norma, tabu-tabu
Adat istiadat yang berlaku di tiap daerah akan berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak.
h). Agama
Dengan memahami agama akan menuntun umatnya untuk berbuat kebaikan dan kebajikan.
i) Urbanisasi
Salah satu dampak dari urbanisasi adalah kemiskinan dengan segala permasahannya.
j) Kehidupan politik dalam masyarakat yang mempengaruhi prioritas kepentingan anak, anggaran dan lain lain.

Penyapihan


Pengertian
Menyapih adalah suatu proses berhentinya masa menyusui secara berangsur angsur atau sekaligus (Ana Fitria, 2007). Proses tersebut dapat disebabkan oleh berhentinya sang anak dari menyusu ibunya.atau bisa juga berhentinya seorang ibu untuk menyusui anaknya. Atau bisa juga keduanya. Masa menyapih ini merupakan pengalaman emosional bagi sang ibu, anak, juga sang ayah. Karena ketiga pihak tersebut merupakan ikatan kesatuan yang tidak boleh dilupakan (http://asuhan .wikia.com/wiki/menyapih)
WHO (World Health Organization) merekomendasikan penyapihan dilakukan setelah bayi berusia 2 tahun. Pada usia ini anak sudah mempunyai pondasi kuat bagi perkembangan selanjutnya. Penyapihan anak 2 tahun dilakukan demi perkembangan maupun psikologis anaknya, seperti:
1) Mengembangkan pengenalan aneka ragam rasa dan tekstur makanan. Hal ini berpengaruh pada perkembangan intelektualitasnya karena daya ingatnya akan menyimpan informasi mengenai berbagai rasa dan tekstur makanan.
2) Memperbanyak latihan mengunyah makanan padat agar gigi dan rahangnya berkembang optimal
3) Anak dilatih untuk mandiri karena tidak bergantung pada ASI setiap kali anak lapar atau haus.

Dampak Penyapihan Dini
1) Meningkatkan Risiko gejala pernafasan.
2) Meningkatkan resiko obesitas (Anonim, 2007).
3) Menyebabkan hubungan anak dan ibu berkurang keeratannya karena proses bounding tatchman terganggu.
4) Insiden penyakit infeksi terutama diare meningkat.
5) Pengaruh gizi yang menyebabkan malnutrisi pada anak.
6) Mengalami reaksi alergi yang menyebabkan diare, muntah, ruam dan gatal-gatal karena reaksi dari sistem imun.

Proses Penyapihan
Permulaan proses penyapihan adalah merupakan permulaan perubahan besar bagi bayi dan ibunya. Hubungan yang sangat erat antara ibu dan bayi, yang dimulai dalam rahim ibu dan dilanjutkan setelah bayi lahir, mulai melemah dan ini harus merupakan proses yang berjalan secara perlahan. Pada beberapa daerah, seringkali pemberian ASI dihentikan secara tiba-tiba bila ibu menjadi atau merasa hamil lagi. Masalah yang lebih serius akan terjadi bila bayi dipisahkan dari ibunya dan dikirim untuk dipelihara oleh kakek neneknya atau saudara orang tuanya. Pengaruh psikologi dan gizi dan praktik semacam ini dapat sangat berbahaya bagi anak yang masih sangat muda (Muchtadi, 2002).

Penyapihan adalah masa berbahaya bagi bayi dan anak kecil. Telah diketahui bahwa terdapat resiko infeksi yang lebih tinggi, terutama penyakit diare, selama proses penyapihan ini dibandingkan dengan masa sebelumnya dalam kehidupan bayi. Hal ini disebabkan karena terjadi perubahan konsumsi ASI yang bersih dan mengandung faktor anti infeksi. Menjadi makanan yang seringkali disiapkan, disimpan dan diberikan pada anak dengan cara yang tidak higienis (Muchtadi, 2002).
d. Ada 2 metode Penyapihan yang biasa ibu lakukan, yaitu :
1) Metode seketika
Umumnya dilakukan pada keadaan terpaksa. Misalnya pada ibu mendadak sakit atau pergi jauh. Jika memilih metode ini yang harus dilakukan adalah:
­ Mengkomunikasikan situasi yang terjadi pada anak (terutama untuk anak satu tahun keatas).
­ Untuk memberikan minuman selain ASI tunggulah anak sampai merasa haus dan lapar. Karena biasanya ia bisa menerima minuman tersebut dalam kondisi lapar.
­ Alihkan perhatian anak dengan mainan yang ia suka sambil memberinya makan dan minum.
­ Beri susu formula yang rasanya mendekati ASI. Hadirkan sosok pengganti ibu yang dapat membuat anak merasa nyaman, walau ibu tidak berada disisinya.

2) Metode bertahap
Metode bertahap dibagi menjadi dua yaitu:
­ Natural weaning (penyapihan alami)
Disini ibu tidak memaksa anak untuk berhenti namun mengikuti tahap perkembangan anak.
­ Mother led weaning
Ibu menentukan kapan saat menyapih anak. Yang dibutuhkan pada metode ini adalah kesiapan mental ibu dan dukungan suami. Ayah juga harus berperan sebagai sosok yang memberikan kenyamanan selain ibu, dengan cara mengajak anak bermain (Iskadar, 2007).

Bahan Makanan Sapihan
Bahan yang dipilih untuk membuat makanan sapihan sebaiknya mudah didapat, harganya murah, paling sering dimakan, sebaiknya diramu dengan resep lokal (Arisman, 2004).

Makanan sapihan yang ideal harus mengandung :
1) Makanan pokok (pangan yang paling banyak dikonsumsi oleh keluarga, biasanya makanan yang mengandung tepung, gandum, kentang, maizena)
2) Kacang, sayuran berdaun hijau atau kuning
3) Buah
4) Daging hewan
5) Minyak atau lemak
Bahan ini dibuat menjadi bubur untuk kemudian sebagai peneman ASI, disuapkan kepada bayi.
Tabel 3. Pola campur makanan Sapihan
Pola campur makanan sapihan
1. Campuran sederhana
Makanan pokok + kacang-kacangan, atau
makanan pokok + hewan, atau
makanan pokok + sayuran.
2. Campuran majemuk
a. Menggunakan tiga bahan
makanan pokok + kacang-kacangan + hewan, atau
makanan pokok + kacang-kacangan + sayuran, atau
makanan pokok + hewan + sayuran.
b. Menggunakan 4 bahan
makanan pokok + kacang-kacangan + hewan + sayuran. (Arisman, 2004)

Tips-tips agar proses menyapih berjalan dengan baik :
1) Lakukan proses penyapihan secara berlahan. Misalnya mengurangi secara bertahap frekuensi menyusui.
2) Alihkan perhatian anak/sibukkan anak dengan hal lain. Dengan membacakan buku ke anak, bermain, bernyanyi, dan sebagainya, hingga anak melupakan saat menyusui.
3) Kunci utama : Bina komunikasi yang baik dengan anak.
4) Hindari menyapih pada saat anak sedang tidak sehat atau sedang sedih, kesal, marah.
5) Hindari menyapih anak dari menyusu kebenda lain seperti empeng, botol susu, bantal dan sebagainya.
6) Biasanya disini peran ayah sangat dibutuhkan sebagai figur yang melengkapi sang ibu. Sekali lagi bina komunikasi baik dengan anak.
7) Hindari menyapih secara mendadak
8) Komunikasi ( Ana Fitria, 2007)

Makanan Tambahan
Makanan pelengkap atau tambahan adalah makanan lain yang diberikan selain ASI. Pengenalan makanan tmbahan dilakukan secara bertahap. Setelah bayi lahir diharapkan ibu memberikan ASI sampai usia bayi 2 tahun. Perkenalan dan pemberian makanan lain selain ASI (makanan pendamping ASI) pada umumnya diberikan kepada bayi setelah bayi berusia 6 bulan (Soetjiningsih, 1997).
Saat itulah dimana pertumbuhan dan peningkatan aktifitas memerlukan tambahan nutrien Setelah bayi berusia 2 tahun, ASI sepenuhnya akan digantikan oleh makanan sehari-hari. Asi hanya dibutuhkan sekali-kali saja sebagai kenyamanan.
Panduan pemberian makanan tambahan, petunjuk dari Departement Of Nutrition for Healt and Development, WHO :
  • Berikan ASI ekslusif sampai bayi berusia 6 bulan
  • Berikan makanan tambahan pada bayi usia 6 bulan
  • Berikan ASI selama 2 tahun atau lebih
  • Berikan tambahan makanan yang :
­ Berkalori tinggi dan kaya zat nutrisi
­ Bersih dan aman bagi bayi
­ Dirancang dari makanan keluarga serta mempergunakan makanan lokal yang mudah diperoleh Makanan tambahan diberikan 3x sehari pada saat bayi berusia 6 – 7 bulan dan ditingkatkan menjadi 5x sehari saat berusia 12 bulan(Pujiarto, 2005)

Kurang Energi Kronis (KEK) Pada Ibu Hamil


Menurut Depkes RI (2002) dalam Program Perbaikan Gizi Makro menyatakan bahwa Kurang Energi Kronis merupakan keadaan dimana ibu penderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu. KEK dapat terjadi pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil (bumil). Pada ibu hamil lingkar lengan atas digunakan untuk memprediksi kemungkinan bayi yang dilahirkan memiliki berat badan lahir rendah. Ibu hamil diketahui menderita KEK dilihat dari pengukuran LILA, adapun ambang batas LILA WUS (ibu hamil) dengan resiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila ukuran LILA kurang dari 23,5 cm atau di bagian merah pita LILA, artinya wanita tersebut mempunyai resiko KEK dan diperkirakan akan melahirkan berat bayi lebih rendah (BBLR). BBLR mempunyai resiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan dan gangguan perkembangan anak. Lingkar lengan atas merupakan indicator status gizi yang digunakan terutama untuk mendeteksi kurang energi protein pada anak-anak dan merupakan alat yang baik untuk mendeteksi wanita usia subur dan ibu hamil dengan resiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Hal ini sesuai dengan Depkes RI yang dikutip oleh Supariasa (2002), bahwa pengukuran LILA pada kelompok wanita usia subur (WUS) adalah salah satu cara deteksi dini yang mudah dan dapat dilaksanakan oleh masyarakat awam, untuk mengetahui kelompok beresiko kekurangan energi kronis (KEK). Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek. Pengukuran LILA digunakan karena pengukurannya sangat mudah dan cepat. Hasil Pengukuran LILA ada dua kemungkinan yaitu kurang dari 23,5 cm dan diatas atau sama dengan 23,5 cm. Apabila hasil pengukuran <> 23,5 cm berarti tidak berisiko KEK.

Ekstraksi Vakum


Definisi
Ekstraksi vakum adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan ekstraksi vakum pada kepalanya. Alat ini dinamakan ekstrator vakum atau ventouse (Depkes RI,2002). Menurut Mansjoer Arif (1999) tindakan ini dilakukan dengan memasang sebuah mangkuk (cup) vakum di kepala janin dan tekanan negatif. Ekstraksi vakum adalah tindakan obstetri yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi tenaga mengedan ibu dan ekstraksi pada bayi (Cuningham F 2002).

Etiologi
a. Kelelahan pada ibu : terkurasnya tenaga ibu pada saat melahirkan karena kelelahan fisik pada ibu (Prawirohardjo, 2005).
b. Partus tak maju : His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan bahwa rintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persaiinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan atau kematian (Prawirohardjo, 2005).
c. Gawat janin : Denyut Jantung Janin Abnormal ditandai dengan:
- Denyut Jantung Janin irreguler dalam persalinan sangat bereaksi dan dapat kembali beberapa waktu. Bila Denyut Jantung Janin tidak kembali normal setelah kontraksi, hal ini mengakibatkan adanya hipoksia.
- Bradikardia yang terjadi di luar saat kontraksi atau tidak menghilang setelah kontraksi.
- Takhikardi dapat merupakan reaksi terhadap adanya demam pada ibu (Prawirohardjo, 2005).

Teknik Ekstraksi Vakum
Ekstraktor vakum hanya digunakan pada persentasi belakang-kepala. Dalam keadaan terpaksa, ekstraksi dengan ekstraktor vakum dapat dilakukan pada pembukaan yang belum lengkap tetapi sedikit-dikitnya 7 cm. Begitu pula ekstraksi vakum masih boleh digunakan, apabila pada presentasi belakang ¬kepala, kepala janin sudah sampai hodge II tetapi belum sampai hodge III, asal tidak ada diproporsi sefalopelvik. Dalam pemakaian ekstraktor vakum, mangkok yang dipilih harus sesuai dengan besarnya pembukaan, keadaan vagina, turunnya kepala janin dan tenaga untuk tarikan yang diperlukan. Umumnya yang dipakai ialah mangkok dengan diameter 50 mm (Cuningham F, 2002).
Pada umumnya kala II yang lama merupakan indikasi untuk melakukan ekstraksi dengan cunam berhubung dengan meningkatnya bahaya ibu dan janin (Mansjoer Arif, 1999).
Pada presentasi belakang-kepala dengan kepala belum sampai di dasar panggul, dan persentase muka setelah kala II lamanya 3 jam pada seorang primigravida dan 2 jam pada multipara dilakukan pemeriksaan dengan seksama (jika perlu dengan memasukkan 4 jari atau seluruh tangan ke dalam vagina) apakah sungguh-sungguh kepala sudah masuk dalam rongga panggul dengan ukuran terbesar, dan apakah tidak ada rintangan apapun pada panggul untuk melahirkan kepala. Dalam hal kepala janin sudah melewati pintu atas panggul dengan ukuran terbesar, putaran paksi dalam kepala sudah atau hampir selesai, dan dalam hal tidak adanya kesempitan pada bidang bawah panggul, persalinan diselesaikan dengan ekstraksi cunam (Mansjoer Arif, 1999).

Indikasi
Adanya beberapa faktor baik faktor ibu maupun janin menyebabkan tindakan ekstraksi porcef/ekstraksi vakum dilakukan. Ketidakmampuan mengejan, keletihan, penyakit jantung (eklampsia), section secarea pada persalinan sebelumnya, kala II yang lama, fetal distress dan posisi janin oksiput posterior atau oksiput transverse menyebabkan persalinan tidak dapat dilakukan secara normal. Untuk melahirkan secara pervaginam, maka perlu tindakan ekstraksi vakum/tindakan ekstraksi vakum menyebabkan terjadinya toleransi pada servik uteri dan vagina ibu. Di samping itu terjadi laserasi pada kepala janin yang dapat mengakibatkan perdarahan intracranial (Mansjoer Arif, 1999).
Syarat dari Ekstraksi Vakum:
a. Janin aterm
b. Janin harus dapat lahir pervaginam (tidak ada disproporsi)
c. Pembukaan serviks sudah lengkap
d. Kepala janin sudah enganged.
e. Selaput ketuban sudah pecah atau jika belum, dipecahkan.
f. Harus ada kontraksi uterus atau his dan tenaga mengejan ibu.

Komplikasi Ekstraksi Vakum
Pada ibu, ekstraksi vakum dapat menyebabkan perdarahan, trauma jalan lahir dan infeksi. Pada janin ekstrasi vakum dapat menyebabkan ekskoriasi kulit kepala, cepal hematoma, subgaleal hematoma. Hematoma ini cepat direabsorbsi tubuh janin. Bagi janin yang mempunyai fungsi hepar belum matur dapat menimbulkan ikterus neonatorum yang agak berat, nekrosis kulit kepala (scapnecrosis), dapat menimbulkan alopesia (Mansjoer Arif, 1999).

Prosedur Ekstraksi Vakum
Ibu tidur dalam posisi lithotomi. Pada dasarnya tidak diperlukan narcosis umum. Bila waktu pemasangan mangkuk, ibu mengeluh nyeri, diberi anesthesia infiltrasi atau pudendal nerve block. Apabila dengan cara ini tidak berhasil, boleh diberi anesthesia inhalasi, namun hanya terbatas pada waktu memasang mangkuk saja. Setelah semua bagian-bagian ekstraktor vakum terpasang, maka dipilih mangkuk yang sesuai dengan pembukaan serviks (Mansjoer Arif, 1999).

Pada pembukaan serviks lengkap biasanya dipakai mangkuk nomor 5. Mangkuk dimasukkan ke dalam vagina dengan posisi miring dan dipasang pada bagian terendah kepala, menjauhi ubun-ubun besar. Tonjolan pada mangkuk, diletakkan sesuai dengan letak denominator. Dilakukan penghisapan dengan pompa penghisap dengan tenaga 0,2 kg/cm2 dengan interval 2 menit. Tenaga vakum yang diperlukan adalah : 0,7 sampai-0,8 kg/cm2. Hal ini membutuhkan waktu kurang lebih 6-8 menit (Rustam Mochtar, 1999).
Dengan adanya tenaga negatif ini, maka pada mangkuk akan terbentuk kaput suksedaneum arrifisial (chignon). Sebelum mulai melakukan traksi, dilakukan periksa dalam ulang, apakah ada bagian-bagian jalan lahir yang ikut terjepit. Bersamaan dengan timbulnya his, ibu disuruh mengejan, dan mangkuk ditarik searah dengan arah sumbu panggul (Rustam Mochtar, 1999). Pada waktu melakukan tarikan ini harus ada koordinasi yang baik antara tangan kiri dan tangan kanan penolong. Ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri menahan mangkuk, sedang tangan kanan melakukan tarikan dengan memegang pada pemegang.
Maksud tangan kiri menahan mangkuk ialah agar mangkuk selalu dalam posisi yang benar dan bila sewaktu-waktu mangkuk lepas, maka mangkuk tidak akan meloncat kearah muka penolong. Traksi dilakukan terus selama ada HIS dan harus mengikuti putaran paksi dalam, sampai akhirnya suboksiput berada di bawah simfisis (Rustam Mochtar, 1999). Bila his berhenti, maka traksi juga dihentikan. Berarti traksi dikerjakan secara intermitten, bersama-sama dengan his. Kepala janin dilahirkan dengan menarik mangkuk ke arah atas, sehingga kepala janin melakukan gerakan defleksi dengan suboksiput sebagai hipomoklion dan berturut-turut lahir bagian-bagian kepala sebagaimana lazimnya.
Pada waktu kepala melakukan gerakan defleksi ini, maka tangan kiri penolong segera menahan perineum. Setelah kepala liahir, pentu dibuka, udara masuk ke dalam botol, tekanan negatif menjadi hilang, dan mangkuk lepas. Bila diperlukan episiotomi, maka dilakukan sebelum pemasangan mangkuk atau pada waktu kepala membuka vulva. Kriteria Ekstraksi Vakum Gagal waktu dilakukan traksi, mangkuk terlepas sebanyak 3 kali. Mangkuk lepas pada waktu traksi, kemungkinan disebabkan:
a. Tenaga vakum terlalu rendah
b. Tenaga negatif dibuat terlalu cepat, sehingga tidak terbentuk kaput suksedaneum sempurna yang mengisi seluruh mangkuk.
c. Selaput ketuban melekat antara kulit kepala dan mangkuk sehingga mangkuk tidak dapat mencengkram dengan baik.
d. Bagian-bagian jalan lahir (vagina, serviks) ada yang terjepit ke dalam mangkuk.
e. Kedua tangan kiri dan tangan kanan penolong tidak bekerja sama dengan baik.
f. Traksi terlalu kuat
g. Cacat (defect) pada alat, misalnya kebocoran pada karet saluran penghubung.
h. Adanya disproporsi sefalo-pelvik. Setiap mangkuk lepas pada waktu traksi, harus diteliti satu persatu kemungkinan-kemungkinan di atas dan diusahakan melakukan koreksi. Dalam waktu setengah jam dilakukan traksi, janin tidak lahir.

Keunggulan dan Kerugian Ekstraksi Vakum
a. Keunggulan
1) Pemasangan mudah (mengurangi bahaya trauma dan infeksi)
2) Tidak diperlukan narkosis umum
3) Mangkuk tidak menambah besar ukuran kepala yang harus melalui jalan lahir
4) Ekstraksi vakum dapat dipakai pada kepala yang masih tinggi dan pembukaan serviks belum lengkap
5) Trauma pada kepala janin lebih ringan (Rustam Mochtar, 1999).

b. Kerugian
1) Persalinan janin memerlukan waktu yang lebih lama
2) Tenaga traksi tidak sekuat seperti pada cunam. Sebenarnya hal ini dianggap sebagai keuntungan, karena kepala janin terlindung dari traksi dengan tenaga yang berlebihan.
3) Pemeliharaannya lebih sukar, karena bagian-bagiannya banyak terbuat dari karet dan harus selalu kedap udara. (Rustam Machtar, 1999).

Dukun Bayi


1. Pengertian Dukun Bayi
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat sudah mengenal dukun bayi atau dukun beranak sebagai tenaga pertolongan persalinan yang diwariskan secara turun temurun. Dukun bayi yaitu mereka yang memberi pertolongan pada waktu kelahiran atau dalam hal-hal yang berhubungan dengan pertolongan kelahiran, seperti memandikan bayi, upacara menginjak tanah, dan upacara adat serimonial lainnya. Pada kelahiran anak dukun bayi yang biasanya adalah seorang wanita tua yang sudah berpengalaman, membantu melahirkan dan memimpin upacara yang bersangkut paut dengan kelahiran itu (Koentjaraningrat, 1992).

2. Ciri-ciri dukun bayi
Menurut Sarwono Prawiroharjo (1999) ciri dukun bayi adalah :
a. Dukun bayi biasanya seorang wanita, hanya dibali terdapat dukun bayi pria.
b. Dukun bayi umumnya berumur 40 tahun keatas.
c. Dukun bayi biasanya orang yang berpengaruh dalam masyarakat.
d. Dukun bayi biasanya mempunyai banyak pengalaman dibidang sosial, perawatan diri sendiri, ekonomi, kebudayaan dan pendidikan.
e. Dukun bayi biasanya bersifat turun menurun.

3. Pembagian Dukun Bayi
Menurut Depkes RI, dukun bayi dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Dukun Bayi Terlatih, adalah dukun bayi yang telah mendapatkan pelatihan oleh tenaga kesehatan yang dinyatakan lulus.
b. Dukun Bayi Tidak Terlatih, adalah dukun bayi yang belum pernah terlatih oleh tenaga kesehatan atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus.

4. Tugas Dukun
a. Perawatan Kehamilan
- Mengetahui tanda-tanda kehamilan
- Mengenali tanda-tanda resiko tinggi dan penyakit kehamilan
- Membawa semua ibu hamil untuk imunisasi tetanus keposyandu atau Puskesmas.
- Memberi penyuluhan atau nasehat tentng KB, Imunisasi dan gizi
- Melaksanakan rujukan paa khasus kehamilan beresiko ke Puskesmas atau Rumah Sakit.
- Mengajarkan perawatan payudara pada ibu hamil
- Membuat laporan tentang perawatan kehamilan (K1).
(Pedoman Supervise Dukun Bayi, 1992)

b. Perawatan Persalinan
- Mengenal tanda-tanda persalinan
- Mengetahui kelainan-kelainan pada persalinan
- Memanfaatkan dukun kit dengan baik
- Menolong persalinan dengan bersih dan aman
- Merujuk semua kasus kelainan pada persalinan
- Membuat laporan tentang persalinan yang ditolong (K2)

c. Perawatan Nifas, Meneteki dan Bayi Baru Lahir
- Penanganan bayi baru lahir
- Menimbang bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2.500 gram
- Memberikan penyuluhan atau nasehat kesehatan mengenai ASI, KIA, Gizi, kebersihan lingkungan, Imunisasi, dan KB.
- Dukun dapat melakukan perawatan payudara
- Dukun membagikan kapsul vitamin A dosis tinggi pada Ibu
- Melakukan rujukan pada kelainan nifas.

5. Kelebihan dan kekurangan bersalin dengan dukun
Peran dukun sangat sulit ditiadakan karena masih mendapat kepercayaan masyarakat. Terdapat kelebihan dan kekurangan persalinan yang ditolong oleh dukun antara lain :
a. Kelebihan
- Dukun merawat ibu dan bayinya sampai tali pusatnya putus.
- Kontak ibu dan bayi lebih awal dan lama
- Persalinan dilakukan di rumah
- Biaya murah dan tidak ditentukan.
b. Kekurangan
- Dukun belum mengerti teknik septic dan anti septic dalam menolong persalinan.
- Dukun tidak mengenal keadaan patologis dan kehamilan, persainan, nifas dan bayi baru lahir.
- Pengetahuan dukun rendah sehingga sukar ditatar dan di ikutsertakan dalam program pemerintah. (Pedoman Supervise Dukun Bayi, 1992)
6. Pendidikan Dukun
Mengingat peran dukun di masyarakat, perlu dijalin kerjasama yang baik antara dukun dengan tenaga kesehatan sehingga dapat membantu kelancaran tugas sehari-hari dari bidan dan sekaligus membantu untuk merencanakan tugas-tugas lainnya yang menjadi tanggung jawab bidan.

7. Penerapan Tugas Dukun Dalam Persalinan
a. Mengenal tanda-tanda Persalinan
- Perut sering terasa mulas-mulas
- Keluar cairan ketuban(Kadang-kadang)
- Keluar lender bercampur darah
Apabila dukun mampu mengenal tanda-tanda persalinan maka dukun dapat merencanakan pertolongan persalinan dengan aman dan dapat mengadakan persiapan untuk pertolongan persalinan. (Pedoman Supervise Dukun Bayi, 1992)

b. Mengetahui kelainan-kelainan dalam persalinan
Gejala-gejala kelainan persalinan :
- Tali pusat menumbung
- Ketuban Pecah disertai dengan mekonium yang kental
- Ketuban Pecah Lama (Lebih dari 24 Jam)
- Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan
- Tanda-tanda Infeksi
- Kelainan His
- Perdarahan
- Bengkak pada muka dan kaki, pusing-pusing dan kejang
- Peralinan lama (lebih dari 12 jam)
- Persalinan sebelum waktunya (kurang bulan)
Hal ini penting agar bila terdapat kelainan-kelainan peralinan dapat secepatnya penderita dirujuk ke pelayanan kesehatan yang lebih tinggi. (Pedoman Supervise Dukun Bayi, 1992)

c. Manfaaat Dukun Kit Dengan Baik
Hambatan yang terjadi adalah tidak semua dukun menyadari manfaat dukun kit. Kadang dukun justru saying menggunakan dukun kit karena takut rusak (untuk hiasan di rumah).
1) Melengkapi dukun kit
2) Mensterilkan Dukun Kit
Alat-alat pertolongan persalinan (Dukun Kit) harus disuci hamakan agar bebas kuman yaitu dengan cara merebus dalam air mendidih dalam panci yang tertutup rapat selama 15-20 menit, air perebus dibuang, gunting/silet yang sudah bersih dibiarkan kering, jangan mengeringkan gunting dengan lap, kain atau handuk. Setelah peralatan kering, gunakan segera atau simpan wadah tertutup, bersih dan aman. Walaupun tidak steril peralatan persalinan ini telah menapai tingkat desinfeksi yang cukup tinggi dengan mendidihkannya selama 20 menit, waktu terhitung dari saat air mulai mendidih. Bila persalinan dilakukan dirumah sebaiknya keluarga di ingatkan terlebih dahulu agar menyiapkan air mendidih terlebih dahulu di atas api sesaat penolongan tiba.

d. Menolong Persalinan Secara Bersih dan Aman
Mengingat peran dukun di masyarakat, para dukun diajarkan dan diberi pendidikan tentang menolong persalinan agar tidak terjadi infeksi baik pada ibu maupun pada bayi. Pertolongan persalinan harus menerapkan 3 bersih yaitu bersih alat, tempat, dan bersih penolong.
1) Bersih tempat melahirkan
a) ruangan harus hangat, tertutup, bersih dan terang, ada ventilasi dan jauh dari kandang.
b) Alas tempat persalinan diberi perlak yang mudah dibersihkan
c) Tersedia handuk dan selimut yang bersih dan kering

2) Bersih alat
Alat yang dipergunakan dalam persalinan harus dalam keadaan bersih.
3) Bersih penolong.
Penolong harus mencuci tangan terlebih dahulu untuk mencegah infeksi. Penolong harus melepaskan perhiasan dari tangan, mencuci tangan dengan sabun pada air yang mengalir.

e. Merujuk Kelainan-Kelainan dalam Persalinan
Perlu diketahui bahwa 10-20% persalinan berasal dari kehamilan resiko tinggi dan 5-10% persalinan memang patologis. Untuk itu rujukan oleh dukun perlu dilaksanakan tepat waktu. Beberapa jenis kelainan yang harus dirujuk antara lain: perdarahan yang tak bisa diatasi dan pendarahan ante partum, panggul sempit, pre-eklamsi ringan yang tidak teratasi , pre-eklampsia berat, eklampsia, semua kelainan letak, gemelli, abortus dengan infeksi, kehamilan Mola Hydatidosa, partus tidak maju, partus lama, Ketuban Pecah Dini dan besarnya perut lebih besar dari perkiraan usia kehamilan. Keterlambatan merujuk sangat berbahaya bagi keselamatan ibu dan bayi. Hal ini dapat terjadi bila dukun tidak menyadari adanya kelainan pada persalinan (Pedoman Supervise Dukun Bayi, 1992).

f. Membuat Laporan Persalinan yang Ditolong
Pembuatan laporan dengan mencatat pada kartu persalinan tentang persalinan yang baru ditolongnya. Laporan ini sangat perlu untuk langkah-langkah pembinaan selanjutnya. Untuk keperluan tersebut telah disediakan formulir persalinan (K2) untuk mencatat pertolongan persalinan yang dirujuk. Setiap kartu persalinan ini digunakan untuk satu persalinan (Pedoman Supervise Dukun Bayi, 1992).

Perilaku


1. Batasan Perilaku
Dilihat dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan, oleh sebab itu sudut pandang giologis semua makhluk hidup mulai berperilaku, karena mereka punya aktivitas masing-masing. Perilaku manusia pada hakekatnya adalah tindakan atau aktifitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain berjalan, berbicara, menangis dan sebagainya. Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007 : 133).
Skiner (1938) seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar), perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, atau stimulus organisme respon. Skiner membedakan adanya dua respon, yaitu (Noaotmodjo, 2007 : 133).
a. Responden – respon atau reflexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan - rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut eliciting stimulating karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap.
b. Operant atau istrumental respons, yakni respons yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu, perangsang ini disebut reinforcing stimulus lation atau reinforcer, karena memperkuat respons.

2. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor – faktor lain dari orang yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2007 : 139). Konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosis perilaku adalah konsep dari Lawrence Green (1980). Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu : (Notoadmodjo, 2007 : 16).

a. Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)
Faktor predisposisi merupakan faktor utama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku dan disebut juga faktor pemudah. Faktor ini mencakup pengetahuan, sikap terhadap kesehatan, tradisi, kepercayaan masyarakat terhadap hal – hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya.

b. Faktor Pemungkin (Enambling Factors)
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Rumah Sakit, Poliklinik, Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa, Dokter atau Bidan Praktek Swasta dan sebagainya.

c. Faktor Penguat (Reinforcing Factors)
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga di sini undang – undang, peraturan – peraturan, baik dari pusat maupun pemerintah daerah, yang terkait dengan kesehatan.

Vasektomi


a. Pengertian
Vasektomi merupakan tindakan penutupan (pemotongan, pengikatan, penyumbatan) kedua saluran mani pria sebelah kanan dan kiri, yang terdapat dalam kantong buah zakar, sehingga pada waktu ejakulasi, cairan mani yang keluar tidak lagi mengandung sperma sehingga tidak terjadi kehamilan (BKKBN, 2006).
Tindakan vang dilakukan adalah lebih ringan daripada sunat atau khitan, pada umumnya dilakukan sekitar 10-15 menit.

b. Syarat peserta vasektomi
1) Tidak ingin punya anak lagi
2) Sukarela dan telah mendapat konseling tentang vasektomi
3) Mendapat persetujuan dari isteri/keluarga harmonis
4) Jumlah anak sudah ideal, sehat jasmani dan rohani
5) Umur isteri sekurang-kurangnya 25 tahun
6) Mengetahui prosedur vasektomi dan akibatnya
7) Menandatangani formulir persetujuan (informed concent)

Vasektomi tidak dapat dilakukan jika:
1) Pasangan suami isteri masih menginginkan anak
2) Pasangan suami isteri belum mempunyai jumlah anak ideal, dan umur anak terkecil di bawah 5 tahun.
3) Suami menderita penyakit kelainan pembekuan darah, seperti hemofilia.
4) Jika keadaan jiwa suami isteri tidak stabil.
5) Jika ada tanda-tanda radang pada buah zakar, hernia (turun berok), kelainan akibat cacing tertentu pada buah zakar, penyakit darah tinggi dan kencing manis yang tidak terkontrol, penyakit paru-paru kronis dan penyakit jantung.

c. Pelaksanaan Vasektomi
Vasektomi merupakan operasi kecil dimana vas deferens yang berfungsi sebagai saluran transportasi spermatozoa dipotong dan disumbat. Setelah operasi minor ini, spermatozoa akan terbendung pada ujung vas sisi testis yang telah disumbat. Karena vasektomi tidak mempengaruhi fungsi dari kelenjar-kelenjar asesoris maka produksi cairan semen tetap berlangsung dan pria yang divasektomi tetap berejakulasi dan ejakulatnya tanpa mengandung sel spermatozoa. Testis juga tidak terpengaruh dan tetap berfungsi penuh sehingga pria tetap mempunyai perasaan, keinginan, dan kemampuan seksual yang sama dengan sebelum vasektomi (BKKBN, 2006).

d. Kelebihan vasektomi antara lain sebagai berikut:
1) Efektivitas tinggi (99,85%) untuk mencegah kehamilan.
2) Tidak ada kematian dan angka kesakitannya rendah.
3) Biaya lebih murah, karena membutuhkan satu kali tindakan saja.
4) Prosedur medis dilakukan hanya sekitar 10-15 menit.
5) Tidak mengganggu hubungan seksual setelah vasektomi.
6) Lebih aman, karena keluhan lebih sedikit dibandingkan dengan kontrasepsi lain.
e. Keterbatasan vasektomi, antara lain sebagai berikut:
1) Karena dilakukan dengan tindakan medis/pembedahan, maka masih memungkinkan terjadi komplikasi, seperti perdarahan, nyeri dan infeksi.
2) Tidak melindungi pasangan dari infeksi menular seksual (IMS) termasuk HIV/AIDS.
3) Bila isteri tidak menggunakan kontrasepsi, maka suami harus menggunakan kondom selama 20-25 kali senggama atau tiga bulan setelah vasektomi.
4) Pada orang yang mempunyai problem psikologis dalam hubungan seksual, dapat menyebabkan keadaan semakin terganggu.
5) Vasektomi tidak menyebabkan impoten, karena vasektomi tidak menganggu syaraf dan pembuluh darah yang berperan dalam proses terjadinya ereksi. Ejakulasi-pun tidak berbeda dengan sebelumnya, cairan sperma (air mani) tetap dikeluarkan, karena pembentuk air mani (vesikula seminalis) tetap berfungsi. Vasektomi juga tidak mempengaruhi fungsi libido (nafsu seksual) karena hormon kejantanan (testoteron) tetap diproduksi (BKKBN, 2006)

Antenatal Care (ANC)


a. Pengertian
ANC adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala, yang diikuti dengan untuk koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan. (Dep.Kes RI, 1996).

b. Tujuan ANC
1. Untuk mengetahui wanita itu hamil atau tidak
2. Untuk mengetahui kemungkinan kelainan
3. Untuk pengawasan yang lebih sempurna
4. Untuk mendapatkan nasehat bagi kesehatan ibu dan janin
5. Untuk mendapatkan imunisasi TT, tablet zat besi, tablet multivitamin yang mengandung mineral.

Menurut Wiknjosastro(1999) tujuan ANC :
1. Sekurang-kurangnya dapat menjaga kesehatan wanita hamil dari awal kehamilan sama sehatnya atau lebih sehat.
2. Menemukan serta mengobati kelainan fisik psikologis secara dini.
3. Wanita melahirkan tanpa mengalami kesulitan dan bayi yang di lahirkansehat secara fisik dan mental.
c. Manfaat ANC
1. Dapat mengikuti dan mengetahui keadaan kesehatan ibu dan janin sehingga jika ada kelainan bisa segera di perbaiki.
2. Mendapat tablet penambah darah dan zat besi, suntikan TT atau obat-obataan ibu hamil yang diperlukan.
3. Agar bisa memperoleh nasehat-nasehat tentang kesehatan dan keluarga berencana meliputi:
- perawatan diri selama hamil
- kebutuhan makan
- penjelasan tentang kehamilan
- persiapan persalinan
- tandabahaya pada kehamilan dan persalinan
- penyuluhan KB

d. Tempat ANC Dilakukan Oleh Bidan/Dokter
1. Posyandu bila ada bidan
2. Polindes atau bidan desa
3. Puskesmas pembantu bila ada
4. Puskesmas
5. Rumah sakit
6. Praktek swasta bidan atau dokter

e. Waktu Kunjungan ANC
1. ANC dilakukan lebih sering akan lebih baik
2. Jika tidak ada keluhan ANC dilakukan paling sedikit 4 kali :
• Usia kehamilan 1-28 minggu(triwulan 1): 1x per bulan
• Usia kehamian 29-36 minggu(triwulan 2): 2x per bulan
• Usia kehamilan 37-40 minggu(triwulan3): 1x per minggu

f. Standar Pelayanan ANC Yang Diperoleh
1. Pengukuran tinggi badan
2. Pengukuran tekanan darah
3. Pemeriksaan dan pengukuran tinggi puncak rahim
4. Pemberian Tetanus Toxoid
5. Pemberian tablet penambah darah
6. Tes terhadap PMS
7. Temu wicara membicarakan persiapan persalinan dan tempat rujukan.

6. Kunjungan ANC
Menurut pedoman kebidanaan dasar, pelayanan antenatal bertujuan untuk mengetahui keadaan dan keluhan yang dirasakan ibu. (Depkes,1999) Kunjungan ibu hamil merupakan pelayanan antenatal dengan tenaga standar yang ditetapkan terbagi menjadi :
a. Kunjungan K1
Merupakan kesempatan pertama untuk menilai keadaan kesehatan ibu dan janinnya, sekaligus menentukan kualitas interaksi antara pelaksana pelayanan dengan ibu sebagai klien dikemudian hari. Pemeriksaan K1 meliputi:
1. Identifikasi diri ibu hamil.
2. Jumlah anak.
3. Jumlah anak yang diinginkan dan metode KB yang dipakai.
4. Riwayat kehamilan dan persalinan.
5. Umur persalinan dan hari tafsiran persalinan berdasarkan keberanian ibu.
6. Keluhan yang dirasakan selama kehamilan ini.
7. Obat yang diminum ibu hamil.
a) Perlu diketahui obat – obatan apa saja yang diminum ibu untuk pengobatan penyakit yang diderita ibu. Ibu hamil perlu minum satu tablet zat besi – folat / hari selama paling sedikit 90 hari.
b) Bila ibu tinggal di daerah endemis malaria : 300 mg kloroquin (2 tablet @ 150 mg)/minggu sejak kehamilan 3 bulan sampai 6 minggu setalah persalinan.
8. Suntikan tetanus toksoid (TT)
9. Hal – hal lain yang mungkin dicemaskan oleh ibu.

b. Kunjungan Ulang
Berdasarkan kehamilan yang dilakukan secara teratur akan memberikan kesempatan untuk mengetahui kelainan secara dini, serta perkambangan dan keadaan dan keluhan pada kunjungan sebelumnya. Pemeriksaan yang dilakukan pada kunjungan ulang :

1. Perkembangan keluhan yang lalu.
2. Keadaan umum ibu.
3. Adanya tanda bahaya kehamilan:
a. Pendarahan
b. Pusing yang hebat, masalah penglihatan, bengkak wajah dan tangan
c. Nyeri ulu hati.
d. Janin tidak banyak bergerak seperti biasa.
4. Keluhan lain, misalnya:
a. Nyeri pada waktu buang air kecil
b. Mudah merasa lelah.
c. Mual dan muntah – muntah.
d. Keputihan atau gatal–gatal di vulva yang tidak biasa, dll.
5. Tablet zat besi.
6. Suntikan TT.
7. Umur kehamilan.
8. Hal – hal lain :
Apakah ibu ingin menanyakan hal – hal lain yang ingin diketahuinya lebih lanjut atau hal – hal yang membuat ibu cemas.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


Pengertian
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil dari pembelajaran yang menjadikan seseorang dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya (http://dinkeslampung.bdl.nusa.net.id/).

Bidang PHBS
Bidang PHBS yaitu :
a. Bidang kebersihan perorangan, seperti cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun, mandi minimal 2x/hari, dan lain-lain.
b. Bidang Gizi, seperti makan buah dan sayur tiap hari, mengkonsumsi garam beryodium, menimbang berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) setiap bulan, dan lain-lain.
c. Bidang Kesling, seperti membuang sampah pada tempatnya, menggunakan jamban, memberantas jentik, dan lain-lain. (http://dinkeslampung.bdl.nusa.net.id/)

Pengembangan PHBS
Menyadari bahwa perilaku adalah sesuatu yang rumit. Perilaku tidak hanya menyangkut dimensi kultural yang berupa sistem nilai dan norma, melainkan juga dimensi ekonomi, yaitu hal-hal yang mendukung perilaku, maka promosi kesehatan dan PHBS diharapkan dapat melaksanakan strategi yang bersifat paripurna (komprehensif), khususnya dalam menciptakan perilaku baru. Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan dan PHBS yaitu :
a. Gerakan Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice). Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga, serta kelompok masyarakat. Bilamana sasaran sudah akan berpindah dari mau ke mampu melaksanakan, boleh jadi akan terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini kepada yang bersangkutan dapat diberikan bantuan langsung, tetapi yang seringkali dipraktikkan adalah dengan mengajaknya ke dalam proses pengorganisasian masyarakat (community organisation) atau pembangunan masyarakat (community development). Untuk itu sejumlah individu yang telah mau, dihimpun dalam suatu kelompok untuk bekerjasama memecahkan kesulitan yang dihadapi. Tidak jarang kelompok ini pun masih juga memerlukan bantuan dari luar (misalnya dari pemerintah atau dari dermawan). Disinilah letak pentingnya sinkronisasi promosi kesehatan dan PHBS dengan program kesehatan yang didukungnya. Hal-hal yang akan diberikan kepada masyarakat oleh program kesehatan sebagai bantuan,hendaknya disampaikan pada fase ini, bukan sebelumnya. Bantuan itu hendaknya juga sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.

b. Binasuasana
Binasuasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial dimana pun ia berada (keluarga di rumah, orangorang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan lain-lain, dan bahkan masyarakat umum) menyetujui atau mendukung perilaku tersebut. Oleh karena itu, untuk mendukung proses pemberdayaan masyarakat, khususnya dalam upaya meningkatkan para individu dari fase tahu ke fase mau, perlu dilakukan Bina Suasana. Terdapat tiga pendekatan dalam Bina Suasana, yaitu :
1) Pendekatan Individu
2) Pendekatan Kelompok
3) Pendekatan Masyarakat Umum

c. Advokasi
Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Pihak-pihak yang terkait ini bisa berupa tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan dan penyandang dana pemerintah. Juga dapat berupa tokoh-tokoh masyarakat informal seperti tokoh agama, tokoh pengusaha, dan lain-lain yang umumnya dapat berperan sebagai penentu ”kebijakan” (tidak tertulis) dibidangnya dan atau sebagai penyandang dana non pemerintah. Perlu disadari bahwa komitmen dan dukungan yang diupayakan melalui advokasi jarang diperoleh dalam waktu singkat. Pada diri sasaran advokasi umumnya berlangsung tahapan-tahapan, yaitu:
1) Mengetahui atau menyadari adanya masalah,
2) Tertarik untuk ikut mengatasi masalah,
3) Peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai alternatif pemecahan masalah,
4) Sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif pemecahan masalah, dan
5) Memutuskan tindak lanjut kesepakatan.

Dengan demikian, maka advokasi harus dilakukan secara terencana, cermat, dan tepat. Bahan-bahan advokasi harus disiapkan dengan matang, yaitu :

1) Sesuai minat dan perhatian sasaran advokasi
2) Memuat rumusan masalah dan alternatif pemecahan masalah
3) Memuat peran si sasaran dalam pemecahan masalah
4) Berdasarkan kepada fakta atau evidence-based
5) Dikemas secara menarik dan jelas
6) Sesuai dengan waktu yang tersedia (http:dinkes.sulsel.go.id).

PHBS di Sekolah
Penerapan PHBS di sekolah merupakan kebutuhan mutlak seiring munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (6 – 10 tahun), yang ternyata umumnya berkaitan dengan PHBS. PHBS di sekolah merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat. Penerapan PHBS ini dapat dilakukan melalui pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah (http:dinkes.sulsel.go.id).

Sasaran
Sasaran PHBS di tatanan institusi pendidikan adalah seluruh anggota keluarga institusi pendidikan dan terbagi dalam :
a. Sasaran Primer
Adalah sasaran utama dalam institusi pendidikan yang akan dirubah perilakunya atau murid dan guru yang bermasalah (individu/kelompok dalam institusi pendidikan yang bermasalah).
b. Sasaran Sekunder
Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam institusi pendidikan yang bermasalah misalnya, kepala sekolah, guru, orang tua murid, kader kesehatan sekolah, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan lintas sektor terkait, PKK.
c. Sasaran Tersier
Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS di institusi pendidikan misalnya, kepala desa, lurah, camat, kepala Puskesmas, Diknas, guru, tokoh masyarakat dan orang tua murid (http:dinkes.sulsel.go.id).

Manfaat PHBS di Sekolah
Manfaat PHBS di sekolah di antaranya :
a. Terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai gangguan dan ancaman penyakit.
b. Meningkatnya semangat proses belajar-mengajar yang berdampak pada prestasi belajar peserta didik
c. Citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat sehingga mampu menarik minat orang tua (masyarakat)
d. Meningkatnya citra pemerintah daerah di bidang pendidikan
e. Menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain (http://dinkeslampung.bdl.nusa.net.id/)

Indikator PHBS
a. Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun
Anak sering bermain dengan tanah atau batu dan bermain di tempat-tempat yang kurang bersih seperti selokan. Ada cara lain yang cukup “ampuh” yang dapat menghindarkan anak dari kuman-kuman penyakit yaitu dengan kebiasaan mencuci tangan (FK Unair, 2004).
Kebiasaan mencuci tangan masyarakat Indonesia masih belum baik. Terlihat dari kebiasaan mencuci tangan dengan menggunakan semangkuk air atau kobokan untuk membasuh tangan sebelum makan. Padahal kebiasan sehat mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun dapat menyelamatkan nyawa dengan mencegah penyakit (Hasyim, 2009)

b. Jajan di kantin sekolah yang sehat
Jajan bagi anak merupakan hal yang paling sering dilakukan, dan hal ini dapat membahayakan apabila jajanan yang mereka konsumsi tidak sehat, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Bogor dimana telah ditemukan Salmonella Paratyphi A di 25% - 50% sampel minuman yang dijual di kaki lima. Bakteri ini mungkin berasal dari es batu yang tidak dimasak terlebih dahulu (4). Selain cemaran mikrobiologis, cemaran kimiawi yang umum ditemukan pada makanan jajanan kaki lima adalah penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) ilegal seperti borax (pengempal yang mengandung logam berat Boron), formalin (pengawet yang digunakan untuk mayat), rhodamin B (pewarna merah pada tekstil), dan methanil yellow (pewarna kuning pada tekstil) (Judwarwanto, 2008).

c. Membuang sampah pada tempatnya
Membuang sampah pada tempatnya merupakan cara sederhana yang besar manfaatnya untuk menjaga kebersihan lingkungan namun sangat susah duntuk diterapkan. Hasil peneltiian ini sesuai dengan pernyataan oleh Andang Binawanyang menyebutkan bahwa kebiasaan membuang sampah sembarangan dilakukan hampir di semua kalangan masyarakat, tidak hanya warga miskin, bahkan mereka yang berpendidikan tinggi pun melakukannya (Kartiadi, 2009).

d. Mengikuti kegiatan olah raga di sekolah
Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk memelihara gerak (mempertahankan hidup) dan meningkatkan kemampuan gerak (meningkatkan kualitas hidup).Olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur, yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani (Depkes, 2002).
Kebugaran jasmani sangat penting dalam menunjang aktifitas kehidupan sehari-hari, akan tetapi nilai kebugaran jasmani tiap-tiap orang berbeda-beda sesuai dengan tugas/profesi masing-masing. Kebugaran jasmani terdiri dari komponen-komponen yang dikelompokkan menjadi kelompok yang berhubungan dengan kesehatan (Health Related Physical Fitness) dan kelompok yang berhubungan dengan ketrampilan (Skill Related Physical Fitness) (Depkes, 2002).

e. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan
Mengukur berat dan tinggi badan merupakan salah satu upaya untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak. Denagn diketahuinya tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak maka dapat memberikan masukan untuk peningkatan konsumsi makanan yang bergizi bagi pertumbuhan anak. Sedangkan untuk mengetahui pertumbuhan seorang anak normal atau tidak, bisa diketahui melalui cara membandingkan ukuran tubuh anak yang bersangkutan dengan ukuran tubuh anak seusia pada umumnya. Apabila anak memiliki ukuran tubuh melebihi ukuran rata-rata anak yang seusia pada umumnya, maka pertumbuhannya bisa dikatakan maju. Sebaliknya bila ukurannya lebih kecil berarti pertumbuhannya lambat. Pertumbuhan dikatakan normal apabila ukuran tubuhnya sama dengan ukuran rata-rata anak-anak lain seusiannya (Asim, 1992)

f. Tidak merokok di sekolah
Rokok mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen, dan setidaknya 200 diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida oleh karena itu kebiasaan merokok harus dihindarkan sejak dini mulai dari tingkat sekolah dasar (Wastuwibowo, 2008)
g. Memberantas jentik nyamuk di sekolah secara rutin
h. Buang air besar dan buang air kecil di jamban sekolah
Jamban merupakan sanitasi dasar penting yang harus dimiliki setiap masayarakat. Pentingnya buang air bersih di jamban yang bersih adalah utnuk menghindari dari berbagai jensi penyakit yang timbul karena sanitasi yang buruk. Oleh karena itu jamban harus mengikuti standar pembuatan jamban yang sehat dimana harus terletak minimal 10 meter dari sumber air dan mempunyai saluran pembuangan udara agar tidak mencemari lingkungan sekitar (Jawapost, 2010)

Langkah-langkah Pembinaan PHBS di sekolah
a. Analisis Situasi
Penentu kebijakan/pimpinan disekolah melakukan pengkajian ulang tentang ada tidaknya kebijakan tentang PHBS di sekolah serta bagaimana sikap dan perilaku khalayak sasaran (siswa, warga sekolah dan masyarakat lingkungan sekolah) terhadap kebijakan PHBS disekolah. Kajian ini untuk memperoleh data sebagai dasar membuat kebijakan.

b. Pembentukan kelompok kerja
Pihak Pimpinan sekolah mengajak bicara/berdialog guru, komite sekolah dan tim pelaksana atau Pembina UKS tentang :
1) Maksud, tujuan dan manfaat penerapan PHBS disekolah
2) Membahas rencana kebijakan tentang penerapan PHBS di sekolah.
3) Meminta masukan tentang penerapan PHBS di sekolah, antisipasi kendala sekaligus alternative solusi.
4) Menetapkan penanggung jawab PHBS disekolah dan mekanisme pengawasannya.
5) Membahas cara sosialisasi yang efektif bagi siswa, warga sekolah dan masyarakat sekolah.
6) Pimpinan sekolah membentuk kelompok kerja penyusunan kebijakan PHBS di sekolah.

c. Pembuatan Kebijakan PHBS di sekolah
Kelompok kerja membuat kebijakan jelas, tujuan dan cara melaksanakannya.

d. Penyiapan Infrastruktur
Membuat surat keputusan tentang penanggung jawab dan pengawas PHBS di sekolah Instrument pengawasan Materi sosialisasi penerapan PHBS di sekolah Pembuatan dan penempatan pesan di tempat-tempat strategis disekolah Pelatihan bagi pengelola PHBS di sekolah.

e. Sosialisasi Penerapan PHBS di sekolah
1) Sosialisasi penerapan PHBS di sekolah di lingkungan internal antara lain:
a) Penggunaan jamban sehat dan air bersih
b) Pemberantasan Sarang nyamuk (PSN)
c) Larangan merokok disekolah dan kawasan tanpa rokok di sekolah
d) Membuang sampah ditempatnya
2) Sosialisasi tugas dan penanggung jawab PHBS di sekolah
f. Penerapan PHBS di Sekolah
1) Menanamkan nilai-nilai untuk ber-PHBS kepada siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku (kurikuler)
2) Menanamkan nilai-nilai untuk ber-PHBS kepada siswa yang dilakukan diluar jam pelajaran biasa (ekstra kurikuler)
a) Kerja bakti dan lomba kebersihan kelas
b) Aktivitas kader kesehatan sekolah /dokter kecil.
c) Pemeriksaan kualitas air secara sederhana
d) Pemeliharaan jamban sekolah
e) Pemeriksaan jentik nyamuk di sekolah
f) Demo/gerakan cuci tangan dan gosok gigi yang baik dan benar
g) Pembudayaan olahraga yang teratur dan terukur
h) Pemeriksaan rutin kebersihan : kuku, rambut, telinga, gigi dan sebagainya.
3) Membimbingan hidup bersih dan sehat melalui konseling.
4) Kegiatan penyuluhan dan latihan keterampilan dengan melibatkan peran aktif siswa, guru, dan orang tua, antara lain melalui penyuluhan kelompok, pemutaran kaset radio/film, penempatan media poster, penyebaran leafleat dan membuat majalah dinding.

g. Pemantauan dan evaluasi
a) Lakukan pamantauan dan evaluasi secara periodic tentang kebijakan yang telah dilaksanakan
b) Minta pendapat pokja PHBS di sekolah dan lakukan kajian terhadap masalah yang ditemukan.
c) Putuskan apakah perlu penyesuaian terhadap kebijakan

Dukungan dan Peran untuk membina PHBS di sekolah
Adanya kebijakan dan dukungan dari pengambil keputusan seperti Bupati, Kepala Dinas pendidikan, Kepala Dinas Kesehatan, DPRD, lintas sector sangat penting untuk pembinaan PHBS disekolah demi terwujudnya sekolah sehat. Disamping itu, peran dari berbagai pihak terkait (Tim Pembina dan pelaksana UKS), sedangkan masyarakat sekolah berpartisipasi dalam perilaku hidup bersih dan sehat baik di sekolah maupun di masyarakat.
a. Pemda
1) Bupati - Walikota
Mengeluarkan kebijakan dalam bentuk perda, surat keputusan, surat edaran, instruksi, himbauan tentang Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan sehat disekolah, dan mengalokasikan anggaran untuk pembinaan PHBS di sekolah.
2) DPRD
Memberikan persetujuan anggaran untuk pengembangan PHBS di sekolah dan memantau kinerja Bupati/Walikota yang berkaitan dengan pembinaan PHBS di sekolah
b. Lintas Sektor
1) Dinas Kesehatan
Membina dan mengembangkan PHBS dengan pendekatan UKS melalui jalur ekstrakulikuler.
2) Dinas Pendidikan
Membina dan mengembangkan PHBS dengan pendekatan Program UKS melalui jalur kulikuler dan ekstrakulikuler
3) Kantor Depag
Melaksanakan pembinaan dan pengembangan PHBS dengan pendekatan program UKS pada perguruan agama
c. Tim Pembina UKS
1) Merumuskan kebijakan teknis mengenai pembinaan dan pengembangan PHBS melalui UKS
2) Mengkordinasikan kegiatan perencanaan dan program serta pelaksanaan pembinaan PHBS melalui UKS
3) Membina dan mengembangkan PHBS melalui UKS serta mengadakan monitoring dan evaluasi.
d. Tim Pelaksana UKS
1) Merencanakan dan melaksanakan kegiatan pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat dalam rangka peningkatan PHBS di sekolah.
2) Menjalin kerjasama dengan orang tua peserta didik, instansi lain yang terkait dan masyarakat lingkungan sekolah untuk pembinaan dan pelaksanaan PHBS di sekolah.
3) Mengadakan evaluasi pembinaan PHBS di sekolah.
e. Komite sekolah
1) Mendukung dalam hal pendanaan untuk sarana dan prasana pembinaan PHBS di sekolah
2) Mengevaluasi kinerja kepala sekolah dan guru-guru yang berkaitan dengan pencapaian sekolah sehat.
f. Komite sekolah
1) Mengeluarkan kebijakan dalam bentuk surat keputusan, surat edaran dan instruksi tentang pembinaan PHBS di sekolah.
2) Mengalokasikan dana/anggaran untuk pembinaan PHBS di sekolah
3) Mengkoordinasikan kegiatan pembinaan PHBS di sekolah
4) Memantau kemajuan pencapaian sekolah sehat disekolahnya

g. Guru-guru
1) Bersama guru lainnya mengadvokasi yayasan/orang tua murid kepala sekolah untuk memperoleh dukungan kebijakan dan dana bagi pembinaan PHBS di sekolah
2) Sosialisasi PHBS di lingkungan sekolah dan sekitarnya.
3) Melaksanakan pembinaan PHBS di lingkungan sekolah dan sekitarnya
4) Menyusun rencana pelaksanaan dan penilaian lomba PHBS di sekolahnya.
5) Memantau tujuan pencapaian sekolah sehat di lingkungan sekolah .
h. Orang tua murid
1) Menyetujui anggaran untuk pembinaan PHBS di sekolah
2) Memberikan dukungan dana untuk pembinaan PHBS di sekolah baik insidentil dan bulanan. (http://www.diskes.jabarprov.go.id/)

Intra Uterin Devices (IUD)


Pengertian IUD
Adalah kontrasepsi yang terbuat dari plastik halus berbentuk spiral (Lippes Loop) atau berbentuk lain (Cu T 380A atau ML Cu 250) yang dipasang didalam rahim dengan memakai alat khusus oleh dokter atau bidan/paramedis lain yang sudah dilatih (Buku Petugas Fasilitas Pelayanan KB Depkes, RI 1999).

IUD merupakan alat kontrasepsi yang terbuat dari plastik halus, lembut dan lentur yang diletakkan dalam rongga rahim.
IUD (Intra Uterine Device) adalah rangka plastik kecil yang dipasang kedalam rahim lewat vagina

Jenis IUD
Macam-macam IUD menurut Hartanto (2003) yang dikategorikan menjadi 2 yaitu:
1. Un Medicated IUD
a. Lippes Loop
Diperkenalkan pada awal 1960an dan dianggap sebagai IUD standar, terbuat dari polyethylene (suatu plastik inert secara biologik) ditambah Barium Sulfat.
Ada empat macam IUD Lippes Loop yaitu Lippes Loop A, B, C, D
2. Medicated IUD
a. Cooper IUD
Yang paling dikenal sampai saat ini adalah CuT-380 A
b. IUD yang Mengandung Hormon
Progestasert – T = Alza T. Panjang 36 mm, lebar 32 mm, dengan 2 lembar benang ekor warna hitam. Mengandung 38 mg Progesterone, dan Barium Sulfat melepaskan 65 mcg Progesterone per hari. Tabung inserternya berbentuk lengkung. Daya kerja 18 bulan.

Daya Guna
Daya guna IUD biasa (non medicated IUD) seperti Lippes Loop (ukuran D) dan cincin anti karat mempunyai angka kegagalan tinggi. Yaitu 2 sampai 6 untuk 100 wanita. Sebaliknya IUD tembaga ( Tcu 380 dan MLCu 375) yang mempunyai luas permakaian tembaga yang besar adalah IUD yang sangat efektif karena kegagalan tahun pertamanya hanya atau kurang dari 1. Angka kehamilan tahun pertama dan kumulatif dalam 8 tahun adalah 0,6 dan 2,3 untuk Copper T 380A. IUD dengan luas permukaan tembaga yang lebih kecil ( Tcu 200, Tcu 220, dan Tcu7) dan progestase ( IUD yang melepaskan progesterone) mempunyai angka kegagalan pertama 1 sampai 3 per 100 wanita (Hartanto, 2003)

Daya Tahan
Daya tahan IUD sekitar 3,5 sampai 8 tahun. Untuk jenis IUD yang mengandung hormon (progestasen- T) mempinyai daya tahan selama 18 bulan. Untuk IUD jenis Lippes Loop mempunyai daya kerja untuk selama- lamanya sampai menopause selama tidak menimbulkan masalah atau leluhan pemakaianya (Hartanto, 2003)

Cara Kerja IUD
IUD adalah suatu alat yang terbuat dari plastik yang biasa mengandung tembaga hormon steroid. IUD akan berada dalam uterus, bekerja terutama mencegah terjadinya pembuahan (fertilasi) dengan memblok bersatunya ovum dengan sperma, mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba falopi dan menginaktifkan sperma.
Mekanisme cara kerja yang pasti dari IUD belum diketahui. Ada beberapa mekanisme cara kerja IUD yang telah diajukan yaitu:
a. Timbulnya reaksi radang lokal yang non spesifik didalam cavum uterik sehingga implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu. Disamping itu, dengan munculnya leokosit, makrofag, foreign body giant cells, sel mononuclear dan sel plasma yang dapat mengakibatkan lysis dari spermatozoa atau ovum dan blastocyst.
b. Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan terhambatnya implantasi.
c. Gangguan atau terlepasnya blastocyst telah berimplantasi didalam endrometrium
d. Pergerakan ovum yang bertambah cepat didalam tuba fallopii
e. Immobilisasi spermatozoa saat melewati cavum uteri
f. Dari penelitian- penelitian terakhir, disangka bahwa IUD juga mencegah spermatozoa membuahi sel telur.
g. Untuk IUD yang mengandung Cu :
1. Antogonisme kationic yang spesifik terhadap Zn yang terhadap dalam enzim carbonic anhydrase yaitu salah satu enzim dalam traktus genetalia wanita diman Cu menghambat reaksi carbonic anhydrase sehingga tidak memungkinkan terjadinya implantasi dan mungkin juga menghambat aktifitas alkali phosphatase.
2. Menganggu pengambilan esterogen endogenouse oleh mokosa uterus
3. Menganggu jumlah DNA (Deoksiribo Nukleat Acid) dalam endometrium
4. Menganggu metabolisme endogen
h. Untuk IUD yang mengandung hormon progesterone
1. Gangguan proses pematangan proliferatif-sekretoir sehingga timbul penekanan terhadap endometrium dan terganggunya proses implantasi.
2. Lendir selvik yang menjadi lebih kental atau tebal karena pengaruh progestin
(Hartanto, 2003)
Melihat urian diatas dapat disimpulkan bahwa mekanisme kerja IUD tidak mencegah ovulasi dan tidak mengganggu corpus luteum.

Efektifitas
1. Efektifitas dari IUD dinyatakan dalam angka kontinuitas (continuation rate) yaitu beberapa lama IUD tetap tinggal in-utero tanpa:
a. Ekspulsi spontan.
b. Terjadinya kehamilan.
c. Pengangkatan/ pengeluaran karena alasan- alasan medis atau pribadi.
2. Efektifitas dari bermacam- macam IUD tergantung pada:
a. IUD-nya yaitu ukuran, bentuk, mengandung Cu atau Progesterone.
b. Akseptor yaitu umur, paritas, frekuensi seggama
3. Dari faktor- faktor yang berhubungan dengan akseptor yaitu umur dan paritas, diketahui :
a. Makin tua usia, makin rendah angka kehamilan, ekspulsi dan pengangkatan/ pengeluaran IUD.
b. Makin muda usia, teritama pada nulligravid, makin tinggi angka ekspulsi dan pengangkatan/ pengeluaran IUD.
4. Dari uraian diatas, maka use- beffectiveness dari IUD tergantung pada variabel administratif, pasien dan medis, termasuk kemudahan insersi, pengalaman pemasang, kemungkinan ekspulsi dari pihak akseptor, kemampuan akseptor untuk mengetahui terjadinya ekspulsi dan kemudahan aksepror untuk mendapatkan pertolongan medis.
(Hartanto, 2003)

Keuntungan
Keuntungan- keuntungan IUD adalah sebagai berikut:
a. Sangat nefektif 0,6- 0,8 kehamilan / 100 perempuan dalam 1 tahun pertam (1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan).
b. Efektif dengan potensi jangka panjang (sampai 8 tahun atau lebih) untuk Copper T 380 A.
c. IUD dapat efektif segera setelah pemasangan.
d. Tidak menganggu hubungan seksual suami istri.
e. Tidak dapat efek samping hormonal dengan Cu IUD.
f. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus.
g. Cocok untuk ibu- ibu yang sedang menyusui.
h. Dapat digunakan sampai masa menopouse.
i. Tidak ada interaksi dengan obat- obat.
j. Membantu mencegah kehamilan ektopik( Saifudin, 2003).

Kerugian
IUD bukanlah alat kontarsepsi yang sempurna, sehingga masih terdapat beberapa kerugian, antara lain:
a. Pemeriksaan dalam dan penyaringan infeksi saluran genetalia diperlukan sebelum pemasangan IUD.
b. Dapat meningkatkan resiko penyakit radang panggul (RPP)
c. Memerlukan prosedur pencegahan infeksi sewaktu memasang dan mencabutnya
d. Bertambah darah haid dan rasa sakit selama beberapa bulan pertama pemakaian IUD.
e. Klien tidak dapat mencabut sendiri IUDnya.
f. Tidak dapat melindungi klien terhadap PMS (Penyakit Menular Seksual), AIDS/HIV.
g. IUD dapat keluar rahim melalui kanalis hingga keluar vagina.
h. Bertambahnya resiko mendapat penyakit radang panggul pada pemakaian IUD
(Saifudin, 2003)

Kontra Indikasi
Kontra indikasi menurut Hartanto(2003) Kontra indikasi IUD terbagi menjadi 2 yaitu :
a. Kontra-indikasi absolut:
1. Infeksi pelvis akut, termasuk persangkaan Gonorrhoe atau Chlamyda.
2. Kehamilan atau persangkaan kehamilan.
b. Kontra-indikasi relatif kuat ;
1. Partner seksual yang banyak
2. Kesukaran memperoleh pertolongan gawat darurat bila terjadi komplikasi
3. Pernah mengalami infeksi pelvis atau infeksi pelvis yang rekuren, post-partum endometritis atau abortus febrilis dalam tiga bulan terakhir.
4. Cervicitis akut atau purulent.
5. Kelainan darah yang tidak diketahui sebabnya
6. Riwayat kehamilan ektopik atau keadaan-keadaan yang menyebabkan predisposisi untuk terjadinya kehamilan ektopik.
7. Pernah mengalami infeksi pelvis satu kali dan masih memungkinkan kehamilan selanjutnya.
8. Gangguan respon tubuh terhadap infeksi (AIDS, Diabetes Melitus, pengobatan dengan kortikosteroid dan lain-lain)
9. Kelainan pembekuaan darah.
c. Keadaan- keadaan lain yang dapat menyebabkan kontra indikasi untuk insersi IUD :
Penyakit katup jantung (Kemungkinan terjadi sub-akut bakterial endokarditis), keganasan endometrium atau serviks, stenosis servik yang sehat, uterus yang kecil sekali, endometriosis, myoma uteri, polip endometrium, kelainan kongenital uterus, dismenore yang hebat, darah haid yang banyak, haid yang ireguler, atau perdarahan bercak atau (spotting), alergi terhadap Cu atau penyakit Wilson yaitu penyakit gangguan Cu yang turun menurun,anemia, ketidakmampuan untuk mengetahui tanda-tanda bahaya IUD, ketidakmampuan untuk memeriksa sendiri ekor IUD, riwayat Gonorge, Chlaimyda, Syphilis, atau Herpes, Actinomycosis genetalia, riwayat reaksi vaso-vagal yang berat atau pingsan, Inkompatibilitas golongan darah misalnya Rh negatif, pernah mengalami problem ekspulsi IUD, leukore atau infeksi vagina, riwayat infeksi pelvis, riwayat operasi pelvis, keinginan untuk mendapatkan anak dikemudian hari atau pertimbangan kesuburan dimasa yang akan datang.
Sedangkan menurut (Wiknjosastro, 2002) terdapat beberapa kontra indikasi IUD antara lain :
Indikasi-kontra mutlak pemakaian IUD ialah kehamilan, penyakit radang panggul aktif atau rekuren, karsinoma servik, karsinoma korporis uteri
Indikasi-kontra relatif lain ialah tumor ovarium, kelainan utrerus 9mioma, kanalis servikalis, dan sebagainya), Gonorgea, servisitis, kelainan haid, dismenore, stenosis kanalis servikalis.

Waktu Pemasangan IUD
Waktu pemasangan IUD menurut (Manuaba, 1998) menyatakan IUD dapat dipasang pada:bersamaan dengan menstruasi, segera setelah bersih menstruasi, pada masa akhir puerperium, tiga bulan pasca persalinan, bersamaan dengan seksio sesarea, bersamaan dengan abortus dan kuretage, hari kedua-ketiga pasva persalinan.

Periksa Ulang IUD
Pemerisaan ulang IUD menurut (Manuaba, 1998) menyatakan jadwal pemeriksaan ulang IUD sebagai berikut : 2 minggu setelah pemasangan, 1 bulan setelah pemeriksaan pertama, 3 bulan setelah pemeriksaan kedua, setiap 6 bulan sampai 1 tahun

Efek Samping
Kemungkinan terjadinya kehamilan, ekspulsi, dan beberapa efek samping hendaknya dijelaskan kepada pasien.
Ekspulsi biasanya terjadi pada 3-6 bulan pertama, yang dapat sebagian atau seluruh IUD. Ekspulsi dapat diketahui oleh pasien pada waktu memperhatikan darah haidnya. Pasien dapat pula diberi petunjuk cara meraba filamen sendiri sebelum senggama dan sesudah haid selesai.
Beberapa efek samping yang ringan ialah sebagai berikut:
1. Nyeri pada waktu pemasangan. Kalau nyeri sekali, dapat dilakukan anestesia paraservikal.
2. Kejang rahim, terutama pada bulan-bulan pertama. Hal ini dapat diatasi dengan memberikan spasmolitikum atau pemakaian IUD lebih kecil ukurannya.
3. Nyeri pelvik. Pemberian spasmolitikum dapat mengurangi keluhan ini.
4. Semaput dapat terjadi pada pasien dengan prediposisi untuk keadaan ini. Dapat diberikan atropin sulfas sebelum pemasangan, untuk mengurangi frekuensi bradikardia dan refleks vasovagal.
5. Perdarahan diluar haid (spotting)
6. Darah haid lebih banyak (menoragia)
7. Sekret vagina lebih banyak.

Disamping itu pula terjadi efek samping yang lebih serius, walaupun jarang dan biasanya segera dikenal, yaitu sebagai berikut:
1. Perforasi uterus.
Dalam keadaan ini IUD harus dikeluarkan melalui laparoskopi, atau laparotomi. Hal ini lebig-lebih harus dilakukan kalau terjadi perforasi pada IUD tembaga, karena dapat menimbulkan perlekatan-perlekatan dengan usus.
2. Infeksi Pelvik.
Infeksi yang ringan umumnya dapat diobati dengan antibiotika. Jika infeksinya berat, hendaknya dibuat biakan dan uji kepekaan dari daerah endoservuks. IUD itu harus dikeluarkan, dan antibiotika yang sesuai diberikan.
3. Endrometritis
Gejala dini endometritis denagn IUD ini ialah keputihan yang berbau, disparenia, metroragia, dan menoragia. Lebih lanjut dapat menjadi parametritis, pembentukan abses pelvik, dan peritonitis. Pemeriksaan bakteriologik dari endoserviks dan uterus harus dilakukan, dan IUD dikeluarkan. ( Wikjnjosastro, 2002)

Pencabutan IUD
IUD ( Intra Uterine Devices) dapat dibuka sebelum waktunya bila dijumpai :
- Ingin hamil kembali
- Leokorea, sulit diobati dan peserta menjadi kurus
- Terjadi Infeksi
- Terjadi Perdarahan
- Terjadi kehamilan mengandung bahan aktif dengan IUD.

Pil Kontrasepsi


Rata PenuhPil kontrasepsi adalah hormon steroid yang dipakai untuk keperluan kontrasepsi dalam bentuk pil.
Macam-macam pil kontrasepsi :
1. Pil oral kombinasi : mengandung estrogen dan progestin.
2. Pil mini : hanya mengandung progestin.

Pil Oral Kombinasi
Estrogen dalam pil oral kombinasi : etinil estradiol dan mestranol. Dosis etinil estradiol 30-35 mcq. Dosis estrogen 35 mcq sama efektifnya dengan estrogen 50 mcq dalam mencegah kehamilan. Progestin dalam pil oral kombinasi : noretindron, etindiol diasetat, linestrenol, noretinodel, norgestrel, levonogestrel, desogestreldan gestoden.

Pil oral kombinasi mempunyai 2 kemasan :
1. Kemasan 28 hari
7 pil (digunakan selama minggu terakhir pada setiap siklus) tidak mengandung hormon wanita. Sebagai gantinya adalah zat besi atau zat inert. Pil-pil ini membantu pasien untuk membiasakan diri minum pil setiap hari.
2. Kemasan 21 hari
Seluruh pil dalam kemasan ini mengandung hormon. Interval 7 hari tanpa pil akan menyelesaikan 1 kemasan (mendahului permulaan kemasan baru) pasien mungkin akan mengalami haid selama 7 hari tersebut tetapi pasien harus memulai siklus pil barunya pada hari ke-7 setelah menyelesaikan siklus sebelumnya walaupun haid datang atau tidak. Jika pasien merasa mungkin hamil, ia harus memeriksakan diri. Jika pasien yakin ia minum pil dengan benar, pasien dapat mengulangi pil tersebut sesuai jadwal walaupun haid tidak terjadi.

Mekanisme kerja pil oral kontrasepsi
- Menghambat ovulasi
- Membuat endometrium menjadi media tidak baik untuk implantasi.
- Lendir serviks menjadi kental.
- Menekan perkembangan telur yang telah diibuahi.
- Memperlambat transportasi ovum.

Kontra indikasi absolut pil oral kombinasi :
1. Tromboplebitis atau tromboemboli.
2. Sebelumnya dengan tromboplebitis atau tromboemboli.
3. Kelainan serebrovaskuler atau penyakit jantung koroner.
4. Diketahui atau diduga karsinoma mammae.
5. Diketahui atau diduga karsinoma endometrium.
6. Diketahui atau diduga neoplasma yang tergantung estrogen.
7. Perdarahan abnormal genitalia yang tidak diketahui penyebabnya.
8. Adenoma hepar, karsinoma atau tumor-tumor jinak hepar.
9. Diketahui atau diduga hamil.
10. Gangguan fungsi hati.
11. Tumor hati yang ada sebelum pemakaian pil kontrasepsi atau produk lain yang mengandung estrogen.

Kontra indikasi relatif pil oral kombinasi :
1. Sakit kepala (migrain).
2. Disfungsi jantung atau ginjal.
3. Diabetes gestasional atau pre diabetes.
4. Hipertensi.
5. Depresi.
6. Varises.
7. Umur lebih 35 tahun, perokok berat
8. Fase akut mononukleosis.
9. Penyakit sickle cell.
10. Asma.
11. Kolestasis selama kehamilan.
12. Hepatitis atau mononukleosis tahun lalu.
13. Riwayat keluarga (orang tua, saudara) yang terkena penyakit rheumatik yang
fatal atau tidak fatal atau menderita DM sebelum usia 50 tahun.
14. Kolitis ulseratif.

Keuntungan pil oral kombinasi :
1. Sangat efektif sebagai kontrasepsi.
2. Resiko terhadap kesehatan sangat baik.
3. Tidak mengganggu hubungan seksual.
4. Mudah digunakan.
5. Mudah dihentikan setiap saat.
6. Mengurangi perdarahan saat haid.
7. Mengurangi insidens gangguan menstruasi.
8. Mengurangi insidens anemia defisiensi besi.
9. Mengurangi insidens kista ovarium.
10. Mengurangi insidens tumor jinak mammae.
11. Mengurangi karsinoma endometrium.
12. Mengurangi infeksi radang panggul.
13. Mengurangi osteoporosis.
14. Mengurangi rheumatoid artritis.
15. Mengurangi kehamilan ektopik.

Kerugian pil oral kombinasi :
1. Mahal
2. Penggunaan pil harus :
a. Minum pil setiap hari.
b. Bila lupa minum akan meningkatkan kegagalan.
3. Perdarahan bercak dan “breakthrough bleeding”.
4. Ada interaksi dengan beberapa jenis obat (rifampisin, barbiturat, fenitoin,
fenilbutason dan antibiotik tertentu).
5. Tidak mencegah penyakit menular seksual, HBV, HIV/AIDS.

Efek samping ringan jarang namun dapat berupa :
a. Amenorea, mual.
b. Rasa tidak enak di payudara
c. Sakit kepala.
d. Mengurangi ASI.
e. Berat badan meningkat.
f. Jerawat.
g. Perubahan mood.
h. Pusing.
i. Retensi cairan, tekanan darah tinggi, komplikasi sirkulasi yang jarang namun
bisa berbahaya khususnya buat perokok.

Cara minum pil oral kombinasi pada pasien postpartum yang tidak menyusui :
1. Mulai minum pil setelah 3 minggu post partum.
2. Jika pasien sudah 6 minggu post partum dan sudah melakukan hubungan
seksual, lebih baik menunggu haidnya sebelum mulai minum pil namun
sementara gunakan metode barier.

Cara minum pil oral kombinasi pada pasien postpartum yang menyusui :
1. Tentukan apakah hanya cara penyusuan cukup sebagai metode kontrasepsi. Jika pasien sudah haid pertama atau bayinya sudah mendapat makanan, cara
penyusuan tidak cukup sebagai metode kontrasepsi.
2. Bila ibu yang menyusui butuh kontrasepsi tambahan, anjuran yang tepat :
- Kondom atau metode barier lain.
- Metode pil mini (dapat memulai 6 minggu post partum).
- Alat dalam rahim.
- Kontrasepsi mantap.
- Pil kombinasi bila metode lain tidak diterima (mulai pil kombinasi dosis rendah tidak lebih dini dari 6 jam post partum). Bila post partum lebih 6 bulan atau telah haid kembali, sebaiknya menunggu periode haid pertamanya sebelum mulai minum pil namun sementara gunakan barier.
3. Sebaiknya minum 1 pil setiap hari. Lebih baik pada saat yang sama di setiap hari.
4. Mulailah kemasan pertama pada 5 hari pertama siklus haid kecuali pil trifase
diminum pada hari pertama dari siklus haid.
5. Bila mengalami perdarahan saat pasien mulai minum pil diantara siklus haid dan tidak berbahaya, dianjurkan untuk melanjutkan minum pil setiap hari.
6. Jika ada rasa mual, pening atau sakit kepala karena tubuh sedang
menyesuaikan diri dengan pil tersebut, biasanya perasaan tidak enak akan
menghilang setelah minum 1 atau 2 kemasan pil, cobalah minum pil saat
hendak tidur atau saat makan malam. Bila perasaan tidak enak menetap,
silahkan kembali ke klinik.
7. Bila paket 28 pil telah habis, sebaiknya mulai minum pil dari paket baru. Bila
paket 21 pil telah habis, sebaiknya tunggu 1 minggu lalu mulai minum pil dari
paket baru.
8. Bila lupa minum 1 pil sebaiknya minum pil tersebut segera setelah diingat
walaupun harus minum 2 pil pada hari yang sama.
9. Bila lupa minum 2 pil atau lebih sebaiknya minum 2 pil setiap hari sampai
terkejar. Sebaiknya juga menggunakan metode KB lain atau tidak melakukan
hubungan seksual sampai paket pil tersebut habis.
10. Setiap kali pil tidak diminum akan meningkatkan kemungkinan hamil.
11. Bila pasien tidak mendapat 2 atau lebih siklus haid sebaiknya datang ke klinik
untuk memeriksa kehamilan.
12. Bila pasien sering lupa minum pil atau sering putus minum pil, sebaiknya pasien dianjurkan menggunakan metode kontrasepsi lain.
13. Efektivitas : pil kombinasi 99,9 % efektif jika digunakan secara benar.

Pil Mini
Pil mini kadang-kadang disebut pil masa menyusui.(4) Dosis progestin dalam pil mini lebih rendah daripada pil kombinasi.(4) Dosis progestin yang digunakan adalah 0,5 mg atau kurang.(3) Karena dosisnya kecil maka pil mini diminum setiap hari pada waktu yang sama(5) selama siklus haid bahkan selama haid.(4)
Keuntungan pil mini :
- Sangat efektif apabila digunakan secara benar.
- Tidak mempengaruhi air susu ibu.
- Nyaman, mudah digunakan.
- Tidak mengganggu hubungan seksual.
Kerugian pil mini :
- Mahal
- Menjadi kurang efektif bila menyusui berrkurang.
- “Breaktfrough bleeding” perdarahan bercaak, amenorea dan haid tidak teratur.
- Harus diminum setiap hari (bila lupa minnum maka kemungkinan hamil).
- Gejala khusus : nyeri kepala, perubahan mood, penambahan atau penurunan berat badan, payudara menegang, nausea, pusing, dermatitis atau jerawat, hiersutisme (pertumbuhan rambut atau bulu yang berlebihan pada daerah muka) sangat jarang.
- Bagi wanita yang pernah mengalami kehamiilan ektopik, pil mini tidak menjamin akan melindungi dari kista ovarium di masa depan.
- Tidak melindungi dari penyakit menular sseksual, HBV, HIV/AIDS.

Kontraindikasi pil mini :
1. Wanita yang berusia lebih tua dengan perdarahan yang tidak diketahui
penyebabnya.
2. Ada riwayat kehamilan ektopik.
3. Diketahui atau dicurigai hamil melalui anamnesis, gejala atau tanda kehamilan positif.
4. Benjolan di payudara atau dicurigai kanker payudara.
5. Gangguan tromboemboli aktif (bekuan di tungkai, paru atau mata).
6. Ikterus, penyakit hati aktif atau tumor hati jinak atau ganas.

Mekanisme kerja pil mini :
1. Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma.
2. Mencegah ovulasi (15-40 %).
3. Mengubah motilitas tuba.
4. Perubahan pada endometrium sehingga lebih sulit terjadi implantasi ovum yang telah dibuahi.

Cara minum pil mini :
1. Pil pertama dapat mulai diminum pada hari pertama siklus haid dan metode
perlindungan digunakan pada 7 hari pertama(5) atau 4-6 minggu post partum
walaupun haid belum kembali.
2. Pada pasien yang telah mencapai 9 bulan post partum disarankan agar beralih ke pil kombinasi karena efektivitas pil mini menurun dengan berkurangnya menyusui.
3. Ambil pil setiap hari pada saat yang sama (misalnya pada saat makan malam)
sampai habis 1 bungkus.
4. Pil-pil yang terlupakan selama 7 hari pertama :
- Bila lupa minum pil (lupa atau memuntahkan kembali) atau terlambat minum
pil segera diingat dan gunakan metode perlindungan selama 48 jam.
- Bila pasien lupa minum 2 pil, minum 2 pil saat diingat dan gunakan metode perlindungan sampai akhir bulan.
- Bila pasien mengalami spotting atau perdarahan selama masa interval, tetap minum pil sesuai jadwal. Perdarahan terjadi biasanya selama bulan-bulan pertama. Atau bila mengalami nyeri perut hebat, kram atau demam maka konsul ke dokter.
5. Diberi dorongan untuk menggunakan kondom selain memakai pil mini
- Bila terdapat kemungkinan klien terpapar penyakit menular seksual, termasuk AIDS.
- Klien lupa minum pil.
- Memakai spermisid bila kondom tidak dapat diterima.

Contoh pil mini :
- Micrinor, NOR-QD, noriday, norod menganddung 0,35 mg noretindron.
- Microval, noregeston, microlut mengandunng 0,03 mg levonogestrol.
- Ourette, noegest mengandung 0,5 mg norgeestrel.
- Exluton mengandung 0,5 mg linestrenol.
- Femulen mengandung 0,5 mg etinodial diassetat.

Penggunaan pil KB dengan benar?
Pada umumnya pil KB di pasaran terdiri dari 28 pil kontrasepsi, biasanya 7 diantaranya berisi plasebo(zat netral). Hal ini dilakukan untuk mendisiplinkan pemakaian pil KB / kontrasepsi oral. Untuk memudahkan Anda mengingatnya dan menjadikan hal ini suatu kebiasaan maka dengan kemasan kalender dari pil KB yang dilengkapi dengan nama hari, hanya satu hari saja yang perlu Anda ingat yaitu hari pertama mulai minum pil KB, serta pilihlah waktu minum pil yang sama setiap hari (misalnya: setelah makan malam, sebelum menggosok gigi malam hari atau sebelum tidur).
  1. Untuk pil KB kombinasi yang terdiri dari 21-22 pil KB dan setiap pilnya berisi derivat estrogen dan progestin dosis kecil, untuk pengunaan satu siklus. Pil KB pertama mulai diminum pada hari pertama perdarahan haid, selanjutnya setiap pil hari 1 pil selama 21-22 hari. Umumnya setelah 2-3 hari sesudah pil kb terakhir diminum, akan timbul perdarahan haid, yang sebenarnya merupakan perdarahan putus obat. Penggunaan pada siklus selanjutnya, sama seperti siklus sebelumnya, yaitu pil pertama ditelan pada hari pertama perdarahan haid.
  2. Cara penggunaan pil KB tipe sekuensial sama dengan tipe kombinasi. Efektivitasnya sedikit lebih rendah dan lebih sering menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan
  3. Pil KB tipe pasca senggama diminum 2 kali sehari, dalam waktu kurang dari 72 jam pascasanggama, selama 5 hari berturut-turut.
Untuk OC, sebaiknya mengikuti cara-cara sebagai berikut
  1. OC berisi 21 pil, yang bagian belakang kemasannya tertera nama-nama hari untuk menunjukkan hari dimana Anda minum OC.
  2. Mulai OC yang pertama pada hari pertama haid. Ikuti arah tanda panah hingga seluruh pil habis.
  3. Berhenti minum pil selama 7 hari (2-3 hari setelah minum pil terakhir akan terjadi haid).
  4. Setelah masa tidak minum pil selama 7 hari, lanjutkan minum OC dari kemasan selanjutnya, walaupun haid Anda belum berhenti.
  5. Jadi untuk kemasan ke-2 dst, minum pil selama 21 hari + tidak minum pil selama 7 hari.
  6. Jangan berhenti minum pil >7 hari
  7. Pertama kali mulai minum OC pada hari 2 – 5 masa haid masih diperbolehkan, asal menggunakan kontrasepsi tambahan

Pemilihan penggunaan pil KB untuk pertama kali sebaiknya dikonsultasikan dengan tenaga kesehatan yang berkompeten di bidang ini dan sebaiknya dilakukan pemeriksaan teratur sesuai dengan yang dianjurkan.

Fans Page