Ads 468x60px

26 Mei, 2012

Gambaran penatalaksanaan efek samping kontrasepsi IUD oleh bidan di puskesmas


Penggunaan alat kontrasepsi merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan dari Keluarga Berencana. Pasangan usia subur di Indonesia sebesar 34 juta  dan peserta KB aktif sebesar 60%. Sebagian besar akseptor KB di Indonesia menggunakan kontrasepsi suntik  (27,8%) dan untuk KB IUD hanya 6,2% dengan angka drop out sebesar 8,9% disebabkan karena mengalami efek samping sebesar 14,4%.
Berdasarkan data yang diperoleh dari puskesmas Kota gajah tahun 2006, dari jumlah pasangan usia subur yaitu 5412 yang menjadi peserta KB aktif 4359 sedangkan akseptor KB IUD hanya 97 orang (2,2%).Rendahnya jumlah akseptor disebabkan karena mengalami efek samping. Dengan adanya fakta yang diperoleh maka angka drop out cukup tinggi (25%) hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya masih ada bidan yang dalam melakukan penatalaksanaan efek samping kontrasepsi tidak sesuai dengan teori yang ada.

Penelitian ini bertujuan adalah untuk mengetahui gambaran penatalaksanaan efek samping kontrasepsi IUD oleh  bidan yang ditinjau dari perdarahan, keputihan, ekpulsi dan nyeri di wilayah kerja Puskesmas Kotagajah.
Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat kuantitatif deskriptif, dimana penelitian ini menyajikan gambaran tentang penatalaksanaan efek samping kontrasepsi IUD oleh bidan. Subjek penelitian ini adalah seluruh bidan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kotagajah. Objek penelitian ini adalah penatalaksanaan efek samping kontrasepsi IUD. 

Populasi penelitian ini adalah seluruh bidan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kotagajah sebanyak 12 responden, sedangkan pengambilan sampel menggunakan sampel jenuh dengan tehnik acicdental, alat pengumpul data adalah checklist dengan skala ukur ordinal. Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat yang menghasilkan distribusi persentasi dari sub variabel.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penatalaksanaan efek samping kontrasepsi IUD tentang perdarahan dalam kategori cukup 62,9%, Penatalaksanaan efek samping kontrasepsi IUD dengan keputihan dalam kategori  cukup 72,5%, Penatalaksanaan efek samping kontrasepsi IUD dengan ekpulsi dalam kategori  cukup 70,5%, Penatalaksanaan efek samping kontrasepsi IUD dengan nyeri dalam kategori  cukup 70,5%
Kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan penulis secara keseluruhan dalam penatalaksanaan efek samping kontrasepsi IUD oleh bidan di Puskesmas Kotagajah di kategorikan cukup dengan persentase 61,9%.  

Kata Kunci : Bidan, penatalaksanaan, Efek samping Kontrasepsi IUD
  
nda tertarik Untuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA



Faktor-faktor Rendahnya Kunjungan Balita di Posyandu


Posyandu merupakan satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari oleh untuk dan bersama masyarakat dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan, guna memperdayakan masyarakat dan pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh gambaran mengenai faktor-faktor rendahnya kunjungan balita di Posyandu Nusa Indah Desa Bandarejo Kecamatan Natar, ditinjau dari faktor pendidikan, ekonomi dan pekerjaan.
Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif, subjek penelitian ini adalah ibu-ibu yang tidak membawa balitanya, objek penelitian ini adalah faktor-faktor rendahnya kunjungan balita di Posyandu Nusa Indah Kecamatan Natar Lampung Selatan. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang membawa balitanya ke Posyandu Nusa Indah yang berjumlah 56 orang dan sampel yang diambil sebanyak 34 orang dari populasi. 
Tehnik pengumpulan data menggunakan angket dan alat ukur berupa kuesioner. Analisis data pada penelitian menggunakan analisis univariat. Dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi, dengan hasil ukur berupa presentase. 
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor rendahnya kunjungan balita di Posyandu Nusa Indah Kecamatan Natar ditunjukkan dengan faktor tingkat pendidikan yang paling banyak adalah ibu dengan tingkat pendidikan rendah (SD, SMP) yaitu 24 orang (70,6%) berdasarkan tingkat ekonomi yang terbanyak adalah ibu dengan tingkat ekonomi rendah yaitu 31 orang (91,1%) dan berdasarkan pekerjaan ibu yang terbanyak adalah petani yaitu 17 orang (50%). 
Kesimpulan dari penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya kunjungan balita di Posyandu Nusa Indah Kecamatan Natar Lampung Selatan, menunjukkan bahwa faktor yang terbesar adalah faktor ekonomi dan faktor yang terkecil adalah faktor pekerjaan. Saran dalam penelitian ini, kepada bidan desa agar dapat memberikan informasi tentang kunjungan balita dan ibu-ibu dapat lebih aktif untuk meningkatkan rendahnya kunjungan balita di Posyandu Nusa Indah Kecamatan Natar Lampung Selatan. 

Kata Kunci : Kunjungan Balita, Posyandu 

nda tertarik Untuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA



Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Tentang Menarche dengan Sikap Remaja Putri Dalam Menghadapi Menarche


Menarche adalah saat haid / menstruasi yang datang pertama kali yang sebenarnya merupakan puncak dari serangkaian perubahan yang terjadi pada seorang remaja putri sedang menginjak dewasa dan sebagai tanda sudah mampu hamil. Usia remaja putri saat menarche bervariasi, yaitu antara 10-16 tahun, tetapi rata-rata pada usia 12,5 tahun. Berdasarkan hasil prasurvey terdapat 58 siswi kelas 6 di SD N 1 Tanjung Raya, Mesuji dari 58 siswi tersebut diambil 10 orang sebagai responden dan didapat 50% siswi berpengetahuan kurang dan 70% siswi yang bersikap tidak mendukung dalam menghadapi menarche. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dalam menghadapi menarche adalah pengetahuan, dukungan orang tua, lingkungan dan sosial budaya. 
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proporsi pengetahuan, sikap dan hubungan pengetahuan remaja putri tentang menarche dengan sikap remaja putri dalam menghadapi menarche, di SD N 1 Tanjung Raya, Mesuji.
Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan rancangan crossectional. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 58 siswi dengan menggunakan sampel populasi. Instrumen pengumpulan data dengan cara angket dan alat ukur kuisioner. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan chi square.
Hasil analisis penelitian dari 58 responden menunjukan sebagian besar proporsi pengetahuan kurang baik 51,73%, dan proporsi sikap yang tidak mendukung 53,45% . Hasil analisis dengan uji chi square  didapat X2 = 6,842, P-value = 0,019 (P<0,05), OR = 4,2 yang berarti Ha diterima yaitu ada hubungan bermakna antara pengetahuan remaja putri tentang menarche dengan sikap remaja putri dalam menghadapi menarche. 
Kesimpulan penelitian ini ada hubungan antara pengetahuan remaja putri tentang menarche dengan sikap remaja putri dalam menghadapi menarche. Saran dari penelitian ini yaitu diharapkan bagi guru sekolah khususnya guru BP agar dapat memberikan konseling tentang menarche dan bagaimana cara menyikapinya. Sehingga remaja putri dapat meningkatkan pengetahuannya tentang menarche dan dapat mempersiapkan diri saat menarche datang.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Menarche
Daftar Bacaan : 29 (1997-2010)

nda tertarik Untuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA



21 Mei, 2012

Faktor Penyebab Rendahnya Pengetahuan Remaja Awal Tentang Pendidikan Seks di SMP


Remaja awal memiliki keingintahuan yang tinggi tentang seks, namun hanya sedikit orang yang mempu menjelaskan masalah seks pada remaja karena menganggap membicarakan tentang seks adalah hal yang tidak biasa, aneh, dan sangat tabu, bahkan dianggap porno. Ini menyebabkan rendahnya pengetahuan remaja awal tentang pendidikan seks. Pendidikan seks yang rendah mengakibatkan banyaknya seks bebas dikalangan remaja baik pria maupun wanita. Berdasarkan survei pada tahun 2000 terdapat remaja yang pernah melakukan seks bebas sebanyak 29,9%. Rendahnya pengetahuan remaja awal tentang pendidikan seks dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor keluarga dan faktor lingkungan sosial.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab rendahnya pengetahuan remaja awal tentang pendidikan seks di SMP Negeri 3 Metro.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 1 SMP Negeri 3 Metro, sedangkan objek penelitiannya yaitu penyebab rendahnya pengetahuan remaja awal tentang pendidikan seks ditinjau dari fakor keluarga dan faktor lingkungan sosial. Sampel yang digunakan adalah 25% dari jumlah populasi. Besar sampel penelitian ini adalah 64 siswa. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan teknik analisa data persentase. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah lembar kuesioner.

Kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan penulis, secara umum didapatkan bahwa rendahnya pengetahuan remaja awal tentang pendidikan seks di pengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor keluarga dan faktor lingkungan sosial. Sebanyak 65,3% siswa yang tidak pernah diberikan pendidikan seks oleh keluarganya dan 74,66% siswa yang tidak pernah diberikan pendidikan seks oleh lingkungan sosialnya.

Kata Kunci : Pengetahauan, Pendidikan Seks, Faktor Keluarga, Faktor Lingkungan Sosial

Anda tertarik Untuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA



Evaluasi Pelaksanaan Pos Kesehatan Desa (POSKESDES) di Wilayah Puskesmas


Pencapaian target MDG,s tahun 2015 serta menurunkan AKI dan AKB, dicanangkanlah gerakan Indonesia Sehat 2010 dengan membentuk desa siaga. Perwujudan desa siaga adalah dalam rangka mempercepat pencapaian desa sehat. Kriteria desa sehat adalah minimal memiliki Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) Hasil pra survey yang dilakukan penulis pada bulan Agustus 2009 terhadap 2 dari 13 Poskesdes di Puskesmas Sukaraja Nuban Kabupaten Lampung Timur, dimana hari buka pelayanannya hanya 2 hari dalam seminggu dengan waktu buka dari pukul 09.00 WIB – 12.00 WIB. Kegiatan utama yang dilakukan dari ke-2 Poskesdes tersebut hanya pelayanan pengobatan medis dasar sehingga terkesan Poskesdes adalah miniaturnya Puskesmas, yang seharusnya kegiatan Poskesdes adalah setiap hari dan dari 2 desa tersebut  masih terdapat kejadian luar biasa (KLB) DBD, adanya 7 kasus gizi buruk, dan 1 balita gizi buruk meninggal dunia.

Tujuan Penelitian adalah mengetahui evaluasi pelaksanaan kegiatan Poskesdes dilihat dari segi input, proses dan output. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan disain penelitian evaluasi yaitu untuk menilai suatu program yang sedang atau sudah dilaksanakan. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh Poskesdes  yang ada di wilayah Puskesmas XXX, sedangkan sampelnya adalah total populasi, teknik pengumpulan data dengan wawancara bidan Poskesdes dengan alat pengumpul data dengan cheklist, cara ukur dengan lembar observasi, analisis data secara univariate

Hasil penelitian variabel input menunjukkan dari 13 Poskesdes yang ada, 84,6% mempunyai kader ≥ 2 orang yang telah dilatih, 100 % tenaga kesehatan di Poskesdes adalah bidan yang telah dilatih, 100% Poskesdes dilakukan pembinaan oleh petugas puskesmas, sarana yang belum tersedia adalah sarana komunikasi yaitu baru mencapai 61,5% dan sarana transportasi baru mencapai 7,3%. Semua Poskesdes telah mempunyai tempat pelayanan dan dana operasional. Hasil penelitian variabel proses diperoleh hasil yaitu frekuensi pertemuan forum kesehatan masyarakat desa yang terbanyak adalah sebulan sekali yaitu 12 Poskesdes (92,3%), namun hanya 1 (7,7%) Poskesdes yang frekuensi hari buka dan jam pelayanan setiap hari dan selama 24 jam, diperoleh pula variabel output pelaksanaan Poskesdes yaitu cakupan K4 ≥ 90% sebanyak 76,9 % Poskesdes, cakupan persalinan  ≥ 90 %  sebanyak 61,5% Poskesdes cakupan KN2 ≥ 85 %  sebanyak 61,5% Poskesdes, cakupan BBLR ≥ 85 %  sebanyak 100 % Poskesdes, cakupan bayi dan anak balita berat badan tidak naik ditangani ≥ 90 %  sebanyak 61,5% Poskesdes, cakupan balita gakin umur 6 – 24 bulan yang mendapat MP-ASI ≥ 90 %  sebanyak 53,8% Poskesdes, cakupan imunisasi lengkap ≥ 90 %  sebanyak 84,6 % Poskesdes, cakupan pelayanan gawat darurat dan KLB dalam tempo < 24 jam  ditangani ≥ 45 %  sebanyak 53,8% Poskesdes, cakupan keluarga yang mempunyai jamban ≥ 90 %  sebanyak 53,8% Poskesdes, cakupan keluarga yang dibina sadar gizi ≥ 90 %  sebanyak 69,2% Poskesdes, cakupan keluarga menggunakan garam beryodium ≥ 90 %  sebanyak 100 % Poskesdes, Poskesdes yang mempunyai visualisasi data kesehatan lingkungan sebanyak 92,3%

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan Poskesdes di Puskesmas Sukaraja Nuban secara umum sudah cukup baik namun perlu upaya peningkatan sarana yaitu sarana komunikasi dan transportasi, membuka Poskesdes setiap hari selama 24 jam dan peningkatan cakupan penanganan gawat darurat serta KLB dalam tempo kurang dari 24 jam

Kata Kunci : Evaluasi, Poskesdes
Daftar Bacaan : 21 (2001 – 2009)



Determinan Pemberian Konsumsi Buah Segar Pada Balita Di Posyandu


Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk yang cukup besar, dimana hal tersebut merupakan salah satu modal dasar pembangunan. Untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas salah satunya adalah melalui perbaikan pangan dan gizi antara lain pada kelompok buah dan sayuran. Saat ini konsumsi buah di perkotaan dan pedesaan 50% dari kecukupan harian. Didalam pola pangan harapan (PPH) dimana jumlah konsumsi buah adalah 250 g/kapita/hari untuk dewasa dan untuk balita 60% dari kebutuhan dewasa + 150 g/kapita/hari. Buah adalah komiditas pangan yang dibutuhkan oleh tubuh, fungsi buah adalah sebagai zat pengatur, karena didalam buah terdapat zat gizi yang sangat diperlukan tubuh seperti, vitamin mineral dan serat. Oleh karena itu pengetahuan tentang determinan konsumsi buah pada balita sangat diperlukan guna membentuk sumber daya manusia yang mandiri dan berkualitas dalam rangka pembangunan nasional. 

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja determinan pemberian konsumsi buah segar pada balita di Posyandu Kantil MXXXX. Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif dimana hasil penelitian menyajikan gambaran tentang determinan pemberian konsumsi buah segar pada balita di Posyandu Kantil XXX. 

Subyek penelitian ini adalah ibu – ibu yang memiliki balita di Posyandu Kantil XXXX. Obyek penelitian adalah determinan pemberian konsumsibuah segar pada balita yang meliputi determinan pendidikan, determinan tingkat ekonomi (pendapatan) determinan  jumlah anggota keluarga, determinan sosial budaya dengan sub variabel pola makan dalam sehari dan pantangan terhadap konsumsi buah. Populasi adalah ibu – ibu yang memiliki balita yang berjumlah 40 orang. Sampel pada penelitian ini total populasi 

Hasil yang diperoleh tersebut menunjukkan bahwa determinan konsumsi buah segar meliputi ibu dengan pendidikan tamat SMA 55%, tingkat ekonomi (penghasilan keluarga) Rp. 325.000,- perbulan 42%, jumlah anggota keluarga dengan jumlah anak < 2 77,5%, sosial budaya yang meliputi pola makan 3x sehari 97,5% dan tidak memiliki pantangan konsumsi buah segar 92,5%.

Kata Kunci : Konsumsi Buah Segar, Balita.

Anda tertarik Untuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA


Determinan Pemanfaatan Tenaga Bidan Desa Dalam Pertolongan Persalinan


Angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (AKI), dan angka harapan hidup merupakan indikator yang menggambarkan derajat kesehatan masyarakat. Saat ini AKI di Indonesia adalah 334 per 100.000 kelahiran hidup (KH) dan AKB diperkirakan sebesar 50 per 1000 KH. Tidak semua kehamilan berakhir dengan persalinan yang berlangsung  normal, 30,7 % persalinan disertai dengan komplikasi, dimana bila tidak ditangani dengan cepat dan baik dapat meningkatkan kematian ibu. Sebagai negara berkembang Indonesia mengalami masalah-masalah yaitu : sebagian besar ibu-ibu melahirkan dirumah, kurang dari 50 % kelahiran ditolong oleh petugas kesehatan yang terlatih, sejumlah substansial kematian ibu terjadi pada tingkat masyarakat, fasilitas kesehatan didaerah pedesaan terisolasi karena kurangnya infrastruktur dan komunikasi, serta keterbatasan jumlah dokter dan penyebaran yang tidak merata dari sumber-sumber kesehatan terutama di daerah pedesaan. Salah satu faktor penting dalam upaya penurunan AKI tersebut yaitu penyediaan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas dekat dengan masyarakat. Kebijakan Departemen Kesehatan RI untuk mempercepat penurunan AKI adalah mengupayakan agar : 1) setiap persalinan ditolong atau minimal didampingi oleh bidan, dan 2) pelayanan obstetri sedekat mungkin kepada semua ibu hamil.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai faktor –faktor yang berperan terhadap pemanfaatan tenaga bidan desa dalam pertolongan persalinan dilihat dari faktor pendidikan, faktor ekonomi, dan faktor jarak ketempat bidan. Subyek dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang  bersalin pada bidan desa di wilayah kerja Puskesmas Putih Doh Kecamatan Cukuh Balak tahun 2003. Besarnya sampel penelitian adalah 25 responden dengan teknik pengambilan sampel secara acak sederhana.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner, yang digunakan untuk mengukur tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, dan jarak ke tempat bidan.
       
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang bersalin pada bidan desa yang terbanyak adalah dengan tingkat pendidikan tamat SLTP sebesar 44 %,  dengan tingkat ekonomi menengah antara Rp.325.000,- sampai dengan Rp.700.000,- perbulan sebanyak 60 %, dan dengan jarak tempuh ke tempat bidan kurang dari 5 km sebanyak 88 %. Dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan ibu, tingkat ekonomi, dan jarak ke tempat bidan sangat berperan terhadap pemanfaatan tenaga bidan desa dalam pertolongan persalinan.

Kata Kunci : Pemanfaatan Tenaga Bidan, Pertolongan Persalinan.

Anda tertarik Untuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA


Determinan Ibu Tidak Menimbangkan Balitanya Di Posyandu


Penimbangan merupakan salah satu cara untuk mengetahui status gizi anak. Penimbangan dilakukan untuk menilai pertumbuhan fisik anak yang tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan non fisik. Penimbangan merupakan upaya penjaringan yang dilakukan secara komprehensif untuk menentukan penyimpangan aspek pertumbuhan dan mengetahui serta mengenal faktor resiko. Namun pada kenyataannya masih banyak balita yang tidak mendapatkan penimbangan, hal ini dipengaruhi oleh banyak hal seperti faktor pendidikan, ekonomi dan pekerjaan ibu sebagai orang yang paling berperan dalam perawatan keluarga terutama balita. 

Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh gambaran mengenai determinan ibu tidak menimbangkan balitanya di Posyandu Melati Kelurahan XXX. Subjek penelitian ini adalah semua ibu-ibu yang tidak menimbangkan balitanya di Posyandu Melati Kelurahan XXXX. Sampel dalam penelitian adalah total populasi atau seluruh ibu-ibu yang tidak menimbangkan balitanya yaitu 31 orang. Penelitian ini merupakan penelitian jenis deskriptif. Pengumpulan  data dilakukan dengan menggunakan instrumen pengumpulan data yaitu kuesioner. 

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pendidikan pendidikan berpengaruh pada ibu yang tidak menimbangkan balitanya, ditunjukkan dengan tingkat pendidikan yang paling banyak adalah SD yaitu 54,9%. Faktor ekonomi tampak berpengaruh pada ibu yang tidak menimbangkan balitanya, ditunjukkan dengan tingkat penghasilan rata-rata perbulan yang paling banyak adalah Rp 325.000,- s.d Rp 700.000,- yaitu 64,5%, sedangkan sisanya adalah dengan tingkat penghasilan rendah < Rp 325.000,- yaitu 35,5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pekerjaan berpengaruh pada ibu yang tidak menimbangkan balitanya, ditunjukkan dengan sebagian besar adalah buruh yaitu 71%.

Anda tertarik Untuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA


17 Mei, 2012

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Perilaku Keluarga Sadar Gizi


Kelaparan dan gizi buruk masih menjadi ancaman bagi 1 miliar penduduk dunia. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga menunjukkan bahwa orang yang kurang gizi di seluruh dunia telah meningkat sebesar 75 juta untuk 923 juta. Dalam sensus Riset Kesehatan Dasar 2010 (Riskesdas), tercatat jumlah balita di Indonesia sebanyak 26,7 juta, 17,9% diantaranya atau 4,7 juta balita menderita gizi kurang dan 5,4% atau 1,3 juta balita menderita menderita gizi. Pemerintah telah mengupayakan penanggulangan masalah gizi salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui keluarga sadar gizi atau disebut juga dengan Kadarzi. Namun, pencapaian indikator Kadarzi di Kota XXX masih belum memuaskan, dimana cakupan Kadarzi untuk masing-masing kelurahan belum mencapai target pemerintah (80%). Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan keluarga sadar gizi (Kadarzi) di Kelurahan XXX”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu tentang Kadarzi dengan perilaku keluarga sadar gizi (Kadarzi) di Kelurahan XXX tahun 2011.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif, dengan rancangan penelitian analitik, populasi berjumlah 665 keluarga, pengambilan sampel menggunakan Simple Random Sampling (SRS) dengan menggunakan tabel bilangan acak yang berjumlah 250 responden yaitu ibu-ibu dalam suatu keluarga. Data diperoleh melalui kueisoner selanjutnya diolah menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi square.

Hasil analisis menunjukan dari 250 responden, pengetahuan ibu tentang Kadarzi 43,2% dalam katagori baik dan 56,8% katagori kurang. Sikap ibu tentang Kadarzi 48% mendukung dan 52% tidak mendukung. 65,6% keluarga memiliki perilaku Kadarzi belum baik dan 34,4% memiliki perilaku Kadarzi baik. Hasil uji chi square “Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Perilaku Kadarzi” didapat nilai p-value 0,000 (p<0,05) dan “Hubungan Sikap Ibu dengan Perilaku Kadarzi” didapat nialai p-value 0,000 (p<0,05).  
Kesimpulan penelitian ini menunjukan ada hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dengan perilaku Kadarzi. Saran hasil penelitian meningkatkan program peningkatan gizi khususnya program keluarga sadar gizi dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu tentang kadarzi atau meningkatkan kesadaran ibu-ibu rumah tangga tentang pentingnya program Kadarzi.

Kata Kunci : Perilaku, Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi), Pengetahuan,Sikap.
Daftar Bacaan : 30 (1995-2011)

Anda tertarik Untuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA


Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Susu Formula Pada Bayi 0-6 Bulan


Pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan dapat mengakibatkan diare, ISPA dan gizi buruk. Tingginya kejadian ini dikarenakan pemberian susu formula. Pemberian susu formula di Indonesia yaitu 65,6%, Propinsi Lampung 60%, Lampung Timur 89,5%, dan di Puskesmas XXX 96,16%. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan penulis dari 15 orang ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan di BPS XXX 86,7% memberikan susu formula dan di RB XXX 73,3% memberikan susu formula. Faktor penyebab pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan adalah pengetahuan, sikap, pendidikan, status ekonomi, pekerjaan, sosial budaya, pelayanan kesehatan dan dukungan keluarga.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan di BPS Erna dan RB XXX.

Jenis penelitian ini kuantitatif dengan metode analitik dan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu di BPS Erna dan RB Kasih Bunda yang mempunyai bayi 0-6 bulan sejumlah 222 orang. Sampel ditentukan dengan derajat kesalahan 5% sehingga diperoleh 143 sampel dan pengambilan sampel dengan teknik sistematis random sampling, cara pengumpulan data dengan angket melalui kuesioner. Variabel independen penelitian ini adalah pendidikan, pekerjaan dan pengetahuan sedangkan variabel dependennya adalah pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan. Analisis data yang digunakan analisis univariat dan bivariat menggunakan uji Chi Square.

Hasil analisis uji statistik menunjukkan terdapat 78,3% ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan telah memberikan susu formula, proporsi pendidikan ibu terbanyak kategori pendidikan dasar (74,8%), proporsi pekerjaan ibu terbanyak kategori bekerja (68,5%), proporsi pengetahuan ibu terbanyak kategori pengetahuan kurang baik (71,3%). Hasil analisis bivariat hubungan antara pendidikan dengan pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan diperoleh nilai P Value=0.028 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, hubungan pekerjaan dengan pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan diperoleh P Value=0,038 sehingga Ho ditolak Ha diterima, dan hubungan pengetahuan dengan pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulandiperoleh nilai P Value=0,012 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima.

Kesimpulan penelitian adalah ada hubungan antara pendidikan, pekerjaan dan pengetahuan dengan pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan di BPS Erna dan RB XXX Tahun 2011. Saran dalam penelitian ini adalah bidan di Desa Way Jepara diharapkan dapat memberikan informasi tentang bahaya pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan dan informasi tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif agar pemberian susu formula dapat berkurang. 

Kata Kunci : Susu Formula, Bayi 0-6 Bulan
Daftar Bacaan : 24 (1996-2010)

Anda tertarik Untuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA


Hubungan Perilaku Merokok Pada Remaja Dengan Prestasi Belajar di SMK


Merokok merupakan masalah yang belum bisa terselesaikan hingga saat ini. Merokok sudah melanda berbagai kalangan, baik anak-anak sampai orang tua, laki-laki maupun perempuan, terlebih pada siswa-siswi SMU. Banyak faktor yang dapat menyebabkan siswa-siswi tersebut merokok. Diduga beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku merokok ini diantaranya adalah karena pengaruh orang tua, pengaruh teman, faktor kepribadian dan karena iklan. Hal ini kalau dibiarkan akan sangat berpengaruh bagi kondisi fisiknya dan selanjutnya akan menghambat prestasinya di sekolah. Di Indonesia, undang-undang larangan merokok secara formal memang belum  dibuat dan diresmikan oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Namun, peraturan tersebut dituangkan dalam rancangan Peraturan Daerah No. 75 Tahun 2005 mengenai peraturan seputar masalah rokok. Baik itu tentang larangan merokok dikawasan tertentu seperti kawasan umum dan juga lembaga pendidikan. Data prasurvei yang dilakukan penulis di SMK XXX, dari 30 siswa didapat 28 siswa adalah perokok dan dari siswa perokok tersebut 25 siswa mengaku prestasi belajarnya menurun. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan perilaku merokok pada remaja dengan prestasi belajar di SMK XXX”. 

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku merokok pada remaja kelas XI di SMK XXX tahun 2011. Untuk mengetahui proporsi perilaku merokok pada remaja di SMK XXX tahun 2011. Untuk mengetahui proporsi prestasi belajar pada siswa/siswi di SMK XXX tahun 2011.

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian seluruh siswa kelas XI XXX yang berjumlah 90 0rang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan sample jenuh dengan menggunakan seluruh populasi yang ada. Pengumpulan data menggunakan nilai rata-rata siswa/siswi SMK XXX dan kuesioner. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi square.

Hasil penelitian univariat didapatkan remaja merokok yaitu 68 responden dan prestasi belajar kurang sebanyak 49 responden. Hasil uji statistik Chi-square terdapat hubungan perilaku merokok pada remaja dengan prestasi belajar (11,47 > 3,481).

Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara perilaku merokok pada remaja dengan prestasi belajar. Diharapkan dapat diadakannya penyuluhan tentang bahaya merokok di sekolah dengan melakukan kerja sama antara petugas kesehatan dengan pihak sekolah.

Kata kunci : perilaku merokok, remaja, prestasi belajar
Daftar bacaan : 21 ( 2000-2010)

Anda tertarik Untuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA



Hubungan Paritas dan Anemia Kehamilan dengan Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah di Puskesmas


Penyebab kematian bayi di Provinsi Lampung dan Lampung Tengah merupakan penyebab tertinggi kedua yaitu BBLR  sebanyak 28,42 % dan 36,6%. Berdasarkan data yang tercatat Di Wilayah Kerja Puskesmas Kotagajah Lampung Tengah Tahun 2009  terdapat 55 BBLR (17,46%). Angka ini cukup tinggi dibandingkan dengan angka BBLR di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten. Faktor- faktor predisposisi yang dapat menyebabkan BBLR diantaranya paritas tinggi, nutrisi tidak adekuat serta anemia dalam kehamilan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan antara paritas  dan anemia kehamilan dengan  kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas XXX Tahun 2010?

Penelitian ini bertujuan untuk  mengetahui proporsi BBLR, proporsi paritas ibu bersalin, proporsi anemia kehamilan,  hubungan antara paritas dengan kejadian BBLR, .hubungan antara anemia kehamilan dengan kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas XXX Tengah Tahun 2010.

Jenis penelitian ini yaitu analitik kuantitatif dengan rancangan penelitian cross sectional. Populasi yang digunakan adalah seluruh bayi baru lahir di Wilayah Kerja Puskesmas XXX Tahun 2010 sebanyak 325 BBL. Penghitungan besar sampel dengan menggunakan tabel krejcie, sehingga  didapatkan jumlah sampel sebesar 181 BBL. Metode pengambilan sampel menggunakan simple random sampling dengan cara lotre. Metoda pengumpulan data adalah metoda studi dokumentasi dengan alat ukur check list. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dengan distribusi frekuensi  dan analisis bivariat dengan uji statistik chi-Square dengan menentukan kemaknaan (signifikan) p-value (p < 0,05) dan tingkat kepercayaan 95 %.

Hasil uji univariat menunjukkan bahwa proporsi kejadian BBLR sebesar 34,8 %, proporsi paritas tinggi  sebesar 66,9 %, proporsi anemia kehamilan  sebesar 60,8 %. Hasil uji chi-square hubungan paritas dengan kejadian BBLR dengan  p-value (0,000), hubungan anemia kehamilan dengan kejadian BBLR dengan p-value (0,001).

Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan paritas  dan anemia kehamilan dengan kejadian BBLR di wilayah kerja puskesmas XXX Lampung Tengah tahun 2010, sehingga diharapkan petugas kesehatan kususnya bidan untuk melakukan deteksi dini pada ibu hamil, serta penyuluhan tentang alat kontrasepsi untuk mencegah terjadinya ibu dengan paritas tinggi.

Kata Kunci      : Usia Ibu, Paritas, BBLR
Daftar Bacaan :  30 (1995- 2010)

Anda tertarik Untuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA



Hubungan Sisa Plasenta dan Riwayat Perdarahan Postpartum dengan Kejadian Perdarahan Postpartum pada Ibu Nifas


Perdarahan merupakan penyebab utama kematian ibu melahirkan di Indonesia. Tingginya angka kejadian perdarahan postpartum ditandai dengan peningkatan kejadian perdarahan postpartum dalam kurun waktu 2009-2010 di RSUD XXX sebesar 18,05% dan lebih tinggi dibandingkan dengan kejadian perdarahan postpartum di RSD XXX tahun 2009 sebesar 1,7%. Faktor penyebab terjadinya perdarahan postpartum diantaranya sisa plasenta dan riwayat perdarahan postpartum.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sisa plasenta dan riwayat perdarahan postpartum dengan kejadian perdarahan postpartum.

Jenis penelitian kuantitatif dan rancangan penelitian metode analitik dengan pendekatan cross sectional. Variabel dependent ini adalah kejadian perdarahan postpartum, sedangkan variabel independent penelitian ini adalah sisa plasenta dan riwayat perdarahan postpartum. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas di Ruang Bersalin RSUD XXX tahun 2010 yaitu sebanyak 585 orang. Besar sampel 238 orang, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan systematic random sampling. Pengumpulan data menggunakan data sekunder dengan chek list sebagai alat ukur. Data yang diperoleh diolah menggunakan sistem komputerisasi. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat dengan uji statistik Chi-square dengan menentukan kemaknaan p value (p<0,05) dan tingkat kepercayaan 95%.

Hasil penelitian didapatkan bahwa proporsi perdarahan postpartum sebesar 90 (37,8%), proporsi sisa plasenta sebesar 80 (33,6%), proporsi riwayat perdarahan postpartum sebanyak 60 (25,2%). Hasil uji statistik untuk mengetahui hubungan sisa plasenta dengan kejadian perdarahan postpartum diperoleh p value 0,000 (p < 0,05), yang berarti ada hubungan yang bermakna antara sisa plasenta dengan kejadian perdarahan postpartum, sedangkan hasil uji statistik untuk mengetahui hubungan riwayat perdarahan postpartum dengan kejadian perdarahan postpartum diperoleh p value 0,003 (p< 0,05), yang berarti ada hubungan yang bermakna antara riwayat perdarahan postpartum dengan kejadian perdarahan postpartum.

Berdasarkan analisis hasil penelitian maka disimpulkan bahwa ada hubungan sisa plasenta dan riwayat perdarahan postpartum dengan kejadian perdarahan postpartum pada ibu nifas di RSUD XXX tahun 2010. Penelitian ini diharapkan para petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik, mendeteksi dini faktor resiko sehingga resiko terjadinya perdarahan postpartum dapat diminimalkan.

Kata kunci : Sisa Plasenta, Riwayat Perdarahan, Perdarahan Postpartum
Daftar bacaan : 37 (1996-2010)

Anda tertarik Untuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA


Hubungan Berat Badan Lahir Rendah dengan Kejadian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir


Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia saat ini yaitu 34 per 1.000 kelahiran hidup, masih merupakan AKB tertinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Asfiksia merupakan salah satu dari tiga penyebab utama kematian bayi. Pada tahun 2009 angka kejadian asfiksia di dunia menurut World Health Organization (WHO) adalah 19%, di Indonesia ada 33,6%, di Propinsi Lampung ada 34,19%, di Kota Metro ada 27,6%, di RSUD XXX ada 12,02% dan di RSB XXX sebesar 15,4% dari 547 persalinan. Penyebab asfiksia pada bayi baru lahir oleh faktor janin dan faktor ibu, salah satu faktor janin yaitu BBLR.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan berat badan lahir rendah dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di RSB XXX tahun 2010. 

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode analitik menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah 558 bayi baru lahir di RSB XXX pada tahun 2010 dengan pengambilan sampel tingkat kesalahan 5% sehingga diperoleh sampel berjumlah 233 bayi baru lahir yang diambil dengan teknik simple random sampling menggunakan tabel bilangan acak. Instrumen penelitian yang digunakan adalah check list melalui studi dokumentasi pada rekam medik RSB XXX tahun 2010. Selanjutnya data dianalisis dengan analisis univariat dan bivariat dengan uji statistik chi square.

Hasil analisis yang telah dilakukan dari 233 responden diperoleh hasil yang mengalami asfiksia sebanyak 36,4% (85) bayi, dan BBLR ada 30% (70 bayi). Hasil analisis dengan uji meunjukkan ada hubungan BBLR dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir dengan BBLR (p-value 0,000, OR=3,2).

Kesimpulan penelitian ada hubungan antara BBLR dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di RSB XXX tahun 2010, dengan demikian disarankan bagi petugas kesehatan mampu menurunkan kejadian BBLR dan asfiksia serta penanganan yang tepat pada bayi dengan asfiksia dan BBLR.

Kata kunci : BBLR, asfiksia
Daftar bacaan : 11 (1999-2010)

Anda tertarik Untuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA


Hubungan Usia dan Paritas Pada Ibu Bersalin dengan Kehamilan Serotinus di RS


Frekuensi kejadian kehamilan serotinus berkisar 5-15%, di XXX pada tahun 2010  adalah sebesar 34%, di XXX sebesar 31,19%, sedangkan di RSUD XXX pada tahun 2008 adalah 7,3%, meningkat sebesar 10%  pada tahun 2009. salah satu komplikasi yang terjadi pada persalinan dengan kehamilan serotinus adalah Asfiksia. Angka kematian bayi karena asfiksia di Lampung ada 34,19%, di Kota Metro ada 21,9%, sedangkan di RSUD XXX mengalami peningkatan dari tahun 2008 ada 7% menjadi 7,3% pada tahun 2009. Faktor yang menyebabkan kehamilan serotinus antara lain faktor usia dan paritas. Maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah hubungan usia dan paritas pada ibu bersalin dengan kehamilan serotinus di RSUD XXX?”

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan usia dan paritas ibu bersalin dengan kehamilan serotinus di RSUD XXX tahun 2010.

Jenis penelitian kwantitatif, metode penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian 781 ibu bersalin di Ruang Kebidanan RSUD XXX Tahun 2010. Sampel ditentukan dengan tingkat kesalahan 5% sehingga diperoleh sampel 265 ibu bersalin, pengambilan data sekunder dengan sampel menggunakan metode sistematik random sampling, cara pengumpulan data dengan studi dokumentasi menggunakan Check List. Analisis data yang digunakan analisis univariat berupa distribusi frekuensi dan analisis bivariat dengan menggunakan uji chi square.

Hasil penelitian di RSUD XXX tahun 2010 diperoleh proporsi ibu bersalin kehamilan serotinus 13,3%, proporsi usia reproduksi tidak sehat 26,4%, proporsi paritas resiko tinggi 32,5%, Hasil analisis hubungan usia pada ibu bersalin dengan kehamilan serotinus diperoleh nilai p value = 0,031, sedangkan hubungan usia pada ibu bersalin dengan kehamilan serotinus diperoleh nilai p value = 0,020.

Kesimpulan ada hubungan yang bermakna antara usia pada ibu bersalin dengan kehamilan serotinus dan ada hubungan yang bermakna antara paritas pada ibu bersalin dengan kehamilan serotinus. Saran meningkatkan kualitas pelayanan ANC, meningkatkan penyuluhan program KB, meningkatkan penyuluhan kehamilan serotinus, pilihan rujukan segera.

Kata Kunci : Usia, Paritas, Ibu bersalin, Serotinus
Daftar Bacaan : 37 (1995-2011)

Anda tertarik Untuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA


Hubungan Jarak Kehamilan dan Pekerjaan Ibu dengan Kejadian Abortus Di Rumah Sakit Umum


Komplikasi ibu dan janin yang mungkin terjadi sewaktu hamil muda dapat disebabkan oleh abortus. Aborsi tidak aman merupakan urutan ketiga penyebab kematian ibu di dunia. Di indonesia 13% AKI akibat abortus tidak aman, tahun 2009 di Lampung ada 11,58%, RB XXX kejadian abortus sebesar 14%, angka ini lebih rendah bila dibandingkan dengan RSUD XXX sebesar 16,5% pada tahun 2009. Abortus disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah jarak kehamilan dan pekerjaan ibu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan jarak kehamilan dan pekerjaan ibu dengan kejadian abortus di RSUD XXX tahun 2010.

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dan desain analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi yang digunakan adalah semua ibu yang dirawat di ruang bersalin RSUD XXX tahun 2010 yang berjumlah 781 ibu dan sampel penelitian menggunakan tingkat kesalahan 5% sehingga diperoleh sampel 265 ibu. Penentuan sampel dengan teknik systematic random sampling. Pengambilan data dengan metode studi dokumentasi melalui check list. Data ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi jarak kehamilan, pekerjaan ibu, dan abortus dengan menentukan kemaknaan (signifikan) p value (p < 0,05%). Pengolahan data  menggunakan analisis univariate dan analisis bivariate dengan uji chi square.

Hasil analisis penelitian dari 265 ibu yang dirawat di RSUD XXX tahun 2010 diperoleh proporsi kejadian abortus sebesar 47,5%, jarak kehamilan beresiko (< 2 tahun) sebesar 52,5%, dan proporsi pekerjaan ibu sebesar 49,1%. Hasil uji chi square hubungan jarak kehamilan dengan kejadian abortus  p-value=0.000, OR=3,055 dan hubungan pekerjaan ibu dengan kejadian abortus p-value=0.000,  OR=2,550. 

Kesimpulan penelitian ini ada hubungan jarak kehamilan dan pekerjaan ibu dengan kejadian abortus. Guna mencegah komplikasi abortus maka disarankan agar tenaga kesehatan melakukan peningkatan pelayanan kesehatan dengan menangani abortus yang tidak aman, dengan memberikan motivasi kepada WUS untuk konseling kebidanan.

Kata kunci : Jarak kehamilan, pekerjaan ibu, abortus
Daftar bacaan :  39 (1995 – 2011)

Anda tertarik Untuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA


Hubungan Seksio Sesarea dan Kelahiran Prematur Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum


Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernapas secara spontan dan teratur setelah lahir. Di negera berkembang, sekitar 3% bayi mengalami asfiksia lahir tingkat sedang dan berat.Asfiksia merupakan salah satu penyebab utama kematian neonatal. Diperkirakan bahwa sekitar 23% seluruh angka kematian neonatus di seluruh dunia disebabkan oleh asfiksia neonatorum, dengan proporsi lahir mati yang lebih besar. Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia dengan kasus asfiksia yaitu 27,97% setelah BBLR yaitu 38,94%. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2009, terdapat angka kematian bayi dengan kasus asfiksia sebesar 34,19% yang menempati urutan pertama. Di Kota XXX, asfiksia menempati urutan kedua sebagai penyebab kematian neonatal yaitu sebesar 25 kasus (27,6%) setelah BBLR sebesar 36 kasus.  
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Seksio Sesarea dan Kelahiran Prematur dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum di RSUD XXX Tahun 2010. Subjek penelitian ini adalah bayi baru lahir. Objek penelitian ini adalah seksio sesarea dan kelahiran prematur dengan kejadian asfiksia.
Rancangan penelitian adalah survei penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi baru lahir di RSUD XXX pada tahun 2010 sebanyak 799 bayi. Teknik pengambilan sampel ini menggunakan simple random sampling. Teknik pengambilan sampel secara acak sederhana dalam penelitian ini dengan menggunakan tabel bilangan random atau angka acak (random number). Sampel dalam penelitian ini dihitung dengan rumus berjumlah 266 responden.. Instrumen penelitian yang digunakan adalah check list melalui studi dokumentasi pada rekam medik RSUD XXX periode Januari – Desember 2010. Selanjutnya data dianalisis dengan analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji statistik chi square.
Hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh bayi yang mengalami asfiksia sebanyak 52,6%, bayi yang dilahirkan melalui seksio sesarea sebanyak 65,0%, bayi dengan kelahiran prematur sebanyak 27,4%. Ada hubungan antara seksio sesarea dengan asfiksia pada bayi baru lahir dengan nilai p value = 0,015 dan OR = 1,942, ada hubungan antara kelahiran prematur dengan asfiksia pada bayi baru lahir dengan nilai nilai p value = 0,000 dan OR = 12,783.
Berdasarkan analisis hasil penelitian maka disimpulkan bahwa ada hubungan antara seksio sesarea dan kelahiran prematur dengan kejadian asfiksia di RSUD XXX Tahun 2010. Bagi petugas kesehatan di RSUD XXX agar dapat meningkatkan kegiatan penyuluhan pentingnya pemeriksaan kehamilan untuk mendeteksi secara dini ibu yang memiliki faktor resiko yang dapat menyebabkan asfiksia pada bayi baru lahir dan dapat mendeteksi secara dini adanya kelahiran dan komplikasi selama kehamilan yang dapat mempengaruhi proses persalinan.

Kata Kunci      :  Asfiksia, Seksio Sesarea, Kelahiran Prematur
Daftar bacaan  :  28 (1998– 2010) 

Anda tertarik Untuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA





Hubungan Persalinan Sungsang Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSB


Penyebab utama kematian pada minggu pertama kehidupan adalah komplikasi kehamilan dan persalinan seperti asfiksia, sepsis dan komplikasi berat lahir rendah. Diperkirakan bahwa sekitar 23% seluruh angka kematian neonatus di seluruh dunia disebabkan oleh asfiksia neonatorum, dengan proporsi lahir mati yang lebih besar. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2010, terdapat angka kematian bayi di Provinsi Lampung dengan kasus asfiksia 34,19%. Di Kota Metro tahun 2010 kematian bayi dengan kasus asfiksia 27,6%. Asfiksia bayi baru lahir di RSB XXX pada tahun 2009 terdapat 87 kasus asfiksia dari 564 persalinan (15,4%) dan pada tahun 2010 terdapat 98 (17,6%)  kasus asfiksia terdapat 67 persalinan sungsang dari 558 persalinan dan 46 dari persalinan sungsang terjadi asfiksia neonatorum.

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan persalinan sungsang dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSB XXX tahun 2010.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian analitik, dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah 558 ibu bersalin di RBS XXX tahun 2010 dengan sampel yang digunakan berjumlah 233 ibu bersalin. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan simple random sampling (SRS) dengan cara menggunakan tabel bilangan random. Variabel independen yaitu persalinan sungsang dan variabel dependent adalah asfiksia neonatorum. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data dengan study dokumentasi di RSB XXX tahun 2010.

Hasil analisis dan penelitian didapatkan distribusi persalinan sungsang 51 orang (21,9%) dari total sampel 233 responden. Distribusi asfiksia neonatorum yaitu 71 orang (30,5%). Berdasarkan hasil analisis hubungan persalinan sungsang dengan kejadian asfiksia neonatorum melalui uji chi square didapatkan nilai p = 0,000 dan α= 0,05, karena nilai p ≤ α maka 0,000 ≤ 0,05 dengan OR 6,175.

Kesimpulan dalam penelitian ini ialah ada hubungan yang bermakna antara persalinan sungsang dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSB XXX tahun 2010. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengawasan dan deteksi dini persalinan sungsang dengan kejadian asfiksia neonatroum sehingga dapat memperkecil angka kejadian asfiksia.

Kata Kunci : Persalinan Sungsang, Asfiksia neonatorum 
Daftar Bacaan : 29 (1991-2010)

Anda tertarik Untuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA


Hubungan Jarak Kehamilan dan Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Fe dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil di Puskesmas


Tingginya angka kematian  di Indonesia yang disebabkan oleh anemia yaitu sebesar 20-40%. Di Provinsi Lampung pada tahun 2004 tercatat ibu hamil dengan anemia sebanyak 69,7%, di Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2008 kejadian anemia sebesar 70%, sedangkan di Puskesmas Rumbia anemia pada ibu hamil adalah 25% dan mengalami peningkatan di tahun 2009 mencapai 39% dan pada tahun 2010 mencapai 50%. Faktor yang dapat menyebabkan anemia adalah usia, pendidikan, paritas, jarak kehamilan, kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Ada Hubungan Jarak Kehamilan dan Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Fe dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil di Puskesmas XXX?”

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan jarak kehamilan dan kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas XXX tahun 2011.

Jenis penelitian merupakan penelitian kuantitatif dengan desain analitik cross sectional. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil Trimester II dan Trimester III di wilayah kerja Puskesmas XXX pada tahun 2011. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode teknik total sampling. Jumlah sampel adalah 135 ibu hamil.  Pengumpulan data menggunakan data primer dengan alat ukur kuisioner dan check list. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu jarak kehamilan dan kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe, sedangkan variabel dependennya adalah anemia. Analisis data menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat menggunakan uji chi square. 

Hasil penelitian ini didapatkan proporsi kejadian anemia pada ibu hamil dari 135 responden terdapat penderita anemia sebanyak 87 ibu hamil (64,4%). Proporsi jarak kehamilan <2 tahun sebanyak 54,1%, dan proporsi tidak patuh mengkonsumsi tablet Fe sebesar 60,7%. Hasil analisis bivariat mengenai hubungan jarak kehamilan dengan kejadian anemia dengan uji statistik diperoleh nilai p value = 0.002 ≤ α (0,01), berarti ada hubungan yang bermakna antara jarak kehamilan dengan kejadian anemia. Hubungan kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia diperoleh nilai p value = 0.000 ≤ α (0.001), berarti ada hubungan yang bermakna antara kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia pada ibu hamil.

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu proporsi jarak kehamilan terbanyak adalah <2 tahun, proporsi kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe terbanyak adalah tidak patuh mengkonsumsi tablet Fe, ada hubungan jarak kehamilan dengan kejadian anemia, ada hubungan kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Saran dari penelitian ini perlunya peningkatan penyuluhan tentang manfaat dan tujuan ber KB, melibatkan keluarga dalam memberikan motivasi ibu hamil agar patuh mengkonsumsi tablet Fe setiap hari, dan memberikan penghargaan yang positif bagi ibu hamil yang telah patuh mengkonsumsi tablet Fe setiap hari misalnya pemeriksaan Hb secara gratis.


Kata kunci : Jarak kehamilan, Kepatuhan, Tablet Fe, Anemia
Daftar bacaan : 24 (1998-2010)

Anda tertarik Untuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA


Fans Page