Ads 468x60px

26 Juni, 2009

Stop Dreaming Strat Action

Hari ini tanggal 27 Juni 2009 tepatnya pukul 13.33 WIB, disela hujan gerimis di kota Metro-Lampung, akhirnya saya tergerak juga untuk mengikuti kontes SEO yang diadakan oleh salah satu internet marketer entah normor berapa di Indonesia bernama "Joko Susilo", katanya sih sudah ada urutannya sih tapi memang nama ini sudah akrab di telinga jauh sebelum saya kenal dunia maya sebab kebetulan ada teman saya yang bernama "Joko Susilo" juga dan kebetulan pernah manjadi ketua kelas saya karena badannya gede (bahkan paling gede di sekolah) . Sebenarnya saya juga masih bingung apa yang harus dimasukkan sebagai artikel untuk Konten "Stop Dreaming Strat Action" ditambah lagi ini udah kala start duluan dari yang lain (walupun strat duluan juga enggak ngaruh sebenernya).

Terlepas dari semua yang ada diatas, setelah saya renungkan sebenernya kata-kata istilah "Stop Dreaming Strat Action" adalah suatu istilah yang sangat memberikan inspirasi dan motivasi mengingat sebenarnya jika mengkilas balik jalan kehidupan saya sebenarnya istilah itulah yang membuat saya seperti jalan ditempat dari tahuan ke tahun, walupun ada progres itu sangat jauh dari apa yang saya targetkan.

Salah satu "dream" saja juga sebearnya menjadi salah satu internet marketer di indodonesia maupu di dunia, tapi apalah daya, setelah lebih mendalami mengenai dunia ini semakin banyak hal yang sepertinya membuat saya hanya bermimpi tentang ini. Dimulai dari belajar tehnik SEO, sya mulai dengan yang sederhana dan gratis (modal pas-pas an), berlanjut dengan membuat sebuah blog gratisan karena tidak bisa membayar hosting dan domain yang berbayar, kemudian belajar cari penghasilan dari program seperti PPC, PTC, PPL, dan entah banyak lagi yang saya hampir lupa apa saja yang pernah saya ikuti. Dan hasilnya sangat mengejutkan, ........bayangkan setelah hampir 1 tahun mencoba menggeluti dunia ini penghasilan saya tidak lebih dari Rp. 100.000,- dan itu pun belum ada yang bisa di tarik (pay out), miris sepertinya.........

Terkadang timbul pertanyaan ada kesalahan ataupun kekurangan dari yang saya lakukan dari istilah "Stop Dreaming Strat Action" ini, atau memang saya belum melaksanakan makna sesungguhnya dari istlah tersebut. Atau memang ada faktor lain yang menunda keberhasilan itu....

Kalupun mau beralasan, sebenarnya banyak kendala yang membuat saya lambat dalam mewujutkan "dream" tersebut, seperti biaya untuk online yang terhitung mahal, waktu yang harus disisihkan untuk tetap fokus di samping menghidupi keluarga...dan banyak lag.......Tapi kalu hal itu di perbesar mungkin banyak orang ala mentertawakan saya karena tidak ada masalah yang tidak tertasi selamkita masih mau berusaha "dimana ada kemauan disitu ada jalan".

Oleh karena itulah dengan adanya kontes SEO "Stop Dreaming Strat Action" ini memberikan motivasi saya untuk menyingkirkan itu semua dan kembali bersemangat, paling tidak untuk mengikuti jejak kalau bisa melampaui si penyelenggara kontes (he......he.....he...."I hope not just dream).

Makna besar dari itilah tersebut sepetinya diikuti oleh pengaruh yang ditimbulkannya di dunia maya khusunya di Indonesia,. setiap melakukan blogwalking atau pun browsing iseng-iseng, kontes ini hampir ada di setiap website yang saya kunjungi, bahkan mengalahkan kasus "Bebaskan Prita Mulyani". Juga saat masuk ke forum dan website sosial netwoking yang sekarang ini masih ramai seperti face book, kaskus, frienster, dll, masalah ini juga menjadi opik hangat dibicarakan. Mudah mudahan ramainya nya kontes ini juga berpengaruh terhadap basic dari istilah itu sendiri kedalam diri setiap orang yang mengenal istilah ini.

Semogamenjadi renungankita bersama....................sukses selalu..........


25 Juni, 2009

Pain Management in Childbirth

Pain in childbirth is normal, healthy, and productive -- and ends with the ecstasy of your baby's birth. Although management of labor pain plays less important role in a mother’s satisfaction with childbirth, compared with the quality of the relationship with her labor support and her ability to take part in decision making, it is an important topic.

Pain in labor is a nearly universal experience for childbearing women. It is, however, experienced differently by birthing mothers. The majority of women, though, need some sort of pain relief during childbirth. Methods vary from drugs to natural methods, and it is worth considering the various options available to you well in advance.

Non-pharmacologic methods of labor pain relief are becoming more common as mothers, as well as pregnancy and labor caregivers, become more aware of the effectiveness of these methods. Changing positions and movement, warm water baths, massage and acupressure are gaining more popularity, in addition to relaxation and hypnobirthing, in management of labor pain.

A vast study by Childbirth Connection in 2005 revealed that 69% of birthing mothers used at least one non-pharmacologic method to relieve pain and increase comfort during their labor. Most frequently used were breathing techniques and position changes and movement, followed by relaxation, visualization or hypnosis. As many as one in five birthing mothers used hands-on techniques such as massage and labor acupressure. These two hands-on techniques were rated very helpful by vast majority of 91% of the mothers. The popularity of these pain relieving methods is based on the simplicity and easiness to use them anywhere without any special and expensive tools. This is in addition to highly satisfactory level of relief from labor pains.

Less frequently used labor pain relieving methods include use of birthing balls, birthing tub or pool, and aromatherapy. Mothers who use these pain relieving methods, also, generally rate them helpful. Unfortunately, their use is limited by the need of special equipments or space.

By far, the most common forms of medication in both vaginal and cesarean births among the pharmacologic labor pain relieving methods are the epidural or spinal analgesia. Epidural or spinal analgesia mostly give excellent labor pain relief. However, studies revealed a scattered satisfaction with epidurals. Many interviewed mothers described their experiences of not having access to this type of pain relief when they wanted it, getting uneven pain relief on different sides, and experiencing headaches, and other adverse effects.

Labor is an exciting event and involves many new sensations, especially if you are having your first baby. These sensations are part of giving life to your baby. However, no one needs to suffer during childbirth. By understanding what you can do, and how others can help you in order to prevent and relieve labor pains, you are most likely to have a satisfying birth experience.

Ten Myth About Childbirth

1. My water will break if I am truly in labor.
Amniotic fluid surrounds your baby during pregnancy. If you are in your last weeks of pregnancy you may be expecting a gush of water prior to the onset of labor. For most women their water does not break before labor begins and often does not break until you are in active labor if it breaks on it's own at all. In fact, quite often your doctor or midwife will break the bag of waters at some point during labor.

2. You will know when you are in labor.

Early labor can last hours and even days. Braxton Hicks contractions can feel very real and be difficult to tell apart from true labor contractions. While most women will know once they have reached the active phase of labor, early labor can be more subtle. It is not uncommon for women to be dilated four or even five centimeters and not be aware of the fact that they are in labor .False labor contractions are irregular and usually do not increase in intensity, frequency, or duration. Moms who have given birth before may actually have a more difficult time distinguishing true labor contractions from false labor. The only way to be sure whether you are indeed in labor is to have a vaginal exam to check for cervical dilation.

3. Labor induction always works.
Labor induction does not always work. Your doctor will perform a vaginal exam to check for cervical dilation and effacement and position of your cervix. Labor induction works best when the cervix has already begun to soften and dilate. You may go in for your 39 or 40 week appointment hoping for an induction only to be told that your cervix is not favorable to be induced. It is also possible to have a failed induction. If baby is not in distress you may be sent home to try labor induction again in another day or two.

4. Contractions feel like menstrual cramps.
You may have heard that contractions feel like menstrual cramps. While for some women early labor contractions may feel like menstrual cramps, this is not a very realistic description of labor contractions. Natural childbirth is definitely doable and many women have an unmedicated birth. However, we feel describing contractions as menstrual cramps is a disservice to first time moms. There are more honest and accurate descriptions of labor contractions that will better prepare you for childbirth. Contractions do resemble menstrual cramps in their location and general achiness, but they also have a powerful tightening more closely resembling a charlie horse. Generally speaking contractions in the active phase of labor will be tightening, painful, and increase in intensity until you reach the peak of the contraction and then the pain will begin to subside.

5. Unmedicated childbirth is always best.
Because labor is not one long sustained contraction but rather a series of contractions increasing in intensity, natural childbirth is quite possible. Natural childbirth, utilizing relaxation exercises, breathing, and resting between contractions, offers one option for pain management. Natural childbirth offers women the ability to be in complete control of their birth and there is a very empowered feeling after having a successful unmedicated birth. Benefits of an unmedicated birth include faster recovery time and shorter labor for mom, more alert and active baby (and mom too), and of course it's cheaper. However, there are occasions, where an unmedicated birth would not be best and certainly many reasons why women would prefer a medicated birth over an unmedicated one. Conditions such as an abrupted placenta, a baby in a breach position, or signs of fetal distress are all very good reasons to need a caesarian section. An unmedicated birth is ideal, but a happy, healthy birth can be attained regardless of your childbirth choice.

6. If you are really in labor you will not be sent home.
Women may assume if they are truly in labor that they will be admitted to the hospital. You can be in labor and still be sent home. If you are in the early phases of labor, you may be sent home until your contractions increase in frequency or your cervix is more dilated. Many hospitals will not admit you until you are at least four centimeters dilated. Do not get discouraged if the labor and delivery nurse tells you that you have to go home. You may indeed be in labor!

7. Once a caesarian birth always a caesarian birth.
This may or may not be true depending on the type of caesarian section you had along with the reasons for having a caesarian birth to begin with. VBACs or vaginal birth after caesarian are becoming increasingly more common. You will need to discuss with your doctor whether a VBAC will be possible for you.

8. Each labor gets easier.
This may or may not be true for you. Generally speaking, second labors are shorter in duration, but that is not always the case. Shorter does not always mean easier. Baby could be bigger than your first or positioned differently. Also, if you have a very rapids labor, you may find you do not have as many choices for pain medication or you may simply choose different pain options. There are any number of factors that could affect your birth.

9. You will feel an urge to push.
Feeling the urge to push is instinctive and natural right? If baby is ready to come you will certainly feel an urge to push! Well, believe it or not this is not always true. Many women do feel an urge to push, but not always. Sometimes pushing is painful and women will avoid pushing at all costs. Other times medications such as an epidural will interfere with the sensation of needing to push. Your doctor or midwife will help you to understand what is happening during labor and help you determine when you are ready to push.

10. Epidurals lead to caesarian sections.
This belief is still held by some, but recent studies have shown that epidurals do not cause an increase in caesarian sections.

Myth During Pregnancy Period

Pregnancy is a time for joy. It is a time when the parents-to-be look forward to the hold their bundle of joy in their arms. Unfortunately, not every mother-to-be is as knowledgeable about pregnancy as she should be. To add the confusion they are often misled by half truths and old wives tales when it comes to their pregnancy week by week. In order to have a healthy pregnancy, women must educate themselves on the early pregnancy symptoms and other pregnancy related issues.

Myth 1 Miscarriages

Many women worry about health issues during their pregnancy. One of the biggest concerns about pregnancy is miscarriages. Miscarriages happen, however, all spotting and bleeding are not signs of miscarriage. Still you must see a doctor immediately in case you have some.

Myth 2 weight gain

Mothers are also worried about their own health during pregnancy. Weight gain is a concern for most new mothers. With the week by week development of the baby, a mother gains about 25-35 pounds. However while eating; a mother-to-be must take care of the quality and not the quantity of food that she eats. She should not think that she has to eat for two! Instead she should follow a good diet plan. She should give up smoking, alcohol and reduce caffeine intake. Mild exercise such as walking and swimming are great ways to maintain ideal weight.

Myth 3 Labor

Many women are afraid of labor as well. They presume labor to be always painful. Labor might be painful for some women, while others may not feel much pain during childbirth. Women today can opt for natural birth or epidurals. Epidurals reduce labor pains. Breathing techniques can also help to reduce pain during natural childbirth. Keeping fit and healthy throughout pregnancy ensures an easy labor.

Myth 4 Posture

One of the biggest myths about pregnancy is that you should not sleep on your back. As long as you find it comfortable, and have no health problems, sleeping on your back is okay. Most women find it comfortable to sleep on their side.

Myth 5 Travel

Another major concern for mothers is the use of seatbelts. Seatbelts save lives, so you should not stop wearing one when traveling. However, you need to speak to your doctor about the position of the belt. If you can place the belt properly, there is no risk to your baby.

Today, women have many choices in terms of medical care and information. The mortality rate for mothers and babies has gone down considerably all over the world in the past few decades. All thanks to modern medicine and pregnancy health awareness. Hence, there is really no reason for you to worry about pregnancy. Take it easy and make sure you have proper diet and follow a well planned exercise regime.

23 Juni, 2009

Knowing the Signs and Symptoms of Pregnancy

Having a baby can be a joy. It signals the start of family life. The baby serves as the carrier of the bloodline and legacy of the parents. More than that, a baby is a very important individual who will someday grow up and make a difference in this world.

Creating a baby involves sexual reproduction. This can occur when a couple has sexual intercourse and both the egg cell from the woman and the sperm cell from the man unites into one fertilized cell. This cell quickly duplicates and matures within just hours and turns into a zygote. The zygote then attaches itself to the uterus lining where it further matures into a fetus. This fetus has the physical appearance of a human being as early as 6 weeks old. This developing group of cells can come to know as the woman’s baby. The period of holding this baby inside her womb and until the baby is born is called the pregnancy period.

The pregnancy period lasts for approximately 9 months or specifically 36 to 40 weeks of gestation. During this period, there are countless changes involving the baby’s growth and development inside the mother’s womb. The mother is also affected with these changes, having some changes of her own too in order to accommodate the baby’s needs. Together the mother and her baby form a bonding relationship as well as a physical connection with each other.

To know if a woman is really pregnant, there are numerous signs and symptoms which give out clues to alert the people if there is or there is no pregnancy. First, there are possible signs of pregnancy which can be felt and experienced by the woman. Next, there are probable signs of pregnancy which can be felt by the nurse or examiner. Lastly, there are positive signs of pregnancy which can be derived from running tests and examinations through which the final verdict is revealed of whether or not the woman is pregnant.

As the baby matures, there are a lot of possible signs and symptoms a mother will feel. There are nausea and vomiting episodes more commonly known as morning sickness. She will have missed monthly periods or will not menstruate in the succeeding months. The mother will have changes in libido and may feel less inclined to having sexual intercourse. She will feel her breast engorging and swelling. As the baby gets larger, the woman will have increased frequency of urination. She will also have food cravings or in some cases pica, which is the unusual consumption of usually non-edible food. The mother will be easily fatigued and experience skin changes and stretch marks. She will also feel fetal movement inside her which is termed as quickening.

Having experienced the possible signs and symptoms mentioned above, the woman will be inclined to go to a clinic to be examined. There are probable signs and symptoms which are noted by the nurse or examiner. The nurse performs a thorough assessment on the woman’s body. The nurse notes an increased abdominal girth on the mother. The nurse observes that the mother has bluish discoloration on her vagina along with the presence of a softening cervix. The nurse observes that the mother is having Braxton Hicks contraction which is a series of false labor contractions. The nurse can also note that the baby can be palpated on the mother’s abdomen.

To validate all of these signs and symptoms, there are positive signs of pregnancy to look out for. Among the three, positive signs are the most reliable indicators of pregnancy. These involve being positive in four tests, namely, the hearing of fetal heart tones through Doppler sound or stethoscope, ultrasound detection, x-ray visualization, and movement of baby as detected by the examiner.

How Low Libido Affects Women versus Men

Most women and men experience low female libido at some time in their lives. Although the causes and treatments are not the same, many studies and much research is still needed to distinguish the subtle differences between how the two genders experience low libido. Believe it or not, about twice as many women than men experience low libido and it has a profound affect on their intimate relationships. We will identify some of the causes and symptoms specific to women who suffer from lack of libido. Some women don’t even realize that there are several medications that women frequently take which affect female libido. Many oral contraceptives suppress female libido so gradually that a woman may not even realize it is happening. Oral contraceptives prevent ovulation by changing the amount of hormones that are released in a woman’s body, so imagine how potent these medications actually need to be and how easily these hormonal changes could affect women’s libido. Women who have undergone a hysterectomy, for any reason, may also experience low sexual desire because the female hormones are suddenly depleted. Many women take medications (hormone replacement therapy or female libido pills) to replace the loss of hormones, which will usually increase libido, sexual desire, and sexual response. Many women increase libido by taking libido enhancer pills. These are usually made with a special blend of herbs used to treat female or women’s libido. Menopause is another cause of low libido and lack of sexual desire. This is again, due to the depletion and imbalance of hormones. Sometimes the loss of sexual desire that occurs naturally with age, can be aggravated by less moisture and lubrication in the vagina. This can make sexual intercourse uncomfortable or even painful and it may cause frustration and stress that a woman begins to associate with sex. Obviously birth control pills, hysterectomies, and menopause are all reasons specific to the loss of female libido. The causes of low libido in men are more commonly caused from lower testosterone levels as men age, depression, stress, medical conditions, and substance abuse. There are medications such as Viagra that are very effective for men who would like to increase libido. If the problem is psychological, individual or couples therapy can help a great deal. It is important for a man with low libido to eat a healthy diet, exercise regularly, and get plenty of sleep. It is also extremely beneficial for a man with low libido to not smoke and moderate his alcohol intake. If you are a male or female who suffers from low libido, you should consult a physician to make sure this problem is not a result of a more serious medical condition that requires attention. In relationships, open communication is a great help and goes a long way in overcoming low male or to increase female libido.

Breast Enhancement Therapy For Each Individual

A lady finds herself to be a complete woman only after she has experienced the divine joy of motherhood. This can be expressed only after going through the stages of pregnancy, childbirth and lactation or breast-feeding.
These stages bring many emotional, mental and physical changes in every woman. The breast enlargement is a major part of this change, which takes place naturally. The enlarged breasts are firm during the period of lactation as the supply of hormones to produce mother’s milk is continuously maintained. The fullness of female anatomy during such a period is for everyone to appreciate in a divine way. Even a skinny woman finds herself to be large breasted during this period.
However, after this phase is over and lactation stops, the breasts start shrinking and sagging as well. It is the desire of every woman to remain firm breasted with rounded large beasts, always. The absence of these features certainly brings confidence problems in some women. The confidence problems can be severe enough to result in anxiety or depression in certain cases. Therefore, the thought of breast enhancement therapy comes instantly to the female mind.
The same can be said for woman going through menopause. They may have large breasts, but the breasts are neither shaped well nor firm. However many ladies would like to retain their firmness particularly in the breasts, during that age as well. There are a few surgeries available, which cause breast enlargement. But, these have to be observed with the passage of time for their effectiveness and side effects, if any.
The major draw backs for the types of therapy involving surgery is that they are costly and every woman may not be able to afford it. Hence, we have breast enhancement pills, which are safe to use and these produce the desired result over a period of time. A woman, using breast pills regularly feels more confident after developing firm and well-shaped breasts large enough to attract the others’ attention. These pills can also be used by women who have lost the shape and size of their breasts due to a prolonged illness.
These breast enlargement pills supplement the estrogen and other feminine hormones that are responsible for the development and growth of female breasts during puberty or pregnancy, thereby strengthening the breast tissues and enlarging the mammary glands. The herbal pills have certain advantages over other therapies as they contain certain herbal ingredients that open up the tissues and then expand them to make the female breasts rounded and firm. It is important to keep in mind that the process of shaping and enlarging the breasts, which is limited somewhat to genetics, is different for each particular female when taking herbal breast pills.

Proses Buang Air Besar (Defekasi)

Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut buang air besar. 'Perdapat dua pusat yang momguasai refieks untuk defe:kasi, yang te:rletak di medula dan sumsum tulang belakang. Apabila terjadi rangsangan parasimpatis, sfingter anus bagian dalam akan mengendor dan usus besar mengucup. Reflek defe;kasi dirangsang untuk buang air beaar, kemudian sfingter anus bagian luar yang diawasi oleh sistem saraf parasimpatis, setiap waktu menguncup atau mengendor. Selama defekasi berbagai otot lain membantu proses itiu, seperti otot dinding perut, diafragma, dan otot-otot dasar pelvis.

Feses terdiri atas sisa makanan seperti selulosa yang tidak direncanakan dan zat makanan lain yang seluruhnya tidak dipakai oleh tubuh, berbagai macam mikroorganisme, sekresi kelenjar usus, pigmen empedu, dan cairan tubuh. feaes yang normal terdiri atas masa padat, berwarna coklat karena disebabkan ole;h mobilitas sebagai hasil reduksi pigmen empedu dan usus kecil.
Secara umum, terdapat dua macam refleks yang membantu proses defekasi yaitu pertama, refieks, defekasi intrinsik yang dimulai dari adanya zat sisa makanan (feses) dalam rektum sehingga terjadi distensi, kemudian flexus mesenterikus merangsang gerakan peristaltik, dan akhirnya feses sampai di anus, lalu pada saat sfingter interna relaksasi, maka terjadilah proses defekasi. Kedua, refieks defekasi parasimpatis. Adanya feses dalam rektum yang merangsang saraf rektum, ke spinal cord, dan merangsang ke kolon desenden, ke;mudian ke sigmoid, lalu ke rektum dengan gerakan peristaltik dan akhirnya terjadi relaksasi sfingte:r interna, maka terjadilah proses defekasi saat sfingter interna berelaksasi.



Faktor-faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine

1. Diet dan Asupan (intake)
Jumlah dan tipe makanan merupakan faiKtcw utama yang memengaruhi output urine (jumlah urine). Protein dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk. Selain itu, juga dapat meningkatkan pembentukan urine.

2. Respons Keinginan Awal untuk Berkemih
Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan urine banyak tertahan di dalam urinaria sehingga memengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah urine.

3. Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi dalam kaitannya terhadap tersedianva fasilitas toilet.

4. Stres Psikologis
Meningkatnya stres dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi keinginan berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urine yang diproduksi.

5. Tingkat Aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi sfingter. Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan kemampuan pengontrolan berkemih menurun dan kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktivitas.

6. Tingkat Perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi pola berkemih. I-Ial tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih memiliki mengalami kesulitan untuk mengontrol buang air kecil. Namun dengan usia kemampuan dalam mengontrol buang airkecil

7. Kondisi Penyakit
Kondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes melitus.

8. Sosiokultural
Budaya dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya kultur pada masyarakat tertentu yang meaarang untuk buang air kecil di tempat tertentu.

9. Kebiasaan Seseorang
Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di mengalamikesulitan untuk berkemih dengan melalui urineal/pot urine bila dalam keadaan sakit.

10. Tonus Otot
Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses berkemih adalah otioti kandung kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam kontraksi pengontirolan pengeluaran urine.

11. Pembedahan
Efek pembedahan dapat menye;babkan penurunan pemberian obat anestesi menurunkan filtrasi glomerulus yang dapat jumlah produksi urine karena dampak dari

12. Pengobatan
Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya peningkatan atau penurunan proses perkemihan. Misalnya pemberian diure;tik dapat meningkatkan jumlah urine, se;dangkan pemberian obat antikolinergik dan antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine.

13. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik ini juga dap'at memengaruhi kebutuhan eliminasi urine, khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saluran kemih seperti IVY (intra uenus pyelogram), yang dapat membatasi jumlah asupan sehingga mengurangi produksi urine. Se;lain itu tindakan sistoskopi dapat menimbulkan edema lokal pada uretra yang dapat mengganggu pengeluaran urine.



Gangguan/Masalah Kebutuhan Elektrolit

1. Hiponatremia
Hiponatremia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma darah yang ditandai dengan adanya kadar natrium plasma yang kurang dari B5 ml;q/h, mual, muntah, diare sehingga timbul rasa haus yang berlebihan, denyut nadi cepat, hipotensi, konvulsi, dan membran mukosa kering. Iliponatremia ini dapat disebabkan oleh kekurangan cairan yang berlebihan seperti kondisi diare yang berkepanjangan.

2. Hipernatremia
Hipernatre;mia merupakan suatu keadaan di mana kadar natrium dalam plasma tinggi yang ditandai dengan adanya mukosa kering, oliguria/anuria, turgor kulit buruk dan permukaan kulit membengkak, kulit kemerahan, lidah kering dan ke:merahan, konvulsi, suhu badan naik, kadar natrium dalam plasma lebih dari 145 m h;q/h. Kondisi demikian dapat disebabkan karena dehidrasi, diare, peasupan air yang berlebihan sedang asupan garam sedikit.

3. Hipokalemia
Hipokalemia suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah. Hipokalemia ini dapat terjadi dengan sangat cepat. Sering terjadi pada pasien yang mengalami diare yang berkepanjangan dan juga ditandai dengan lemahnya denyut nadi, turunnya tekanan darah, tidak nafsu makan dan muntah-muntah, perut kembung, lemah dan lunaknya otot, denyut jantung tidak beraturan (aritmia), penurunan bising usus, kadar kalium plasma menurun kurang dari 3,5 mT;q/L.

4. Hiperkalemia
Hiperkalemia merupakan suatu keadaan di mana kadar kalium dalam darah tinggi, sering terjadi pada pasien luka bakar, pe:nyakit ginjal, asidosis metabolik, pembe:rian kalium yang berlebihan melalui intravena yang ditandai dengan adanya mual, hiperaktivitas sistem pencernaan, aritmia, kelemahan, jumlah urine sedikit sekali, diare, adanya kecemasan dan irritable (peka rangsang), serta kadar kalium dalam plasma me:ncapai lebih dari 5 ml;q

5. Hipokalsemia
Hipokalsemia me:rupakan keekurangan kadar kalsium dalam plasma darah yang ditandai de:ngan adanya kram otot dan kram perut, kejang, bingung, kadar kalsium dalam plasma kurang dari 4,3 mI/,q/h dan kesemutan pada jari dan sekitar mulut yang dapat disebabkan oleh pengaruh pengangkatan kelenjar gondok atau kehilangan sejumlah kalsium karena sekresi intestinal.


6. Hiperkalsemia
Hiperkalsemia merupakan suatu ke;adaan kelebihan kadar kalsium dalam darah yang dapat terjadi pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan makan vitamin D sec:ara berlebihan, ditandai de;ngan adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal, mual-mual, koma, dan kadar kalsium dalam plasma lebih dari 4,3 mEq/h.

7. Hipomagnesia
Hipomagnesia merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah yang ditandai dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan tangan, takikardi, hipertensi, disorientasi dan konvulsi. Kadar magnesium dalam darah kurang dari 1,3 ml;q/h.

8. Hipermagnesia
Ilipermagnesia merupakan kondisi kelebihan kadar magnesium dalam darah yang ditandai dengan adanya, koma, gangguan pernapasan, (Ian kadar magnesium lebih dari 2,5 mI;q/h.



Pengaturan Elektrolit

1. Pengaturan Keseimbangan Natrium
Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfungsi dalam pengaturan osmolaritas dan volume cairan tubuh. Natrium ini paling banyak pada c:airan ekstrasel. Yengaturan konsentrasi cairan ekstrasel diatur oleh ADH dan aldosteron. Aldosteron dihasilkan oleh korteks suprarenal dan berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan konsentirasi natrium dalam plasma dan prosesnya dibantu oleh ADH. ADH mengatur sejumlah air yang diserap ke;mbali ke dalam ginjal dari tubulus renalis. Aldosteron juga mengatur keseimbangan jumlah natrium yang diserap kembali oleh darah. Natrium tidak hanya berge:rak ke dalam atau ke luar tubuh, tetapi juga mengatur keseimbangan c;airan tubuh. Ekskresi dari natrium dapat dilakukan melalui ginjal atau sebagian kecil meelalui tinja, keringat dan air mata.

2. Pengaturan Keseimbangan Kalium
Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam c:airan intrasel dan berfungsi mengatur keseimbangan elektrolit. Keseimbangan kalium diatur oleh ginjal dengan mekanisme perubahan ion natrium dalam tubulus ginjal dan sekresi aldosteron. E1ldosteron juga berfungsi mengatur keseimbangan kadar kalium dalam plasma (c;airan ekstrasel). Sistem pengaturannya melalui tiga langkah, yaitu:
1) Peningkatankonsentrasi kalium dalam cairan ekstirasel yang menyebabkan peningkatan produksi aldosteron.
2) Meningkatan jumlah aldosteron akan memengaruhi jumlah kalium yang dikeluarkan melalui ginjal.
3) Peningkatan pengeluaran kalium; konsentrasi kalium dalam cairan ekstra sea menurun.

Kalium berpengaruh terhadap fungsi sistem pernapasan. Partikel penting dalam kalium ini berfungsi untuk menghantarkan impuls listrik ke jantung, otot lain, jaringan paru, jaringan usus pencernaan. Ekskresi kalium dilakukan melalui urine, dan sebagian lagi melalui tinja dan keringat.

3. Pengaturan Keseimbangan Kalsium
Kalsium dalam tubuh berfungsi untuk pembe:ntukan tulang, penghantar impuls kontraksi otiot, koagulasi darah (pemb(;kuan darah), dan membantu beberapa enrim pankreas. Kalsium diekskresi melalui urine dan keringat. Konsentrasi kalsium dalam tubuh diatur langsung oleh hormon paratiroid melalui proses reabsorpsi tulang. Jika kadar kalsium darah me:nurun, kelenjar paratiroid akan merangsang pembentukan hormon paratiroid yang langsung meningkatkan jumlah kalsium dalam darah.

4. Pengaturan Keseimbangan Klorida
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasea tetapi khlorida dapat ditemukan pada cairan ekstrasel dan intrasel. Fungsi klorida biasanya bersatu dengan natrium yaitu mempertahankan keseimbangan tekanan osmotik dalam darah. I-Iipokloremia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar klorida dalam darah. Sedangkan hiperkloremia merupakan kelebihan klor dalam darah. Kadar klorida yang normal dalam darah orang de;wasa adalah 95-108 mHq/ I,.

5. Pengaturan Keseimbangan Magnesium
Magnesium merupakan kation dalam tubuh yang terpenting kedua dalam cairan intrasel. Keseimbangannya diatur oleh kelenjar paratiroid. Magnesium diabsorpsi dari saluran pencernaan. Magnesium dalam tubuh dipengaruhi oleh konsentrasi kalsium. Ilipomagnesemia te°.rjadi bila konsentrasi serum turun kurang dari 1,5 mLq/ I, dan bila hipermagneaemia kadar magnesiumnya lebih dari 2,5 mEq/h.


6. Pengaturan Keseimbangan Bikarbonat
Bikarbonat merupakan elektrolit utama dalam larutan buffer (penyangga) dalam tubuh.

7. Pengaturan Keseimbangan Fosfat (POa)
Fosfat bersama-sama dengan kalsium berfungsi dalam pembentukan gigi dan tulang. Fosfat diserap dari saluran pencernaan dan dikeluarkan melalui urine.

Gangguan/Masalah Kebutuhan Cairan

1. Hipovolumi atau Dehidrasi
Kekurangan cairan ekste:rnal terjadi kare:na penurunan asupan cairan dan kelebihan pengeluaran c:airan. '1'ubuh akan merespons kekurangan c:airan tubuh dengan mengosongkan cairan vaskular. Sebagai kompensasi akibat penurunan cairan interstisial, tubuh akan mengalirkan cairan keluar sel. Pengosongan cairan ini terjadi pada pasien diare dan muntah. Ada tiga macam kekurangan volum cairan eksternal atau dehidrasi, yaitu:
a. Dehidrasi isotonik, terjadi jika kehilangan sejumlah c:airan dan elektrolitnya yang seimbang.
b. Dehidrasi hipertonik, terjadi jika kehilangan sejumlah air yang lebih banyak dari pada elektrolitnya.
c. Dehidrasi hipotonik, terjadi jika tubuh lebih banyak kehilangan elektrolitnya daripada air.

Kehilangan cairan ekstrasel yang berlebihan akan menyebabkan volume ekstrasel berkurang (hipovolume) . Yada keadaan dini, tidak terjadi perpindahan cairan daerah intrasel ke permukaan, sebab osmolaritasnya sama. .Jika terjadi kekurangan cairan ekstrasel dalam waktu yang lama, kadar urea dan nitrogen serta kreatinin meningkat dan menyebabkan terjadinya perpindahan cairan intrasel ke pembuluh darah. Kekurangan cairan dalam tubuh dapat terjadi secara lambat atau cepat dan tidak selalu cepat diketiahui. Kelebihan asupan pelarut sepcrtii protein dan klorida/natrium akan menycbabkan ekskresi atau pengeluaran urine secara berlebihan, serta berkeringat banyak dalam waktu lama dan terus-menerus. Kelainan lain yang menyebabkan kelebihan pengeluaran urine adalah adanya gangguan pada hipotalamus, kele:njar gondok dan ginjal, diare, muntah yang terus-menerus, terpasang drainage, dan lain-lain.
Macam dehidrasi (kurang volume cairan) berdasarkan derajatnya:
a. Dehidrasi Berai
  • Pengeluaran/kehilangan cairan 4-6 L.
  • Serum natrium 159-166 mhq/h.
  • Hipotensi.
  • Turgor kulit buruk.
  • Oliguria.
  • Nadi dan pernapasan meningkat.
  • Kehilangan cairan mencapai > 10% BB

b. Dehidrasi Sedang
  • Kehilangan cairan 2-4 1 atau antara 5-10% BB
  • Serum natrium 152-158 ml;q/h.
  • Mata cekung.
c. Dehidrasi Ringan dengan ciri-ciri mengalami kehilangan cairan mencapai 5% B atau 1,5-2 L.

2. Hipervolumi atau Overhidrasi
Terdapat dua manifestiasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan yaitu hipervolume (peningkatan volume darah) dan edema (kelebihan c:airan pada interstisial). Normalnya cairan interstisial tidak terikat dengan air, teaapi elastis dan hanya terdapat di antara jaringan. Keadaan hipervolumi dapat menyebabkan Pitting edema merupakan edema yang berada pada darah perife;r atau akan mencekung setelah ditekan pada daerah yang bengkak, hal ini disebabkan karena perpindahan cairan ke: jaringan melalui titik tekanan. Cairan dalam jaringan yang edema tidak digerakkan ke permukaan lain dengan penekanan jari. Nonpitting edema tidak menunjukkan tanda kelebihan cairan ekstrasel, tetapi sering karena infeksi dan trauma yang menyebabkan pengumpulan membekunya cairan pada permukaan jaringa.n. Kelebihan cairan vaskular dapat meningkatkan hidrostatik cairan dan akan menekan cairan ke permukaan interstisial, sehingga dapat menyebabkan edema anasarka (edema yang terdapat diseluruh tubuh).

Peningkatan tekanan hidrostatik yang besar dapat me:nekan sejumlah cairan hingga ke membran kapiler paru sehingga menyebabkan edema paru, dan dapat mengakibatkan kematian. Manifestasi edema paru adalah penumpukan sputum, dispnea, batuk, dan suara ronki. Keadaan edema mi disebabkan karena gagal jantung yang mengakibatkan peningkatan penekanan pada kapiler darah paru dan perpindahan cairan ke jaringan paru.

Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit

Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit, paru, dan gastrointestinal. Selain itu, pengaturan keseimbangan cairan dapat meialui sistem atau mekanisme rasa haus yang harus dikontrol oleh sistem hormonal, yakni ADH (anti diuretik hormon), sistem aldosteron, prostaglandin, dan glukokortikoid.

1. Ginjal
Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi ginjal, yakni sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam darah. pengatur keseimbangan asam-basa darah, dan ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam.

Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini, diawali oleh kemampuan bagian ginjal seperti glomerulus sebagai penyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter darah mengandung 500 c-c plasma yang mengalir melalui glomerulus, 10 persennya disaring keluar. Cairan yang tersaring (filtrat glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli renalis yang sel-selnva menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Keluaran urine yang diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron dengan rata-rata 1 ml/kg/ bb/jam.

2. Kulit
Kulit merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang terkait dengan proses pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik dengan kemanpuan mengendalikan arteriol kutan dengan cara vasodilatasi dan vasouonstriksi. Proses pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara penguapan. Jumlah keringat yang dikeluarkan tergantung pada banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit. Proses pelepasan panas lainya dilakukan melalui cara pemancaran yaitu dengan melepaskan panas ke udara sekitarnya. Cara tersebut berupa cara konduksi, yaitu pengalihan panas ke benda yang disentuh dan cara konveksi, yaitu dengan mengalirkan udara yang telah panas ke permukaan yang lebih dingin.

Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah pengendalian saraf simpatis. Melalui kelenjar keringat ini, suhu dapat diturunkan dengan cara pelepasa.n air yang jumlahnya kurang lebih setengah liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat yang dihasilkan dapat diperoleh dari aktivitas otot, suhu lingkungan, melalui kondisi tubuh yang panas.

3. Paru
Organ paru berperan dalam pengeluaran cairan dengan menghasilkan insensible water loss kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons akibat perubahan terhadap upaya kemampuan bernapas.

4. Gastrointestinal
Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan _yang berperan dalam mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi normal, cairan yang hilang dalam sistem ini sekitar 100-200 ml/ hari.

5. Sistem Endokrin
a. ADH
Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini dibentuk oleh hipotalamus yang ada di hipofisis posterior yang mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel.

b. Aldosteron
Hormon ini berfungsi pada absorbsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan konsentrasi kalium, natrium, dan sistem angiotensin renin.

c. Prostaglandin
Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berlungsi merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan pergerakan gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal.

d. Gukokortikoid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.

e. Mekanisme Rasa Haus
Mekanisrne rasa haus diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan dengan cara merangsang pelepasan renin yang dapat menimbulkan produksi angiotensin II, sehingga merangsang hipotalamus sehingga menimbulkan rasa haus.

CARA PERPINDAHAN CAIRAN
1. Difusi
Difusi merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas, atau cat padat secara bebas atau acak. Proses difusi dapat terjadi bila dua zat bercarnpur dalam sel membran. Dalam tubuh, proses difusi air, elektrolit, dan zat-zat lain terjadi melalui membran kapiler yang permeabel. Kecepatan proses difusi bervariasi tergantung pada faktor ukuran molekul, konsentrasi cairan, dan temperatur cairan.

Zat dengan molekul yang besar akan bergerak lambat dibanding rnolekul kecil. Moiekul akan lebih mudah berpindah dari larutan berkonsentrasi tinggi ke larutan berkonsentrasi rendah. Larutan dengan konsentrasi yang tinggi akan mempercepat pergerakan molekul, sehingga proses difusi berjalan lebih cepat.

2. Osmosis
Osmosis adalah proses perpindahan zat ke larutan lain melalui membran semipermeabel biasanya terjadi dari larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat ke larutan dengan konsentrasi lebih pekat. Solut adalah zat pelarut, sedang solven adalah larutannya. Air merupakan solven, sedang garam adalah solut. Proses osmosis ini penting dalam pengaturan keseimbangan cairan ekstra dan intrasel.

Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan larutan dengan menggunakan satuan mol. Natrium dalam NaCl berperan penting dalam pengaturan keseimbangan cairan dalam tubuh. Apabila ada tiga jenis larutan garam dengan kepekatan yang berbeda, dan di dalamnya di masukkan sel darah merah maka larutan yang mempunyai kepekatan sama yang akan seimbang dan berdifusi terlebih dahulu. Larutan NaCl 0,9 % merupakan larutan yang isotonik, karena larutan NaC 1 mempunyai kepekatan yang sama dengan larutan dalam sistem vaskular. Larutan isotonik merupakan larutan yang mempunyai kepekatan sama dengan larutan yang dicampur. larutan liipotonik mempunyai kepekatan lebih rendah dibanding dengan larutan intrasel.

Pada proses osmosis, dapat terjadi perpindahan larutan dengan kepekatan rendah ke larutan yang kepekatannya lebih tinggi melalui rnembran semipermeabel, sehingga larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya akan berkurang, sedangkan larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah volumenya.

3. Transpor Aktif
Proses perpindahan cairan tubuh dapat menggunakan mekanisme transpor aktif. Transpor aktif merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis. Proses ini penting untuk mempertahankan natrium dalam cairan intra dan ekstrasel.

Proses pengaturan cairan dipengaruhi oleh dua faktor yakni tekanan cairan dan membran semipermeabel.
a. Tekanan cairan. Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan. Proses osmotik juga menggunakan tekanan osmotik, yang merupakan kemampuan partikel pelarut untuk menarik larutan melalui membran. Bi1a dua larutan dengan perbedaan konsentrasi maka larutan yang mempunyai konsentrasi lebih pekat molekul intinya tidak dapat bergabung, larutan tersebut disebut: koloid. Sedangkan larutan yang mempunyai kepekatan yang sama dapat becrgabung maka larutan tersebut discbut kristaloid. Scbagai contoh, larutan kristaloid adalah larutan garam. Sedangkan koloid adalah apabila protein bercampur dengan plasma. Secara normal, perpindahan cairan menembus membran sel permeabel tidak terjadi. Prinsip tekanan osmotik ini sangat penting dalam proses pembcrian cairan intravena. Biasanya larutan yang sering digunakan dalam pemberian infus intrmuskular bersifat isotonik karena mempunvai konsentrasi yang sama dengan plasma darah. Hal ini penting untuk mencegah perpindahan cairan dan elektrolit ke dalam intrasel. larutan intravena yang hipotonik, yang larutan mempuyai konsentrasi kurang pekat disbanding dengan konsenirasi plasma darah. Hal ini menyebabkan tekanan osmotic plasma akan lebih besar dibandingkan dengan tekanan osmotik cairan interstisial, karena konsentrasi protein dalam plasma lebih besar disbanding cairan interstisial dan molekul protein lebih besar, maka akan terbentuk larutan koloid Yang sulit menembus membran semipermiabel. Tekanan hidrostatik adalah kemampuan tiap molekul larutan yang bergerak dalam ruang tertutup. Hal ini penting untuk pengaturan keseimbangan cairan ekstra dan intrasel.
b. Membran semipermiabel merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar tidak tergabung. Membran semipermiabel ini terdapat pada dinding kapiler pembuluh darah, Yang terdapat di seluruh tubuh sehingga molekul atau zat lain tidak berpindah ke jaringan.

Zat Gizi

Zat gizi (nutrient) merupakan zat gizi yang terdapat di dalam makanan, yang terdiri atas:

1. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan zat gizi yang terdapat di dalam makanan berbentuk amilum. Pembentukan amilum ini terjadi dalam mulut melalui enzim ptialin yang ada dalam air ludah. Amilum diubah menjadi maltosa, kemudian diteruskan kedalam lambung. Dari lambung, hidrat arang dikirim terus ke usus dua belas jari, dan sisa amilum yang belum diubah menjadi maltosa oleh amilase pankreas ini diubah seluruhnya menjadi maltosa. Usus halus mengeluarkan getah pankreas hidrat arang, yaitu enzim maltase yang bertugas mengubah maltosa menjadi dua molekul glukosa dan sukrosa menjadi fruktosa dan glukosa. Sedangkan enzim laktase bertugas mengubah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa.

Penyerapan karbohidrat yang dikonsumsi/dimakan ditemukan dalam tiga bentuk, yaitu polisakarida, disakarida, dan monosakarida. Disakarida dan monosakarida mempunyai sifat mudah larut di dalam air, sehingga dapat diserap melewati dinding usus/mukosa usus mengikuti hukum difusi, osmosis dan tidak memerlukan tenaga serta langsung memasuki pembuluh darah.

2. Lemak
Pencernaan lemak dimulai dalam lambung, karena dalam mulut tidak ada enzim pemecah lemak. Lambung mengeluarkan enzim lipase untuk mengubah sebagian kecil lemak menjadi asam lemak dan gliserin, kemudian diangkut melalui getah bening dan selanjutnya masuk ke dalam peredaran darah untuk kemudian tiba di hati. Sintesis, kembali terjadi di dalam saluran getah bening yang mengubah lemak menjadi seperti aslinya.

Penyerapan lemak dalam bentuk gliserol dan asam lemak, gliserol diserap dengan cara pasif dan asam lemak yang teremulsi ini mampu diserap melewati dinding usus halus dan tidak semua lemak dapat diserap oleh karena itu penyerapan lemak dikatakan dengan cara aktif selektif.

3. Protein
Kelenjar ludah dalam mulut tidak membuat enzim proteeasee. Enzim protease terdapat dalam lambung yaitu berupa pepsin yang mengubah protein menjadi albuminosa dan pepton untuk selanjutnya diubah menjadi asam amino dan diserap ole:h dinding usus.

Dalam usus dua belas jari terdapat enzim tripsin yang berasal dari pankreas yang berfungsi mengubah sisa protein yang belum sempurna diubah menjadi albuminosa dan pepton.

4. Mineral
Mineral tidak membutuhkan pencernaan. Mineral hadir dalam bentuk tertentu sehingga tubuh mudah untuk memprosesnya. Umumnya, mineral diserap dengan mudah melalui dinding usus halus secara difusi pasif maupun transpor aktif. Mekanisme transpor aktif terjadi jika kebutuhan tubuh me:ningkat atau diet yang rendah kadar mineralnya. Mekanisme transpor aktif ini diatur oleh hormon.

5. Vitamin
Proses penyerapan vitamin dapat dilakukan dengan difusi sederhana. Vitamin yang larut dalam lemak diserap oleh sistem transpor aktif yang membawa lemak ke scluruh tubuh, sedang vitamin yang larut dalam air mempunyai beberapa variasi mekanisme transpor aktif.

6. Air
Air merupakan zat gizi yang paling mendasar. Tubuh manusia terdiri atas kira-kira 50%-70% air. Asupan air secara teratur sangat penting dibandingkan dengan asupan nutrisi lain.
Bayi memiliki proporsi air yang lebih besar dari pada orang dewasa. Semakin tua umur seseorang, maka proporsi air tubuhnya semakin berkurang. Pada orang dewasa asupan cairan air berkisar antara 1200-1500 cc: perhari, walaupun sering dianjurkan 1900 cc sebagai batas optimum. Selain itu, air dapat masuk ke tubuh melalui makanan lain berkisar antara 500-900 cc: perhari. Di samping itu juga dapat diperoleh dari hasil akhir proses oksidasi. Kebutuhan air akan makin meningkat jika terjadi peningkatan kehilangan air misalnya berkeringat, muntah, diare, atau adanya gejala dehidrasi.

Saluran Pencernaan

1. Mulut
Mulut merupakan bagian awal dari saluran pencernaan yang terdiri atas dua bagain luar (vestibula), yaitu ruang di antara gusi, gigi, bibir, pipi, dan bagian terdiri atas rongga mulut. Di dalam mulut, makanan mengalami mekanis melalui proses mengunyah dengan cara menghancurkan makanan sampai merata dengan bantuan enzim amilase yang akan memecah amilum menjadi maltosa.

Proses mengunyah ini merupakan kegiatan yang terkoordinasi antara lidah, gigi dan otot-otot mengunyah. Di dalam mulut juga terdapat kelenjar saliva yang menghasillian saliva untuk proses pencernaan dengan cara mencerna hidrat arang khususnya amilase untuk melicinkan bolus sehingga mudah ditelan.

2. Faring dan Esofagus
Faring merupakan bagian saluran pencernaan yang terletak di belakang mulut, dan laring. Faring berbentuk kerucut dengan bagian terlebar di bagian atas yang berjalan hingga vetebra servikal keenam. Faring langsung berhubungan dengan esofagus, sebuah tabung yang memiliki otot dengan panjang kurang lebih 20-25 cm yang terletak di belakang trakea dan di depan tulang punggung kemudian masuk melalui toraks menembus diafragma yang berhubungan langsung dengan abdomen dan menyambung dengan lambung.

Esofagus merupakan bagian yang menghantarkan makanan dari faring menuju lambung, bentuknya seperti silinder yang berongga dengan panjang 2 cm. Kudua ujungnya dilindungi oleh sfingter. Sfingter bagian atas dalam keadaan normal selalu tertutup kecuali bila ada makanan masuk ke dalam lambung. Keadaan ini bertujuan untuk mencegah gerakan balik ke organ bagian atas yaitu esofagus. Proses penghantaran makanan dilakukan dengan kerja peristaltik.

3. Lambung
Lambung merupakan bagian saluran pencernaan yang terdiri atas bagian atlas (disebut fundus), bagian utama dan bagian bawah yang horizontal disebut antram pilorik. Lambung ini berhubungan langsung dengan esofagus melalui orilisium atau kardia dan dengan duodenum melalui orifisium pilorik. Lambung terletak di bawah diafragma dan di depan pankreas.
Lambung memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Fungsi motoris adalah menampung makanan, memecah makanan menjadi partikel kecil dan meneampurnya dengan asam lambung.
b. Fungsi sekresi dan pencernaan adalah untuk mensekresi pepsin dan HCl yang akan memeeah protein menjadi pepton.

4. Usus Halus
Usus halus merupakan tabung berlipat-lipat dengan panjang kurang lebih 2,5 m dalam keadaan hidup. Kemudian akan bertambah panjang menjadi kurang lebih 6 m pada orang yang telah meninggal akibat relaksasi otot yang telah kehilangan tonusnya. Usus halus terletak di daerah umbilikus dan dikelilingi oleh usus besar.
Usus halus terdiri atas tiga bagian, yaitu duodenum dengan panjang kurang lebih 2,5 cm, jejunum dengan panjang kurang lebih 2 m dan ileum panjang kurang lebih 1 m atau 3/5 akhir dari usus. Lapisan dinding dalam usus halus mengandung berjuta-juta vili kira-kir-a 4-5 juta yang membentuk mukosa menyerupai beludru. Pada permukaan setiap vili terdapat tonjolan yang menyerupai jari-jari disebut mikrovili. Vili bersama-sama dengan mikrovili dan vaivula kaniventes menambah luasnya permukaan sekresi dan absorpsi serta menghalangi agar isinya tidak terlalu cepat berjalan sehingga absorpsi lebih banyak terjadi.

Pada dinding usus halus khususnya mukosa, terdapat beberapa nodula jaringan limfa yang disebut kelenjar soliter, berfungsi sebagai perlindungan terhadap infeksi. Di dalam ileum nodula ini membentuk tumpukan kelenjar terdiri atas 20-30 kelenjar soliter.

Fungsi usus halus pada umumnya adalah meneerna aan mengabsorpsi chyme dari lambung, sebagai tempat pengabsorpsian makanan, zat makanan yang telah halus akan diabsorpsi di dalam usus halus yaitu pada duodenum dan disini terjadi absorpsi besi, kalsium dengan bantuan vitamin D, vitamin A, D, E, dan K dengan bantuan empedu dan asam folat.

5. Usus Besar
Usus besar atau disebut juga sebagai kolon adalah sambungan dari usus halus yang dimulai dari katup ileokolik atau ileosaekal yang merupakan tempat lewatnya makanan. Usus besar memiliki panjang kurang lebih 1,5 meter. Kolon terbagi atas asenden, transversum, desenden, dan sigmoid, dan berakhir di rektum yang panjangnya kira--kira 10 em dari usus besar, dimulai dari kolon sigmoideus dan berakhir pada saluran anal. Tempat kolon asenden membentuk belokan tajam di abdomen atas bagian bagian kanan disebut fleksura hepatis, sedangkan terrapat knlor transversum membentuk belokan tajam di abdomen atau bagian kiri disebut fleksura lienalis.

Fungsi utama usus besar adalah mengabsorpsi air (kurang Iebih 90%), elektrolit, vitamin dan sedikit glukosa. Kapasitas ansorbsi air kurang lebih 5000 cc/hari, kemudian flora yang terdapat dalam usus besar berfungsi untuk menyintesis vitamin K dan B serta memungkinkan pembusukan sisa-sisa makanan.

Proses Oksigenasi

Proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi di dalam tubuh terdiri at as tiga tahapan, yaitu ventilasi, difusi, dan transportasi.
1. Ventilasi
Proses ini merupakan proscs keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer ke dalem alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Adanya perbedaan twkanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat, maka twkanan udara semakin rendah. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah, maka tempat tekanan udara semakin tinggi.
b. Adanya kemampuan toraks dan paru pada alveoli dalam melaksanakan ekspansi atau kembang kempis.
c. Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas berbagai otot polos yang kcrjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf otonom. Terjadinya rangsangan simpatis dapat mc:nycbabkan relaksasi schingga dapat terjadi vasodilatasi, kcmudian kerja saraf parasimpatis dapat mcnycbabkan kontriksi schingga dapat mcnvebabkan vasokontriksi atau proses penyempitan.
d. Adanya rcflcks batuk dan muntah.
e. Adanva peran mukus siliaris scbagai pcnangkal benda asing yang mengandung interveron dan dapat rnengikat virus. Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah contpliemce recoil. Complience yaitu kemampuan paru untuk mengembang yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu adanya surfaktan pada lapisan alveoli vang berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan dan adanva sisa udara yang menyebabkan tidak terjadinya kolaps dan gangguan toraks. Surfaktan diproduksi saat terjadi peregangan sel alveoli, dan disekresi saat pasien menarik napas, sedangkan recoil adalah kemampuan untuk mengeluarkan CO2 atau kontraksi menyempitnya paru. Apabila contplience baik akan tetapi recoil terganggu maka CO2 tidak dapat di keluar secara maksimal.

Pusat pernapasan yaitu medulla oblongata dan pons dapat memengaruhi proses ventilasi, karena CO2 memiliki kemampuan merangsang pusat pernapasan. Peningkatan CO, dalam batas 60 mmHg dapat dengan baik merangsang pusat pernapasan dan bila paCO, kurang dari sama dengan 80 mmHg maka dapat menyebabkan depresi pusat pernapasan.
2. Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru dan CO, di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Luasnya permukaan paru.
b. Tebal membran respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial keduanya ini dapat memengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan.
c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi O„ hal ini dapat terjadi sebagaimana O, dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan O, dalam rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O, da1am darah vena pulmonalis, (masuk dalam darah secara berdifusi) dan paCOJ dalam arteri pulmonalis juga akan berdifusi ke dalam alveoli.
d. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat Hb.

3. Transportasi Gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian antara O2 kapile;r ke jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, akan berikatan dengan Hb membentuk Oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%), sedangkan C02 akan berikatan dengan Hb membentuk karbominohemoglobin (30%), dan larut dalam plasma (50%), dan sebagian menjadi HC03 berada pada darah (65%).
Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranva:
a. Kardiak output yang dapat dinilai melalui isi sekuncup dan frekuensi denyut jantung.
b. Kondisi pembuluh darah, latihan, dan lain-lain.

Faktor-faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Oksigenasi
1. Saraf Otonomik
Pada rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonom dapat memengaruhi kemampuan untuk dilatasi dan konstriksi. Hal ini dapat terlihat baik oleh simpatis maupun parasimpatis ketika terjadi rangsangan, ujung saraf dapat mengeluarkan neurotransmiter (untuk simpatis dapat mengeluarkan noradrenalin yang berpengaruh pada bronkodilatasi dan untuk parasimpatis mengeluarkan asetilkolin yang berpengaruh pada bronkokonstriksi) karena pada saluran pernapasan terdapat resoptor adrenergik dan reseptor kolinergik.

2. Hormonal dan Obat
Semua hormon termasuk derivat katekolamin dapat, melebarkan saluran pernapasan. Obat yang tergolong parasimpatis dapat melebarkan saluran napas, seperti sulfas atropin, ekstrak Belladona dan obat yang menghambat adrenergik tipe beta (khususnya beta-2) dapat mempersempit saluran napas (bronkokontriksi), seperti obat yang tergolong beta bloker nonselektif.

3. Alergi pada Saluran Napas
Baktor yang menimbulkan keadaan alergi, antara lain debu yang terdapat di dalam hawa pernapasan, bulu binatang, serbuk benangsari bunga, kapuk, makanan, dan lain-lain. lni menyebabkan bersin. Apahila ada rangsangan di daerah nasal, batuk apabila di saluran napas bagian atas, dan bronkokontriksi terjadi pada asma bronkial, dan jika terletak saluran napes bagian bawah menyebabkan rhinitis.

4. Faktor Perkembangan
Tahap perkembangan anak dapat memengaruhi jumlah kebutuhan oksigenasi, mengingat usia organ dalam tubuh seiring dengan usia perkembangan anak. Hal ini dapat terlihat pada bayi usia prematur, yaitu adanya kecenderungannya kurang pembentukan surfaktan. Demikian juga setelah anak tumbuh menjadi dewasa kemampuan kematangan organ seiring dengan bertambahnva usia.

5. Faktor Lingkungan
Kondisi lingkungan dapat memengaruhi kebutuhan oksigen seperti faktor alergi, ketinggian, maupun suhu. Kondisi tersebut memengaruhi kemampuan adaptasi.

6. Faktor Perilaku
Perilaku yang dimaksud adalah perilaku dalam mengkonsumsi makanan (status nutrisi), seperti orang obesitas dapat memengaruhi dalam proses pengembangan paru, kemudian perilaku aktivitas yang dapat mempengaruhi proses peningkatan kebutuhan oksigenasi, perilaku merokok dapat menyebabkan proses penyempitan pada pembuluh darah, dan lain-lain.

Gangguan/Masalah Kebutuhan Oksigenasi
1. Hipoksia
Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat defisiensi oksigen atau peningkatan penggunaan oksigen di tingkat sel, tanda yang muncul seperti kulit kebiruan (sianosis). Secara umum, terjadinya hipoksia ini disebabkan karena menurunnya kadar Hb menurunnya difusi O, dari alveoli ke dalam darah, menurunnya perfusi jaringan, atau gangguan ventilasi yang dapat menurunkan konsentrasi oksigen.

2. Perubahan Pola Pernapasan
a. Tachypnea merupakan pernapasan yang memiliki frekuensi melebihi 24 kali per menit. Proses ini terjadi karena paru dalam keadaan atelektaksis atau terjadi emboli.
b. Bradypnea merupakan pola pernapasan yang ditandai dengan pola lambat, kurang lebih 10 kali permenit. Pola ini dapat ditemukan dalam keadaan peningkatan tekanan intrakranial yang disertai dengan konsumsi obat-obatan narkotika atau sedatif.
c. Hiperventilasi merupakan cara tubuh dalam mengompensasi peningkatan jumlah oksigen dalam paru agar pernapasan lebih cepat dan dalam. Proses ini ditandai dengan adanya peningkatan denyut nadi, napas pendek, adanya nyeri dada, menurunnya konsentrasi CO2 dan lain-lain. Keadaan demikian dapat disebabkan karena adanya infeksi, ketidakseimbangan asam-basa atau gangguan psikologis. Apabila pasien mengalami hiperventilasi dapat menyebabkan hipokapnea, yaitu berkurangnya CO, tubuh di bawah batas normal, sehingga rangsangan terhadap pusat pernapasan menurun.
d. Kusmaul merupakan pola pernapasan cepat dan dangkal yang dapat ditemukan pada orang dalam keadaan asidosis metaholik.
e. Hipoventilasi merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan karbondioksida dengan cukup yang dilakukan pada saat ventilasi alveolar, serta tidak cukupnya dalam penggunaan oksigen dengan ditandai adanya nyeri kepala, penurunan kesadaran, disorientasi atau ketidakseimbangan eletktrolit yang dapat terjadi akibat atelektasis, otot-otot pernapasan lumpuh, depresi pusat pernapasan, tahanan jalan udara pernapasan meningkat, tahanan jaringan paru dan toraks menurun, compliance paru, dan toraks menurun. Keadaan demikian dapat menyebabkan hiperkapnea yaitu retensi CO2 dalam tubuh sehingga paCO2 meningkat (akibat hipoventilasi) akhirnya menyebabkan depresi susunan saraf pusat.
f. Dispnea merupakan perasaan sesak dan berat: saat pernapasan. lial ini dapat disebabkan oleh perubahan kadar gas dalam darah/jaringan, kerja berat/berlebihan, dan pengaruh psikis.
g. Orthopnea merupakan keesulitan bernapas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri dan pola ini sering, ditemukan pada seseorang yang mengalami kongestif paru.
h. Cheyne stokes merupakan siklus pernapasan yang amplitudonya mulamula naik kemudian menurun dan berhenti dan kemudian mulai dari siklus baru.
i. Pernapasan paradoksial merupakan pernapasan di mana dinding paru bergerak berlawanan arah dari keadaan normal. Sering ditemukan pada keadaan atelektaksis.
j. Biot merupakan pernapasan dengan irama yang mirip dengan cheyne stokes akan tetapi amplitudonya tidak teratur. Pola ini sering dijumpai pada rangsangan selaput otak, tekanan intrakranial yang meningkat, trauma kepala, dan lain-lain.
k. Stridor merupakan pernapasan bising yang terjadi karena pe;nyempitan pada saluran pernapasan. Pada umumnya ditemukan pada kasus spasme trakea, atau obstruksi laring.

3. Obstruksi Jalan Napas
Obstruksi jalan napas merupakan suatu kondisi individu mengalami ancaman pada kondisi pernapasannya terkait dengan ketidakmampuan batuk secara efektif, yang dapat disebabkan oleh sekresi yang kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi, imobilisasi, stasis sekresi dan batuk tidak efektif karena penyakit persarafan seperti CV/1 (cerebro vaskular accident), akibat. efek pengobatan sedatif, dan lain-lain.

Tanda Klinis:
a. Batuk tidak efektif atau tidak ada.
b. Tidak mampu mengeluarkan sekresi di jalan napas.
c. Suara napas menunjukkan adanya sumbatan.
d. Jumlah, irama, dan kedalaman pernapasan tidak normal.

4. Pertukaran Gas
Pertukaran gas merupakan suatu kondisiindividu mengalami penurunan gas baik oksigen maupun karbon dioksida antara alveoli paru dan sistem vaskular, dapat disebabkan oleh sekresi yang kental atau imobilisasi akibat penyakit sistem saraf, depresi susunan saraf pusat, atau penyakit radang pada paru. '1`erjadinya gangguan pertukaran gas ini menunjukkan penurunan kapasitas difusi Yang antara lain disebabkan oleh menurunnYa luas pcrmukaan difusi, menebalnya membran alveolar kapiler, rasio ventilasi perfusi tidak baik dan dapat menyebabkan pengangkutan Cy, dari paru ke jaringan terganggu, anemia dengan segala macam bentuknya, keracunan CO2„ dan terganggunya aliran darah.

Tanda Klinis:
a. Dispnea pada usaha napas.
b. Napas dengan bibir pada fase ekspirasi yang panjang.
c. Agitasi.
d. Lelah, letargi.
e. Meningkatnya tahanan vaskular paru.
f. Menurunnya saturasi oksigen, meningkatnya paCO2
g. Sianosis.



Konsep Kebutuhan Dasar Manusia

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow dalam Teori Hierarki.

Kebutuhan menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri (Potter dan Patricia, 1997).

Ciri Kebutuhan Dasar Manusia
Manusia memiliki kebutuhan dasar yang bersifat heterogen. Setiap orang pada dasarnya memiliki kebutuhan yang sama, akan tetapi karena budaya, maka kebutuhan tersebutpun ikut berbeda. Dalam memenuhi kebutuhan manusia menyesuaikan diri dengan prioritas yang ada. Lalu jika gagal memenuhi kebutuhannya, manusia akan berpikir lebih keras dan bergera untuk berusaha mendapatkannya.
Faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Dasar Manusia
Kebutuhan dasar manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor berikut :
1. Penyakit. Adanya penyakit dalam tubuh dapat menyebabkan perubahan pemenuhan pemenuhan kebutuhan, baik secara fisiologis maupun psikologis, karena beberapa fungsi organ tubuh memerlukan pemenuhan besar dari biasanya.
2. Hubungan Keluarga. Hubungan keluarga yang baik dapat meningkatan pemenuhan kebutuhan dasar karena adanya saling percaya, merasakan kesenangan hidup, tidak ada rasa curiga, dan lain-lain.
3. Konsep Diri. Konsep diri manusia memiliki peran dalam pemenuhan kebutuhan dasar. Konsep diri yang positif memberikan makna dan keutuhan (wholeness) bagi seseorang. Konsep diri yang sehat menghasilkan perasaan positif terhadap diri. Orang yang merasa positif tentang dirinya akan mudah berubah, mudah mengenali kebutuhan dan mengembangkan cara hidup yang sehat, sehingga mudah memenuhi kebutuhan.
4. Tahap Perkembangan. Sejalan dengan meningkatnya usia manusia mengalami perkembangan. Setiap tahap perkembangan tersebut memiliki kebutuhan yang berbeda, baik kebutuhan biologis, psikologis, sosial maupun spiritual, mengingat berbagai fungsi organ tubuh mengalami proses kematangan dengan aktivitas yang berbeda untuk setiap tahap perkembangan.

Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Abraham Maslow
Abraham Maslow membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam lima tingkat berikut:
1. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling dasar, antara lain pemenuhan oksigen dan pertukaran gas, kebutuhan cairan (minuman), nutrisi (makanan), eliminasi, istirahat dan tidur, aktivitas, keseimbangan suhu tubuh, dan seksual.
2. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan dibagi menjadi perlindungan fisik dan perlindungan psikologis.
a. Perlindungan fisik meliputi perlindungan atas ancaman terhadap tubuh atau hidup seperti penyakit, kecelakaan, bahaya dari lingkungan dan sebagainya.
b. Perlindungan psikologis, yaitu perlindungan atas ancaman dari pengalaman yang baru dan asing. Misalnya, kekhawatiran yang dialami seseorang ketika masuk sekolah pertama kali, karena merasa terancam oleh keharusan untuk berinteraksi dengan orang lain dan sebagainya
3. Kebutuhan rasa cinta, yaitu kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki, antara lain memberi dan menerima kasih sayang, kehangatan, persahabatan, mendapat tempat dalam keluarga, kelompok sosial, dan sebagainya.
4. Kebutuhan akan harga diri maupun perasaan dihargai oleh orang lain. Kebutuhan ini terkait, dengan keinginan untuk mendapatkan kekuatan, meraih prestasi, rasa percaya diri dan kemerdekaan diri. Selain itu, orang juga memerlukan pengakuan dari orang lain.
5. Kebutuhan aktualiasasi diri merupakan kebutuhan tertinggi dalam hierarki Maslow, berupa kebutuhan untuk berkontribusi pada orang lain/lingkungan serta mencapai potensi diri sepenuhnya.

Fans Page