Ads 468x60px

27 April, 2011

Buku-Buku Kebidanan

Mengatasi Ruam Popok


Warna  kemerahan  merupakan  tanda  awal  terjadinya  ruam  popok,  cukup dengan melakukan langkah pencegahan, biasanya ruam popok dapat sembuh sendiri. Dapat ditambahkan krim pelindung kulit khusus bayi yang mengandung zinc oxide atau petroleum untuk mencegah kontak dengan urin dan feses.Gantilah popok dengan popok sekali pakai yang mengandung gel berdaya serap tinggi (superbasorbent gelling material) dan hindarkan penggunaan yang terlalu kencang. Untuk sementara, hindari penggunaan tisu basah (baby wipes) karena dapat menambah  iritasi pada area popok, lebih  baik gunakan air dan sabun. Jika tidak sembuh juga, curigai kemungkinan adanya infeksi jamur atau bakteri dan penyakit lain.

Penanganan Ruam Popok
Banyak  sekali macam gangguan masalah kulit pada bayi gangguan kulit pada bayi  biasanya  disebabkan  banyak  hal,  misalnya  :  terjadinya  ruam  popok  akibat pemakaian popok yang menimbulkan merah pada kulit bayi. Ruam popok ini kerap menjadi masalah pada bayi baru lahir.
  1. Jika menggunakan popok dari kain, sebaiknya haruslah terbuat dari bahan katun yang lembut. Janganlah terlalu ketat menggunakan diaper, hal ini agar kulit bayi tidak tergeser.
  2.  Sebaiknya perhatikanlah daya tampung dari diaper itu. Jika telah menggelembung atau menggantung, sebaiknya segeralah tukar dengan yang baru
  3. Cobalah menghindari pemakaian diaper yang terlalu sering. Gunakanlah diaper disaat-saat yang membutuhkan sekali.
  4. Janganlah ada sisa urine/kotoran saat membersihkan kulit bayi karena kulit yang tidak bersih akan sangat mudah mengalami ruam popok.
  5. Jangan lupa menggunakan sabun jika kulit  bayi yang tertutup diaper terdapat merah dan kasar.


Berbagai Obat Atasi Ruam Popok
  1. Kategori obat:  pelindung  kulit.  Dalam  kategori  ini  adalah obat-obat  yang aman dan  dijual  bebas memiliki cara kerja melindungi kulit. Misalnya obat oles yang mengandung  seng oksida (zinc oxide), bekerja sebagai antiseptik, menyejukkan  kulit,  dan  mempercepat  penyembuhan,  juga  petrolatum atau lanolin yang menahan air dalam kulit dan mencegah iritasi.
  2. Kategori obat: Anti jamur, Dipakai   bila   dicurigai   ada   infeksi   jamur   atau   telah   terbukti   dengan pemeriksaan  laboratorium. Biasanya yang digunakan adalah krim atau salep nistatin, klotrimazol, atau econazole nitrat, bekerja mematikan dan mencegah pertumbuhan jamur lebih lanjut.
  3.  Kategori Obat: Steroid Topikal (dioleskan di kulit) Bekerja mengurangi peradangan. Misalnya  obat yang mengandun hidrokortison. Penggunaannya perlu hati-hati karena efek sampingnya. Dapat diserap tubuh  jika dipakai berlebihan dan justru dapat  memperparah ruam popok jika ternyata disertai oleh infeksi jamur atau bakteri.
  4.  Kategori Obat : Antibiotika Topikal. digunakan untuk mengobati ruam popok yang terinfeksi bakteri.


Perawatan Perianal


Perawatan pada daerah yang tertutup popok sangat penting dilakukan

1.  Ganti Popok Usai Mengompol
Ruam kulit bisa timbul karena popok yang basah. Segera ganti popoknya begitu ia kencing. Kalau si kecil menggunakan diapers, sering-seringlah memeriksanya. Jangan  sampai  membiarkan  genangan  air  seni  atau  tinja  di  dalam  diapers. Sebaiknya ganti   diapers 3-4  jam sekali. Kecuali jika ia buang air besar, harus langsung diganti.

2.  Kulit Senantiasa Kering
Usahakan kulit bayi dalam keadaan kering. Jika ia baru mengompol, segera basuh dengan  air  menggunakan  waslap.  Keringkan  dengan  kain  yang  lembut  atau dengan cara   menepuk-nepuknya. Bila perlu olesi salep kulit atau krim di daerah lipatan leher, ketiak, paha, dan pantat. Tak perlu menambahkan bedak karena tidak cocok untuk menangani ruam popok. Salep kulit/krim ini bisa mengurangi rasa gatal dan merah-merah  yang timbul. Sebaiknya, beli berdasar resep dokter atau produk yang sudah  dianjurkan dokter.

3.  Pakai Sabun Khusus
Gunakan  sabun  khusus  yang  tidak  menimbulkan  iritasi  pada  kulit.  Hindari pemakaian sabun pada daerah yang terkena peradangan.

4.  Longgarkan Popok
Jangan mengikat popok terlalu kuat. Hindari juga penggunaan popok/celana yang terbuat dari plastik, karet, nilon, atau bahan lain yang tidak menyerap cairan.

5.  Beri Udara Bebas
Sesekali biarkan daerah alat kelamin terkena udara bebas. Untuk beberapa saat lamanya (biasanya setelah mandi), biarkan si kecil tanpa celana.

Konsep Senam Nifas


Pengertian senam nifas
Senam nifas adalah gerakan untuk mengembalikan otot perut yang kendur karena peregangan selama hamil. Tak ada yang perlu dikhawatirkan dalam melakukan latihan ini jika timbul rasa nyeri sebaiknya dilakukan perlahan tapi jangan tidak melakukannya sama sekali. Senam ini dilakukan sejak hari setelah melahirkan hingga hari kesepuluh, dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara bertahap yang dimulai dari tahap yang paling sederhana hingga yang dengan mengulang gerakan (Hariningsih, 2004). Senam nifas adalah senam yang dilakukan untuk mengembalikan kekendoran otot dinding perut dan mengembalikan kekencangan otot dasar panggul dan otot liang senggama (Mochtar, Rustam, 1998, hlm. 229).

Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari pertama melahirkan setiap hari sampai  hari yang kesepuluh. Tentu saja senam ini dilakukan pada saat sang ibu benar-benar pulih (Muhammad Taufik, 2008). Setelah persalinan seorang ibu baru memasuki masa pemulihannya dan perlahan kembali kekondisi semula, tindakan tirah baring dan senam pasca persalinan membantu proses fisiologis ini  secara perlahan. Senam nifas adalah untuk mempertahankan dan untuk  meningkatkan sirkulasi ibu  pada  masa post  partum segera ketika ia  mungkin beresiko mengalami trombosis vena atau  komplikasi  sirkulasi lain (Eileen Brayshaw, 2007).

Manfaat senam nifas
Adapun beberapa manfaat senam nifas adalah :
  1. Memperbaiki elastisitas otot-otot yang telah mengalami penguluran. 
  2. Meningkatkan ketenangan dan mempelancar sirkulasi darah.
  3. Mencegah pembuluh darah menonjol, terutama di kaki. 
  4. Menghindari pembengkakan pada pergelangan kaki. 
  5. Mencegah kesulitan buang air besar dan buang air kecil. f. Mengembalikan rahim pada posisi semula
  6. Mempertahankan postur tubuh yang baik. 
  7. Mengembalikan kerampingan tubuh.
  8. Membantu kelancaran pengeluaran ASI (Huliana,Mellyana, 2003) 
  9. Manfaat  senam  nifas  adalah  untuk  membantu  memperbaiki  sirkulasi  darah, memperbaiki sikap tubuh dan  punggung setelah melahirkan, memperbaiki otot tonus, pelvis,  dan  perenggangan  otot  abdomen  atau   disebut  juga  pasca  persalinan  dan memperbaiki juga memperkuat otot panggul (Muhammad Taufik, 2008)

Umumnya, wanita yang habis melahirkan kerap mengeluhkan bentuk tubuhnya yang  melar.   Meski  harusnya  dimaklumi,  akibat  membesarnya  otot  rahim  karena pembesaran sel maupun pembesaran ukurannya selama hamil. Selain otot perut pun jadi memanjang sesuai pertumbuhan kehamilan. Setelah melahirkan, otot-otot tersebut akan mengendur. Belum lagi kondisi tubuh yang  kurang prima lantaran letih dan tegang. Sementara peredaran  darah  dan  pernapasan  belum  kembali  normal.  Hingga  untuk membantu mengembalikan tubuh ke bentuk dan kondisi semula, tak bisa lain harus dengan latihan senam nifas yang teratur .

Manfaat lain senam nifas juga untuk mengencangkan otot perut, liang sanggama, otot-otot   sekitar   vagina  maupun  otot-otot  dasar  panggul,  disamping  melancarkan sirkulasi  darah.  Senam   nifas  sebaiknya  dilakukan  dalam  waktu  24  jam  setelah melahirkan,  lalu  secara teratur  setiap  hari.  Sayangnya,  para  ibu  kerap  merasa takut melakukan gerakan demi gerakan setelah persalinan.  Padahal 6 jam setelah persalinan normal atau 8 jam setelah operasi sesar, ibu sudah boleh melakukan  mobilisasi dini, termasuk  senam  nifas.  Dengan  melakukan  senam  nifas  segera  mungkin,  hasil  yang didapat  pun diharapkan  bisa optimal.  Tentunya  lakukan secara bertahap  (Khasanah,2008).

Dengan melakukan senam nifas, kondisi umum ibu jadi lebih baik. Rehabilitasi atau pemulihan jadi bisa lebih cepat, contohnya kemungkinan terkena infeksi pun kecil karena sirkulasi darahnya bagus. Selain menumbuhkan atau memperbaiki nafsu makan, hingga  asupan makannya bisa mencukupi kebutuhannya. Paling tidak, dengan melakukan senam nifas, ibu tak terlihat lesu ataupun emosional.

Bentuk latihan senam antara ibu yang habis melahirkan normal dengan yang sesar tidaklah  sama. Pada mereka yang sesar, beberapa jam setelah keluar dari kamar operasi, pernapasanlah yang  dilatih guna mempercepat penyembuhan luka. Sementara latihan untuk mengencangkan otot perut dan melancarkan sirkulasi darah di tungkai baru dilakukan  2-3  hari  setelah  ibu  dapat  bangun  dari  tempat  tidur.  Sedangkan  pada persalinan normal, bila keadaan ibu cukup baik, semua gerakan senam bisa dilakukan.
Secara umum melahirkan adalah peristiwa berdurasi panjang, yang berarti bahwa ibu mungkin merasa lelah dan sakit serta sistem reproduksinya akan memerlukan waktu untuk pulih dari melahirkan itu sendiri (Helen, Varney, 2003)

Cara dan metode senam nifas
Umumnya, para ibu post  partum takut melakukan banyak gerakan. Sang  ibu biasanya khawatir gerakan-gerakan yang dilakukannya akan menimbulkan dampak yang tidak  diinginkan.  Padahal,  apabila  ibu  bersalin  melakukan  ambulasi  dini,  itu  bisa memperlancar terjadinya proses  involusi uteri (kembalinya rahim ke bentuk semula). Salah satu aktivitas yang dianjurkan untuk dilakukan para ibu setelah persalinan adalah senam nifas. Senam ini dilakukan sejak hari pertama  setelah melahirkan hingga hari kesepuluh. Dalam  pelaksanannya,  harus  dilakukan  secara  bertahap,  sistematis,  dan kontinyu.   Tujuan   senam   nifas ini  di  antaranya memperbaiki sirkulasi darah, memperbaiki sikap tubuh setelah hamil dan melahirkan, memperbaiki tonus otot pelvis, memperbaiki regangan otot abdomen atau perut setelah hamil, memperbaiki regangan otot tungkai bawah, dan  meningkatkan kesadaran untuk melakukan relaksasi otot-otot dasar panggul.

Ada beberapa cara senam nifas :
a.   Asuhan senam nifas atau latihan fisik:
1)  Mengajarkan latihan ringan tertentu yang membantu memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar panggul.
2)  Menjelaskan  pentingnya  pengembalian  otot-otot  perut  dan  panggul kembali  normal.  Ibu  akan  merasa  telah  kuat  dan  menyebabkan  otot perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung. Jelaskan  bahwa latihan atau senam  beberapa  menit  setiap  hari sangat membantu, seperti:
a)  Latihan pernapasan dan otot perut: 
(1) Dengan tidur telentang
(2) Lengan disamping
(3) Menarik otot selagi menarik nafas
(4) Tahan napas kedalam dan angkat dagu ke dada; tahan 1 hitungan sampai 5

b)  Latihan memperkuat tonus otot vagina (latihan kegel)
(1) Kerutkan  otot  vagina  dan  anus  seperti  menahan  kencing  dan buang air besar dan tahan sampai hitungan 5.
(2) Kendurkan dan ulangi latihan sebanyak 5 kali.
(3) Mulai dengan menggerakkan 5 kali latihan untuk setiap gerakan, setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak.
(4) Pada minggu ke 6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali.

b.   Menurut Mellyna Huliana :
  1. Pakaian dilonggarkan, tidur telentang dengan satu bantal kedua lutut lurus dan tangan disamping badan.
  2. Letakkan kedua telapak tangan diatas perut, yaitu di sekitar pusat sebagai perangsang.
  3. Tidur telentang dengan satu bantal, kedua lutut dibengkokkan setengah tinggi dan telapak kaki rata pada kasur.
  4. Tidur telentang dengan satu bantal, kedua lutut dibengkokkan setengah tinggi, lurus dan dirapatkan. Tangan terentang di samping dengan bahu lurus.
  5. Duduk tegak berdiri, kedua tangan saling berpegangan pada lengan bawah dekat siku. Angkat siku sejajar dengan bahu.
  6.  Berdiri dengan kedua tangan di belakang punggung.
  7. Tidur terlentang tanpa bantal dan tangan di samping  badan, kerutkan pantat,  kempeskan perut sehingga bahu menekan kasur, ulurkan leher dan lepaskan.
  8. Posisi duduk atau berdiri, kedua tangan diletakkan di atas sendi bahu.
  9. Berdiri dengan kaki sedikit direnggangkan. (Mellyna, Huliana, 2003)


Menurut Biro Hukum Dan Humas Dep.Kes. RI, latihan senam nifas terdiri dari :
  1. Latihan menarik nafas.Bantal kecil diletakkan dibawah bahu dengan kedua tangan dibawah kepala, wanita menarik nafas panjang dan pelan-pelan.
  2. Berulang-ulang  mengangkat dan menurunkan tungkai, untuk memperkuat otot-otot perut.
  3. Mengangkat tungkai untuk kemudian secara pelan-pelan menurunkannya.
  4. Mengangkat kepala dan bahu untuk memperkuat tonus otot-otot perut.
  5. Bangun dari sikap berbaring ke sikap duduk dengan meluruskan kedua lengan.
  6. Bangun dari sikap berbaring ke sikap duduk dengan menarik kedua tangan dibelakang  kepala (Biro Hukum Dan Humas Dep.Kes. RI, 1997)

Latihan senam post partum harus dilakukan sesegera mungkin. Ibu harus mulai  dengan  latihan  senam  yang  sederhana  kemudian  dilanjutkan  dengan gerakan yang lebih berat, yang dijelaskan dalam bentuk lampiran.
(Bobak, 2002, hlm. 533).

Pengganti Air Susu Ibu (PASI)


Pengertian PASI 
Pengganti Air Susu Ibu (PASI) adalah makanan bayi yang secara tunggal dapat memenuhi kebutuhan gizi serta pertumbuhan dan perkembangan bayi sampai berumur antara 4 dan 6 bulan (Soetjiningsih, 1997 : 182).

Cara menentukan bayi siap diberi PASI 
  1. Bayi berusia 4-6 bulan mulai menunjukkan kesiapan untuk makan dengan mulai tumbuhnya gigi, dapat duduk, menjangkau barang yang dilihat dan memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya. 
  2. Pada usia 6 bulan lambung bayi telah siap untuk mencerna makanan padat. 
  3. Bila berat badan bayi tidak bertambah berarti bayi tidak tumbuh maka ia perlu mendapat makanan pendamping ASI. 
  4. Dari data KMS terlihat adanya kurva mendatar yang menunjukkan bahwa bayi memerlukan makanan pendamping ASI. 
  5. Terdapat adanya penurunan produksi ASI yang kurang mencukupi kebutuhan bayi dan mengganggu pertumbuhannya sehingga diperlukan adanya makanan pendamping ASI (Utami Roesli : 2001)

Keadaan yang mengharuskan ibu menggantikan ASI kepada bayi atau anaknya antara lain : 
  1. Air susu ibu (ASI) tidak keluar 
  2. Ibu meninggal sewaktu melahirkan atau waktu bayi masih  memerlukan ASI. 
  3. ASI keluar te tapi jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan bayi 
  4. ASI keluar tetapi ibu tidak dapat terus menerus menyusui bayinya karena ibu berada di luar rumah (bekerja di kantor, kebun atau tugas lainnya). (Notoatmodjo, 2007 : 249)

Manfaat PASI 
Manfaat PASI menurut Depkes (1993), adalah : 
  1. Melengkapi zat gizi ASI yang sudah berkurang. 
  2. Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam-macam makanan dengan berbagai rasa dan bentuk.
  3. Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan. 
  4. Mencoba adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi tinggi. 

Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum mengganti ASI dengan PASI 
  1. Ibu harus mengetahui susu buatan yang cocok dengan anaknya 
  2. Ibu hendaknya  menguasai cara  menyiapkan dan memberikan  minuman buatan yang baik. 
  3. Ibu  juga harus mengetahui cara membersihkan dan mensterilkan alat-alat untuk membuat minuman buatan untuk mencegah kontaminasi. 
  4. Tersedianya cukup air bersih untuk membuat minuman buatan dan  membersihkan peralatan. (Depkes RI., 1993 : 31)

Macam-macam minuman Buatan 
  1. Menurut rasa, misalya manis yaitu susu sapi yang diencerkan sendiri seperti : SG, S26, Alminron, Meiji manis, Morigana manis, Isomil, Enfamil, Vitalac dan lainnya. Rasa asam seperti Camelpo 2, Eledon, Dumex, Cap Bendera asam. Susu buatan rasa asam lebih tahan terhadap kontaminasi dari pada susu buatan manis. 
  2. Menurut pH cairan : yaitu susu yang disamakan dengan ASI (acidified, non acidulated) contohnya seperti susu buatan manis. 
  3. Menurut kandungan nutrien : seperti rendah laktosa, misalnya Almiron, Isomil, Sobee, rendah lemak seperti : Eledon yang terdiri dari lemak Carbo (C 8 – 10 = Middle Triglycerides atau MCT) misalnya Protagen, yang diberikan terutama pada bayi yang dengan berat badan yang rendah. 
  4. Menurut sumber protein, ada yang dibuat dari kacang kedelai, misalnya sobee, isomil, umumnya diberikan sebagai makanan tambahan pada bayi yang alergi terhadap susu sapi. 
  5. Juga pembagian berdasarkan penggolongna komposisi nutrien yaitu : Adapted formula yang mempunyai komposisi nutrien serupa ASI, contohnya vitalac, S26, Nutrilon. Untuk susu yang complate formula seperti formula lain yang mengandung lengkap nutrien contohnya : SGM, Laktogen,Enfamil, Morigana)

Jenis makanan pendamping ASI yang dapat diberikan diantaranya adalah sebagai berikut : 
  1. Buah-buahan yang dihaluskan atau dalam bentuk sari buah, misalnya : pisang ambon, pepaya, jeruk manis, tomat dan lainnya. 
  2. Makanan lunak dan lembek seperti bubur susu dan nasi tim.


Hal-Hal yang Mempengaruhi Produksi ASI


Makanan ibu 
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan ibu, apabila makanan ibu secara teratur dan cukup mengandung gizi yang diperlukan akan mempengaruhi produksi ASI, karena kelenjar pembuat ASI tidak dapat bekerja dengan sempurna tanpa makanan yang cukup. 
Untuk membantu memproduksi ASI yang baik, makanan ibu harus memenuhi jumlah kalori, protein, lemak dan vitamin serta mineral yang cukup, selain itu ibu dianjurkan minum lebih banyak kira-kira 8 – 12 gelas sehari. 

Ketenangan jiwa dan pikiran 
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu yang selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan berbagai bentuk ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan tidak terjadi produksi ASI. Ibu yang sedang menyusuipun jangan terlalu banyak dibebani oleh urusan pekerjaan rumah tangga, urusan kantor dan lainnya karena hal inipun dapat mempengaruhi produksi ASI. Untuk memproduksi ASI yang baik harus dapat keadaan yang tenang 

Penggunaan alat kontrasepsi 
Pada ibu yang menyusui bayinya penggunaan alat kontrasepsi hendaknya diperhatikan karena pemakaian kontrasepsi yang tidak tepat dapat mempengaruhi produkasi ASI. 

Perawatan payudara 
Perawatan payudara sebaiknya telah dimulai pada masa kehamilan dan pada saat menyusui. 
Untuk ibu yang mempunyai masalah puting susu misalnya puting susu masuk ke dalam atau datar, perawatannya dilakukan pada kehamilan 3 bulan sedangkan apabila tidak ada masalah perawatan dilakukan mulai kehamilan 6 bulan sampai menyusui. (Depkes RI, 1993)

Cara Menyusui yang Baik dan Benar


Posisi Menyusui yang Baik 
  1. Ibu harus duduk atau berbaring dengan santai 
  2. Pikiran ibu dalam keadaan tenang (tidak tegang) 
  3. Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala 
  4. Upayakan wajah bayi menghadap kepala ibu 
  5. Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara ibu 
  6. Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu, telinga bayi akan berada dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi 
  7. Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara mendorong pantat bayi dengan ibu dengan dalam (Soetjiningsih, 1997:86). 

Langkah-langkah Menyusui yang Benar 
  1. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting dan di sekitar kalang payudara. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembapan puting susu. 
  2. Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara 
  3. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di bawah, jangan menekan puting susu atau kalang payudaranya saja. 
  4. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflex) 
  5. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dan puting serta kalang payudara dimasukkan ke mulut bayi. 
  6. Melepas isapan bayi 
  7. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan di sekitar kalang payudara; biarkan kering dengan sendirinya. 
  8. Menyendawakan bayi (Sotjiningsih, 1997:86).

Cara Pengamatan Teknik Menyusui yang Benar 
Teknik menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Untuk mengetahui bayi telah menyusu dengan teknik yagn benar, dapat dilihat : 
1) Bayi tampak tenang 
2) Badan bayi menempel pada perut ibu 
3) Mulut bayi terbuka lebar 
4) Dagu menempel pada  payudara ibu 
5) Sebagian besar kalang payudara masuk ke dalam mulut bayi 
6) Bayi tampak menghisap kuat dengan  irama perlahan 
7) Puting susu ibu tidak terasa nyeri 
8) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus 
9) Kepala tidak menengadah 
(Sotjiningsih, 1997:87).

Hal-hal yang Diperhatikan Pada menyusui Bayi 
a. Susuilah bayi segera setelah lahir 
b. Lakukan rawat gabung 
c. Berilah bayi ASI saja pada bulan pertama dan kedua 
d. Ibu yang menyusui sebaiknya makan makanan yang bergizi tinggi dan minum kurang lebih 8 – 12 gelas 
e. Ibu harus istirahat yang cukup 
f. Susuilah bayi dengan santai dan penuh kasih sayang 
g. Jagalah kebersihan, gunakan pakaian yang longgar dan tidak kaku, serta gunakan BH khusus untuk menyusui. (Depkes RI, 1993:24) 

APN (Asuhan Persalinan Normal)


1.  Pengertian APN
Asuhan Persalinan Normal adalah : asuhan persalinan yang bersih dan aman dari setiap tahap persalinan dan upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pascapersalinan dan hipotermia serta asfiksia bayi baru lahir (JNPK, 2007).

Pergeseran Paradigma
Fokus utama persalinan normal adalah : persalinan bersih dan aman serta mencegah  terjadinya  komplikasi,  hal  ini  merupakan  pergeseran  paradigma  dari menunggu  terjadinya dan  kemudian  menangani  komplikasi,  menjadi pencegahan komplikasi. Hal ini terbukti mampu  mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir.

Tujuan APN adalah ;
Menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan  bayinya, melalui   upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal  mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan (optimal).

Langkah Asuhan Persalinan Normal
a.   Melihat tanda dan gejala kala dua
  1. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran
  2. Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan/atau vaginanya.
  3. Perineum menonjol
  4. Vulva-vagina dan sfingter anal membuka. 

b.   Menyiapkan pertolongan persalinan
  1. Memastikan perlengkapan,bahan dan obat-obatan esensial siap digunakan.
  2. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.
  3. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.
  4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci kedua tangan dengan  sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih.
  5. Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.
  6. Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai sarung  tangan   disinfeksi  tingkat  tinggi atau steril) dan meletakkan kembali di partus set/wadah  disinfeksi tingkat  tinggi atau steril tanpa mengkontaminasi tabung suntik).

 c.   Memastikan pembukaan lengkap dengan janin baik
  1. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke  belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air disinfeksi  tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang.  Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar.  Mengganti sarung tangan  jika  terkontaminasi  (meletakkan  kedua  sarung  tangan  tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminasi).
  2. Dengan  menggunakan  teknik  aseptik,  melakukan  pemeriksaan  dalam untuk memastikan  bahwa  pembukaan  serviks  sudah  lengkap,  (bila selaput  ketuban  belum  pecah,  sedangkan  pembukaan  sudah  lengkap, lakuka n amniotomi).
  3. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih  memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan  klorin 0,5% selama 10 menit.
  4. Mencuci kedua tangan (seperti di atas)
  5. Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal ( 100 – 180 kali / menit ).
  • Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
  • Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semu hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.
 d.  Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan meneran
  1. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.
  2. Membantu ibuberada dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya. 
  • Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
  • Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai  dengan  pedoman  persalinan  aktif  dan  mendokumentasikan temuan-temuan.
  • Menjelaskan  kepada  anggota  keluarga  bagaimana  mereka  dapat mendukung   dan  memberi  semangat  kepada  ibu  saat  ibu  mulai meneran.

3)  Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu utuk meneran. (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman).
4)  Melakukan pimpinan meneran saat Ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran :
  • Membimbing  ibu  untuk  meneran  saat  ibu  mempunyai  keinganan untuk meneran
  • Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.
  • Membantu  ibu  mengambil  posisi  yang  nyaman  sesuai  pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang)
  • Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
  • Menganjurkan  keluarga  untuk  mendukung  dan  memberi  semangat pada ibu.
  • Menganjurkan asupan cairan per oral.
  • Menilai DJJ setiap lima menit.
  • Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera dalam waktu  120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau 60/menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk segera.

5)  Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran
  • Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang   aman.   Jika   ibu   belum   ingin meneran dalam 60 menit, menganjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi- kontraksi tersebut dan beristirahat di antara kontraksi.
  • Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.

e.   Persiapan pertolongan kelahiran bayi
  1. Jika  kepala  bayi  telah  membuka  vulva  dengan  diameter  5-6  cm, meletakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
  2. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu.
  3. Membuka partus set.
  4. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan
f. Menolong kelahiran bayi
1)  Lahirnya kepala
a)  Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kelapa bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi,  membiarkan kepala keluar perlahan- lahan. 
2) Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernapas cepat saat kepala lahir.
(a)  Jika ada mekonium dalam cairan ketuban, segera hisap mulut dan hidung   setelah  kepala  lahir  menggunakan  penghisap  lendir DeLee  disinfeksi  tingkat  tinggi  atau  steril  atau  bola  karet penghisap yang baru dan bersih.
b)  Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain atau kasa yang bersih.
c)  Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal  itu  terjadi,  dan kemudian  meneruskan segera proses kelahiran bayi:
(a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.
(b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua tempat dan memotongnya.
d)  Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.

2)  Lahirnya bahu
a)  Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan kearah keluar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.

3)  Lahir badan dan tungkai
4)  Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum tangan, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke  tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat  melewati  perineum, gunakan lengan bagian bawah  untuk  menyangga  tubuh  bayi  saat   dilahirkan.  Menggunakan tangan  anterior  (bagian  atas)  untuk  mengendalikan  siku  dan  tangan anterior bayi saat keduanya lahir.
5)  Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior) dari  punggung  ke arah kaki bayi untuk  menyangganya saat panggung dari kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati- hati membantu kelahiran kaki.

g. Penanganan bayi baru lahir
  1. Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi  kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan).
  2. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian pusat.
  3. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan  urutan  pada  tali  pusat  mulai  dari  klem  ke  arah  ibu  dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu).
  4. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.
  5. Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat  terbuka.  Jika  bayi   mengalami  kesulitan  bernapas,  mengambil tindakan yang sesuai.
  6. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.

h.  Penanganan bayi baru lahir
1) Oksitosin
a)  Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
b)  Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
c)  Dalam  waktu  2  menit  setelah  kelahiran  bayi,  memberikan  suntikan oksitosin 10  unit IM di 1/3 paha kanan atas ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.

2)  Penegangan tali pusat terkendali
a) Memindahkan klem pada tali pusat
b) Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas tulang  pubis,  dan  menggunakan  tangan  ini  untuk  melakukan  palpasi kontraksi  dan  menstabilkan  uterus.  Memegang  tali  pusat  dan  klem dengan tangan yang lain.
c) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke arah  bawah  pada  tali  pusat  dengan  lembut.  Lakukan  tekanan  yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus ke  arah  atas   dan  belakang  (dorso  kranial)  dengan  hati-hati  untuk membantu mencegah terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah  30  –  40  detik,   menghentikan  penegangan  tali  pusat  dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai.
(a)  Jika  uterus tidak  berkontraksi,  meminta  ibu  atau  seorang  anggota keluarga untuk melakukan rangsangan puting susu.

3)  Mengeluarkan plasenta
a)  Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurve jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.
(a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5 – 10 cm dari vulva.
b)  Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15 menit :
(a) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.
(b) Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu.
(c) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
(d) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya. (e) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran bayi.
c) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan  menggunakan  kedua  tangan.  Memegang  plasenta  dengan  dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput  ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.
d)  Jika selaput  ketuban robek,  memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari  tangan atau klem atau forseps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selaput yang tertinggal.

4).  Pemijatan Uterus
a)  Segera setelah  plasenta dan  selaput  ketuban  lahir,  melakukan  masase uterus,  meletakkan  telapak  tangan  di  fundus  dan  melakukan  masase dengan  gerakan  melingkar  dengan  lembut  hingga  uterus  berkontraksi (fundus menjadi keras).

i.   Menilai perdarahan
1)  Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.
a)  Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selama 15 detik mengambil tindakan yang sesuai.
2)  Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

j.   Melakukan prosedur pasca persalinan
1) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.
Mengevaluasi perdarahan persalinan vagina.
 2)  Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5 %,  membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat  tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.
3)  Menempatkan  klem  tali  pusat  disinfeksi  tingkat  tinggi  atau  steril  atau mengikatkan  tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.
4)  Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang berseberangan dengan simpul mati yang pertama.
5)  Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin 0,5 %.
6)  Menyelimuti  kembali  bayi  dan  menutupi  bagian  kepalanya.  Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.
7)  Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI. 

k.  Evaluasi
1) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam :
a)  2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.
b)  Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan. 
c)  Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.
d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melaksanakan perawatan yang sesuai  untuk   menatalaksana  atonia  uteri.Jika  ditemukan  laserasi  yang memerlukan  penjahitan,  lakukan  penjahitan  dengan  anestesia  lokal  dan menggunakan teknik yang sesuai.
2)  Mengajarkan pada  ibu/keluarga  bagaimana  melakukan  masase uterus dan memeriksa kontraksi uterus.
 3) Mengevaluasi kehilangan darah.
4)  Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama satu  jam  pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.
5) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama pasca persalinan.
6)  Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal. l.   Kebersihan dan keamanan
1)  Menempatkan   semua   peralatan   di   dalam   larutan   klorin   0,5%   untuk dekontaminasi   (10 menit). Mencuci   dan membilas   peralatan setelah dekontaminasi.
2)  Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai.
3)  Membersihkan  ibu  dengan  menggunakan  air  disinfeksi  tingkat  tinggi. Membersihkan cairan ketuban,  lendir dan darah.  Membantu ibu  memakai pakaian yang bersih dan kering.
4)  Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.
Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan.
5)  Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.
6)  Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama  10 menit.
 7) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

m.   Dokumentasi
Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang)

Posisi Hubungan Seksual Selama Hamil


Kehamilan bukan berarti tidak dapat melakukan hububan seks, tetapi saat kehamilan   membesar  perlu  memilih  memilih  hubungan  seks  yang  aman. Prinsipnya  ibu  hamil   tetap   bisa  melakukan  hubungan  suami  istri  selama kehamilan, dengan alasan secara medis  dan atas saran dari dokter untuk tidak melakukan hubungan seks. Pada saat kehamilan sudah semakin membesar maka perut pun akan semakin membesar dan saat itu perlu melakukan dan  mencari posisi seks yang nyaman saat melakukan hubungan seks (Suryoprajogo, 2008).
  1. Posisi misionaris, Pria menindih wanita dari atas dan saling berhadapan. Posisi ini masih bisa digunakan pada trimester pertama dan kedua. Tetapi si pria harus menahan berat badannya agar tidak menekan perut si istri.
  2.  Saling berhadapan, istri diatas, suami berbaring telentang, sedangkan istri setengah jongkok diatasnya dan membantu memasukkan kemaluan dengan lengan, atau duduk diatas pangkal paha   suami.   Suami   berbaring   mengangkat   tubuh  dengn   lengan,   atau melingkarkan  tangan  disekeliling  pinggang  istri.  Posisi  ini  yang  paling nyaman untuk  ibu  hamil,  karena perut  istri  terhindar  dari tekanan badan suami dan istri dapat mengontrol seberapa dalam penis berpenetrasi ke dalam vagina, sehingga mengurangi iritasi pada servik.
  3. Posisi penetrasi dari belakang, wanita  menahan  berat  badannya  dengan  kedua  tangan,  tapi  tangan  dan payudaranya  diletakkan di pinggir tempat tidur dan lututnya dialasi dengan bantal. Pria berlutut di lantai yang memungkinkannya mengontrol dalamnya penetrasi dengan dengan baik. Posisi ini akan lebih nyaman pada bulan-bulan terakhir kehamilan.
  4. Posisi duduk, suami duduk  di kursi atau  tepi tempat  tidur,  memangku  istri dan saling berhadapan, kemaluan suami di dalam vagina istri, lengan saling memangkul. Posisi ini bisaanya pada  kehamilan pertengahan atau  lanjut dimana tidak memerlukan  banyak  gerakan  dan   wanita  dapat  mengontrol  kedalaman penetrasi.
  5. Posisi berlutut atau berdiri, dengan agak melipat lutu, suami dapat memasukkan penis dari belakang istri melingkarkan  lengannya  pada  leher  suami  dan  melingkarkan  kaki  suami antara kedua pahanya. Posisi ini juga sesuai untuk dilakukan pada saat perut anda sudah besar, atau anda tidak dapat berperan aktif lagi selama bercinta.


Cara untuk Mempertahankan Hubungan Seksual Selama Hamil


Menurut  Einberg  (2006),  hubungan  seksual  yang  baik  dan tahan lama  seperti hubungan pernikahan yang dan tahan lama, tidak akan bisa dibangun  dalam  satu  hari  (atau  satu  malam  yang  sangat  indah  sekalipun). Hubungan   ini   tumbuh   bersamaan   dengan   pengalaman,   kesabaran,   saling pengertian, dan cinta. Begitu pula dengan hubungan seksual selama kehamilan yang mengalami banyak tekanan fisik dan emosional. Berikut ini beberapa cara untuk mempertahankan hubungan seksual kehamilan yaitu :
  1. Jangan  tergantung  dari keharusan  dan  berapa  seringnya  anda  melakuka n hubungan  seksual. Kualitas dari hubungan seksual jauh lebih penting dari pada jumlahnya, terutama selama hamil.
  2. Lebih menekankan cinta dari pada permainan cinta. Bila salah satu pasangan tidak ingin  melakukan hubungan seksual atau hubungan ini menimbulkan frustasi karena tidak memuaskan, maka temukan cara lain untuk mempertahankan keintiman, misalnya berciuman atau mencium leher, berpegangan tangan, mengusap punggung, memijat kaki, membagi minuman susu di tempat tidur, menonton TV.
  3. Bicarakan  setiap   masalah  secara   terbuka,   jangan  disembunyikan  atau dianggap tidak ada. Bila masalahnya terlalu besar untuk anda tangani sendiri, mintalah bantuan keluarga atau bantuan professional.
  4. Berpikir secara positif, hubungan seksual adalah persiapan fisik yang baik untuk persalinan.
  5. Mencoba posisi berhubungan seksual yang nyaman selama kehamilan.
  6. Bila dokter anda melarang hubungan seksual selama kehamilan, tanyakan apakah  orgasme  diperbolehkan  (melalui  masturbasi  mutual).  Anda  masih dapat menikmati hubungan seksual ini dengan tidak mencapai klimaks. Bila anda tidak diperbolehkan mengalami orgasme, setidaknya anda mendapatkan kepuasan dari memberikan kepuasan kepada pasangan anda.


Efek Kondisi Kehamilan terhadap Seksual pada Setiap Trismester


1. Trimester Pertama
Kondisi Fisik dan Emosi Calon Ibu:
Pada  trimester  pertama,  kemungkinan  akan  mengalami  beberapa gejala di bawah ini. Akan tetapi perlu diingat bahwa tidak semua calon ibu merasakan gejala yang sama. Ada yang mengalami seluruh gejala tetapi ada juga yang sama sekali tidak merasakan satu gejala tetapi ada juga yang sama sekali tidak merasakan satu gejala pun. Kehamilan setiap wanita berbeda dan memiliki   karakteristik   masing-masing sesuai   dengan   kondisi   sebelum kehamilan.
  1. Mual, dengan atau tanpa muntah, di pagi, malam, atau sepanjang hari. 
  2. Produksi air ludah meningkat.
  3. Tubuh mudah lelah dan mengantuk.
  4. Payudara membengkak, puting tegang, nyeri jika disentuh atau diraba. 
  5. Mulut terasa pahit.
  6. Sering buang air kecil.
  7. Perut terasa panas, kembung, dan mengalami gangguan pencernaan. 
  8. Menginginkan atau menolak makanan tertentu (ngidam).
  9. Sembelit
  10. Sakait kepala atau pusing.
  11. Mengalami  perasaan  tidak  biasa,  seperti  tidak  suka  melihat  seuami, sensitif pada bau-bauan tertentu, malas berdandan, selalu ingin tidur, dan lain-lain.
  12. Suasana hati cepat berubah, kadang gembira, kadang cenderung cengeng. m).  Sering  merasa  cemas  terhadap  kehamilan,  misalnya  takut  keguguran, takut janin terluka, dan lain-lain.

Efek terhadap Berhubungan Seksual
Meskipun   terdapat   bermacam-macam   variasi   dari   masing-masing pasangan, pola ketertarikan seksual pada trimester pertama kehamilan terjadi penurunan  minat  terhadap  seks.  Survei  mengatakan  bahwa  54%  wanita mengalami penurunan libido pada trimester pertama. Semua   gejala yang dialami calon ibu   pada trimester pertama membuatnya merasa seolah bukan pasangan ideal bagi suami. Rasa mual membuat  calon  ibu  merasa tidak  bergairah  melakukan apa  pun termasuk berhubungan  seks.   Mulut   yang  pahit  membuat  calon  ibu  tidak  ingin berciuman dengan pasangan.  Selain  itu, payudara yang  membengkak dan terasa nyeri jika disentuh membuat ibu  enggan diraba. Bahkan, yang lebih parah,  sensitive  terhadap  bau-bauan  dan  rasa  benci  terhadap  pasangan membuat  calon  ibu  tidak  mau  tidur  sekamar  apalagi  berhubungan  seks. Ketakutan akan menyakiti janin juga menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan keinginan untuk bermesraan menghilang.

Akan tetapi, pada wanita yang kehamilan trimester pertamanya sangat nyaman,   hasrat  seksual  yang  muncul  kemungkinan  sama  atau  bahkan meningkat dengan kondisi sebelum kehamilan terjadi. Sebagian kecil wanita bahkan  merasakan  perubahan  yang  sangat  signifikan  terhadap  kehidupan seksualnya.  Hal  tersebut  sering  kali  disebabkan  oleh  hormon  pada  awal kehamilan yang membuat organ vulva lebih sensitif dan payudara yang lebih berisi sehingga meningkatkan kepekaan terhadap sentuhan. Pada  saat  ini, orgasme bahkan multiorgasme bukan tidak mungkin dapat terjadi.

2.  Trimester Kedua
Kondisi Fisik dan Emosi Calon Ibu
Beberapa gejala yang umumnya dirasakan oleh calon ibu pada trimester kedua  di antaranya :
  1.  Pergerakan janin yang mulai terasa.
  2. Rasa mual dan muntah yang mulai berkurang dan perlahan menghilang.
  3. Vagina mengeluarkan cairan berwarna putih susu, encer, dan tidak berbau yang   lazim   disebut leukorhea.   Ini   normal   terjadi   karena   adanya peningkatan hormon selama kehamilan.
  4. Nafsu makan mulai meningkat.
  5. Payudara tidak lagi nyeri.
  6. Produksi hormon progesteron meningkat.
  7. Pinggul  dan  payudara   lebih   berisi  berkat   hormon  kehamilan  dan pertambahan berat badan. Areola dan puting susu berwarna lebih gelap, rambut dan kulit semakin mengilap dan bercahaya.
  8. Suasana  hati  jauh  lebih  baik,  meskipun  terkadang  rasa  sensitif  dan suasana hati masih mudah berubah.
  9. Mulai merasa percaya diri dengan kehamilannya.

Efek terhadap Hubungan Seksual
Meski tidak selalu, minat untuk berhubungan seks umumnya mulai meningkat pada trimester kedua ini. Pada masa ini, secara fisik dan psikologi Anda  dan  pasangan  sudah  lebih  dapat  menyesuaikan  diri  pada  berbagai perubahan yang terjadi karena kehamilan. Tubuh  calon  ibu  yang  telah  dapat  menerima  dan  terbiasa  dengan kondisi  kehamilan  membuatnya  dapat  menikmati  aktivitas  dengan  lebih leluasa daripada kondisi kehamilan di trimester pertama. Mual, muntah dan segala rasa tidak enak biasanya sudah jauh berkurang dan tubuh terasa lebih nyaman. Selain itu, pada masa ini kehamilan juga belum terlalu besar serta memberatkan seperti pada trimester ketiga dan suasana hati yang jauh lebih baik dari trimester pertama  membuat gairah lebih meningkat.

Pada trimester kedua ini dapat terasa jauh lebih menyenangkan. Hal ini dikarenakan meningkatnya hormon estrogen dan volume darah di tubuh sehingga lebih  banyak darah yang mengalir ke panggul dan organ kelamin. Anda pun akan lebih  mudah  mengalami orgasme. Seperti pada  beberapa wanita yang sudah mengalaminya pada  trimester pertama, umumnya pada trimester  kedua  ini  sebagian  besar  wanita  mengalami  pembesaran  bibir vagina  dan  klitoris  sehingga  ujung-ujung  saraf  menjadi  semakin  sensitif. Akan tetapi, banyaknya aliran darah ke vagina juga menyebabkan perubahan suasana vagina. Lubrikasi yang terjadi memang memudahkan penetrasi tetapi jika terlalu licin dapat membuat penis sulit mempertahankan ereksi.

Bagi para suami, di masa ini pasangan mereka terlihat lebih menarik dibanding sebelumnya. Kepercayaan diri yang meningkat membuat calon ibu terlihat  lebih  cantik,   ditunjang  dengan  kulit  dan  rambut  yang  semakin bercahaya karena pengaruh hormon kehamilan. Namun, ada juga suami yang mengalami  penurunan  gairah  karena  khawatir   berhubungan  intim  dapat mengganggu kesehatan ibu hamil atau janin, perasaan cemas  bakal segera menjadi  ayah,  atau  bahkan  perasaan  tidak  enak  karena  merasa  si  janin menyaksikan acara bercinta tersebut.

3. Trimester Ketiga
Kondisi Fisik dan Emosi Calon Ibu
Mendekati  masa  persalinan,  kemungkinan  ibu  hamil  masih  akan mengalami berbagai gejala seperti trimester sebelumnya. Akan tetapi, saat ini akan lebih terfokus pada tanda-tanda lain yang berkaitan dengan persalinan. Bayangan akan hadirnya makhluk mungil dalam pelukan akan mengaburkan gejala yang biasanya masih dirasakan pada  trimester terakhir ini. Berikut ini merupakan gejala yang pada umumnya dirasakan pada penghujung kehamilan. Gejala pada setiap wanita berbeda sesuai dengan kondisi masing- masing.
  1. Gerakan janin jauh lebih kuat dibanding sebelumnya, sering kali lebih aktif di malam hari.
  2. Perut semakin buncit, kaki bengkak, dan wajah sembab.
  3. Semakin mudah lelah dan napas pendek.
  4. Kram kaki, terutama di malam hari.
  5. Kulit perut terasa gatal, pusar menonjol. 
  6. Kemungkinan mengalami varises.
  7. Kelenjar susu mulai aktif, ASI menetes jika payudara dirangsang.
  8. Sering buang air kecil.
  9. Kadang kala terjadi kontraksi palsu (braxton hicks contractions).
  10. Sulit tidur .

2). Efek Terhadap Hubungan Seksual
Saat  persalinan  semakin  dekat,  umumnya  hasrat  libido  kembali menurun, terkadang bahkan lebih drastis dibandingkan dengan saat trimester pertama. Perut yang  kian membesar membatasi gerakan dan posisi nyaman saat  berhubungan  intim.  Rasa   nyaman  sudah  jauh  berkurang.  Pegal  di punggung dan pinggul, tubuh  bertambah berat  dengan cepat, napas lebih sesak (karena  besarnya janin  mendesak  dada dan lambung),  dan kembali merasa mual menyebabkan menurunnya minat seksual. Selain itu, perut yang besar, kaki  bengkak, dan wajah sembap membuat calon ibu merasa tidak enak dipandang lagi di  mata pasangan. Perasaan itu pun semakin kuat jika suami juga enggan untuk berhubungan seks, meski hal itu sebenarnya karena ia merasa tidak tega atau khawatir melukai calon ibu dan janin.

Selain hal fisik, turunnya libido juga berkaitan dengan kecemasan dan kekhawatiran yang meningkat menjelang persalinan. Secara medis, sebenarnya tidak  ada  yang  perlu  dirisaukan  jika kehamilan tidak  disertai faktor  penyulit,  dengan  kata  lain,  kehamilan  sedang  dalam  kondisi  yang sehat. Namun demikian, satu hal yang wajar pula apabila saat ini frekuensi bercinta tidak sesering pada trimester kedua. Hubungan seks sebaiknya lebih diutamakan  untuk  menjaga  kedekatan  emosional  daripada  rekreasi  fisik karena pada trimester terakhir ini, dapat terjadi  kontraksi kuat pada wanita hamil yang diakibatkan karena orgasme.
Hal tersebut dapat berlangsung biasanya sekira 30 menit hingga terasa tidak nyaman. Jika kontraksi berlangsung lebih lama, menyakitkan, menjadi lebih  kuat,  atau  ada  ada  indikasi  lain  yang  menandakan  bahwa  proses kelahiran  akan  mulai,  sebaiknya  kunjungi  dokter  segera.  Menurun  atau meningkatnya  keinginan  untuk  berhubungan  seksual dengan  pasangan  di masa ini bukanlah hal yang perlu dipermasalahkan karena  hal penting yang perlu disadari ialah bahwa antara masa pembuahan dan kelahiran,  bercinta bisa menjadi dimensi yang baru dan sangat menyenangkan (Suryoprajogo,2008).


Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Hubungan Seks Selama Hamil


Menurut Eisenberg (2006, hlm. 308), banyak sekali perubahan fisik dan psikilogis yang mempengaruhi gairah dan kenikmatan seksual, baik yang bersifat positif maupun negatif. Namun untuk beberapa faktor yang membuat pasangan harus membiasakan diri dengan keadaan tersebut, yaitu:

a.  Kondisi fisik
  1. Mual dan muntah (pada waktu hamil muda), bila serangan mual hanya terjadi pada  pada waktu-waktu tertentu, gunakanlah saat waktu tenang untuk berhubungan seksual. Haln itu akan menghilang di akhir trimester pertama.
  2. Keletihan  biasanya  terjadi  pada  bulan  keempat,  dapat  mempengaruhi hasrat untuk   bercinta. Hal ini dapat diatasi dengan tidur siang diselingi acara bercinta dengan pasangan anda.
  3. Perubahan  bentuk  fisik  tubuh,  perut  buncit,  kaki  bengkak  dan  wajah sembab.   Bercinta  pada  waktu  hamil  dapat  menjadi  kaku  dan  tidak nyaman karena terhalang dengan perut  yang membesar. Bentuk tubuh wanita   yang   berubah   dapat   membuat   pasangannya   menjadi   tidak bergairah. Anda harus dapat  mengatasi perasaan ini dengan mengatakan pada diri sendiri bahwa besar itu indah.
  4. Menyempitnya  genital  dapat  menyebabkan  seks  kurang  memuaskan (terutama pada waktu hamil tua), karena terasa penuh pada vagina setelah orgasme sehingga membuat  wanita merasa seolah tidak puas. Bagi pria, menyempitnya alat kelamin wanita dapat meningkatkan kenikmatan atau mengurangi gairahnya karena penis terasa terjepit  sehingga kehilangan ereksinya.
  5. Kebocoran  kolostrum.  Pada  akhir  kehamilan  beberapa  wanita  mulai memproduksi   kolostrum.  Kolostrum  ini  dapat  bocor  karena  adanya rangsangan seksual payudara.
  6. Perubahan pada cairan vagina, bertambahnya pelicin ini dapat membuat hubungan  seksual  menjadi  lebih  nikmat  bagi  pasangan  yang  cairan vaginanya  kering  atau  terlalu  sempit.  Tetapai dapat  membuat  saluran vagina menjadi terlalu basah dan  licin  sehingga pasangan prianya sulit untuk mempertahankan ereksi.
  7. Perdarahan   yang   disebabkan  oleh  kepekaan   leher   rahim.   Selama kehamilan leher rahim menjadi sempit dan lebih lunak. Ini berarti bahwa penetrasi yang dalam kadang-kadang menyebabkan perdarahan, terutama pada kehamilan tua (Eisenberg, 2006, hlm. 308-310).

 b.  Kodisi Psiko logis
  1. Takut  menyakiti janin  atau  menyebabkan keguguran.  Pada kehamilan yang  normal  hubungan  seksual  tidak  akan  menyebabkan  keguguran karena janin terlindung dari bantalan amnion dan rahim.
  2. Takut  bahwa  orgasme  akan  merangsang  terjadinya  keguguran  atau persalinan  dini.  Pada  saat  orgasme  uterus  akan  mengalami  kontraksi tetapi ini bukan tanda  persalinan dan tidak menimbulkan bahaya pada kehamilan normal. Tapi orgasme yang kuat yang ditimbulkan masturbasi dilarang   pada   kehamilan   beresiko   tinggi   terhadap   keguguran   dan kelahiran premature.
  3. Takut terjadi infeksi pada saat penis masuk ke dalam vagina. Apabila suami tidak memiliki penyakit menular seksual, tidak ada bahaya infeksi bagi  ibu  dan  janin  melalui  hubungan  seksual  selama  kehamilan,  asal kantong   amnion   tetap   utuh.   Untuk   pencegahan   infeksi,   pasangan dianjurkan untuk menggunakan kondom selama hubungan seksual.
  4. Kecemasan akan peristiwa persalinan yang akan datang. Calon ibu dan ayah dapat mengalami perasaan yang bercampur aduk dalam menghadapi peristiwa persalinan,  pemikiran tentang tanggung jawab dan perubahan cara hidup yang akan datang dan  biaya emosional membesarkan anak, semua ini dapat menghambat hubungan cinta. Perasaan mendua tentang bayi harus dibicarakan secara terbuka.
  5. Kemarahan  yang  tidak  didasari  dari  calon  ayah  terhadap  ibu  karena cemburu   bahwa  istrinya  sekarang  menjadi  pusat  perhatian  ataupun sebaliknya  karena  wanita  merasa  bahwa  dirinya  harus  menanggung penderitaan selama kehamilan (terutama jika ditemukan komplikasi).
  6. Takut menyakiti janin, ketika kepala janin sudah turun ke rongga panggul. Pada sebagian pasangan dapat menikmati hubungan seksual yang nyaman selama  kehamilan, ibu dapat  menjadi tegang karena posisi janin yang sudah  dekat.  Ibu  dan  suami  tidak  akan  menyakiti  janin,  jika  tidak melakukan penetrasi dalam.
  7. Anggapan   bahwa   hubungan   seksual  pada   enam   minggu   terakhir kehamilan  akan menyebabkan dimulainya proses melahirkan kontraksi yang disebabkan oleh  orgasme akan semakin kuat pada kehamilan tua. Tetapi bila leher rahim matang dan siap, maka kontraksi ini tidak akan memulai proses melahirkan. Beberapa  kajian  menunjukkan  meningkatnya  jumlah  kelahiran prematur pada pasangan yang sering melakukan hubungan seksual pada minggu-minggu terakhir kehamilan, maka seringkali dokter menganjurkan pantang hubungan seksual pada wanita dengan kehamilan beresiko kelahiran premature (Eisenberg, 2006, hlm. 308-310).

Hubungan Seksual Selama Kehamilan


Hubungan seksual mempunyai peranan dalam pernyataan perasaan kasih sayang,   rasa   aman  dan  tenang,   kebersamaan,   kedekatan  perasaan  dalam hubungan  suami  istri.  Tetapi  jangan  menjadikan  hubungan  seks  memegang peranan  paling  berkuasa  dalam  keselarasan  hubungan  suami  istri.  Pasangan suami  istri  dapat  menyatakan  perasaan  kasih  sayang  dengan  saling  bertukar pikiran (komunikasi), berpelukan, atau pijatan tanpa harus melakukan hubungan seksual. Selain itu dapat mencari alternatif lain dengan mandi air hangat, makan malam  romantis  atau  apapun  yang  sama-sama  membuat  pasangan  senang (Suririnah,2009).

Selama tidak ada larangan dari dokter kandungan dan kehamilan yang tidak beresiko,   pasangan  suami-stri  dapat   melakukan  hubungan  seksual  hingga menjelang  persalinan.  Dengan  tetap  menikmati  hubungan  seksual  pasangan suami-istri dapat saling berbagi rasa takut maupun kekhawatiran serta stres yang mungkin muncul selama kehamilan (Kissanti, 2009, hlm. 93).

Seperti yang dikemukan oleh Ningsih (2007), tidak sedikit wanita hamil justru merasakan kenikmatan dan kepuasan luar bisaa dibandingkan semasa tidak hamil. Bahkan sebagian wanita hamil mengaku dapat mencapai orgasme multiple dengan  mudah.  Hal  ini  dapat  terjadi  karena  hormon  wanita  dan  hormon kehamilan  mengalami  peningkatan.  Sehingga  menyebabkan  perubahan  pada sejumlah organ tubuh (payudara dan organ reproduksi) menjadi lebih sensitif dan responsif.

Dengan memahami pengaruh kehamilan terhadap perilaku seksual, dan dapat  sebaliknya  pengaruh  hubungan  seksual terhadap  kehamilan  diharapkan tidak terjadi masalah  antara suami istri. Hal penting yang harus selalu diingat adalah bahwa hubungan seksual dilakukan untuk kepentingan bersama. Sehingga diperlukan saling pengertian atas dasar saling mengasihi (Pangkahila, 2002)

Hubungan Seksual


Defenisi
Hubungan seksual adalah aktivitas seksual yang berkaitan dengan sistem reproduksi yang melibatkan gamet pria dan wanita (Dorland, 2002, hlm. 105). Selain itu, menurut Kamus Besar Indonesia (2003, hlm, 312), hubungan seksual adalah yang berhubungan dengan persetubuhan antara laki-laki dan perempuan.

Fisiologis Seks
Kehidupan  seks  yang  bahagia  dan  memuaskan  selalu  didambakan  oleh setiap pasangan suami-istri. Keinginan itu tetap ada pada mereka walaupun pada saat hamil. Menurut Derek (2000, hlm. 55-59), aktivitas seksual yang sempurna berlangsung melalui empat fase reaksi seksual yaitu :

a.  Fase kenikmatan atau bangkitnya gairah
Fase  ini  dimulai  dari  hubungan  kontak  tubuh  dengan  pria,  bukan  oleh rangsangan  seksual, meskipun pandangan terhadap pria yang menarik bisa memainkan peranan. Bangkitnya gairah seksual bervariasi tergantung waktu. Banyak  wanita  mengalami  minat  seksual  yang  tinggi  pada  saat  tertentu, seperti pada pertengahan siklus atau sebelum dan selama haid. Tetapi tidak ada pola yang konsisten dapat ditentukan. Fase kenikmatan seorang wanita tergantung pada kelambatan mencapai  puncak, yang lebih lama dari pria. Selama  itu,  klitoris  beraksi,  saluran  vagina  lebih  halus  dan  tebal  karena dipenuhi pembuluh darah yang membentuk benjolan halus.  Perubahan ini beragam tingkatannya dari satu wanita ke wanita lain.

b.  Fase Plateau
Pada fase ini wanita akan merasakan penis  bereaksi di dalam vaginanya. Banyak  wanita  mengatakan,  bagian  yang  menyenangkan  dari  hubungan seksual,  terpisah  dari  orgasme  itu  sendiri  adalah  perasaan  ketika  penis memasuki vagina. Jika wanita tidak  mengalami orgasme ketika melakukan hubungan seksual, wanita tersebut mungkin menginginkan pria membantunya mencapai orgasme  dengan mengusap daerah klitoris secara lembut   atau   mengusap   dengan  lidah  dan   bibir   yang  disebut   dengan cunnilingus.  Wanita  mungkin  lebih  senang  mengalami  orgasme  sebelum mereka memulai senggama atau setelah pria mengalami ejakulasi, tergantung dari suasana hati mereka berdua.

c.  Fase Orgasme
Orgasme disebabkan oleh suatu refleks. Rangsangan di daerah klitoris baik secara  langsung  ketika wanita bermarturbasi atau dirangsang  secara tidak langsung oleh  gerakan  penis ketika masuk ke dalam vagina. Setiap orang dewasa dan menerima  orgasme secara berbeda. Penjelasan yang diberikan beberapa  wanita  menunjukkan,   orgasme  adalah  perasaan  nikmat  yang tertinggi dari bangkitnya nafsu seks. Perasaan ini bisaanya dimulai di bagian pinggul,  kemudian  menyebar  keseluruh  tubuh.  Selama  orgasme  perasaan wanita berpusat pada sensasi dan sebagian besar pada pengeluaran cairan. Ini dimulai  dengan  saat-saat   ketegangan  yang  tidak  terkontrol,   pelepasan ketegangan  mental  dan  kelegaan.  Hamper  setiap  wanita  dapat  mencapai orgasme  dengan  bermarturbasi,  atau  dengan   rileks  dan  yakin  terhadap hubungannya  untuk  memberitahu  pasangan  tentang   kebutuhan  sehingga dapat membantu mencapi orgasme dengan perangsangan.

d.   Fase Resolusi
Pada  pria  dan  wanita,  kontraksi otot  konklusif  dan  kenikmatan  orgasme diikuti dengan relaksasi. Tetapi berbeda dengan penis pria, bisaanya klitoris tidak mengendur dan beberapa wanita dapat mencapai satu orgasme setelah orgasme  yang  lain,  tanpa selingan.  Banyak wanita  merasa cukup  dengan hanya dengan satu orgasme. Dalam lima sampai sepuluh menit pertama dari fase  resolusi,  jaringan  vagina  dan  vulva  kehilangan  cairan   yang  akan membasahi vagina. Tetapi jika wanita dirangsang kembali secara seksual, maka dia dapat terangsang dan mengalami orgasme yang lain dengan jarak waktu yang lebih pendek dari pada pria. Sebaliknya, jika wanita dirangsang pada fase plateu tetapi tidak dibantu mencapai orgasme, maka fase resolusi sering menjadi   lama   dan   ketegangan   jaringan   vagina lambat untuk dipulihkan.  Rangsangan  yang  berulang  dan  kegagalan  mencapai orgasme bisa  menyebabkan frustasi fisik dan mental. Mungkin juga menyebabakan keluhan ginekologis yang bersifat psikomatis.

Prasyarat Pemberian Makanan Tambahan ASI


Pemberian  Makanan  Tambahan   ASI   (MPASI)   akan   berkontribusi  pada perkembangan  optimal seorang anak bila dilakukan secara tepat. Sebagai panduan pemberian  MPASI  Organisasi  Kesehatan  Dunia  (WHO)  mensyaratkan empat  hal berikut ini:
  1. Saat   yang   tepat   Pemberian   makanan  pada   bayi   merupakan  upaya pengenalan  bertahap,  mulai  dari  makanan  murni  cair  (ASI),  makanan lunak (bubur susu), kemudian makanan lembek (tim saring), agak kasar, hingga  makanan  padat  (makanan  orang  dewasa)  pada  usia  di  atas  12 bulan. Pemberian yang terlalu dini akan mengganggu penyerapan zat gizi. Sebaliknya, pengenalan yang terlambat akan meningkatkan risiko kesulitan makan pada anak di fase berikutnya. Informasi mengenai waktu pengenalan  makanan  yang  dianjurkan  bisa  diperoleh  tidak  hanya  dari tenaga  kesehatan,  tapi  juga  dari  internet,  majalah  dan  buku  mengenai pemberian makan pada anak, serta informasi yang tercantum pada KMS.
  2. Adekuat (mencukupi). Makanan yang diberikan harus mengandung kalori, protein, dan mikronutrien (zat besi, vitamin A, dan lain-lain) yang cukup. Secara  sederhana,  ini  berarti  memberikan  makanan  yang  tidak  hanya sekedar mengenyangkan anak, tetapi  secara seimbang juga memberikan kecukupan  zat  gizi  lain  untuk  pertumbuhan  dan   perkembangannya. Misalnya pemberian nasi dan kerupuk saja, walaupun secara kalori tidak berkekurangan  dan  tidak  akan  membuat  seseorang  lapar,  namun  nilai gizinya  perlu  dipertanyakan  karena  asupan  protein  dan  mikronutrien terabaikan.
  3. Bersih dan Aman. Pemilihan bahan makanan maupun cara pengolahannya penting untuk menjamin nutrisi yang baik bagi anak.
  4. Suasana psikososial yang menyenangkan. Perlu diingat bahwa pemberian makan pada  anak bukan hanya untuk memberikan asupan nutrisi, tetapi juga merupakan bentuk kasih sayang. Di samping itu pengenalan beragam jenis makanan baik bentuk, tekstur, bau, dan rasa adalah bagian dari upaya memberikan stimulasi/rangsangan pada anak. Lebih jauh lagi, kemampuan makan adalah bagian dari tahapan perkembangan seorang anak, sehingga dapat  dikatakan  bahwa  pengenalan  dan  pola  pemberian  makan  adalah suatu proses pembelajaran. Dengan makan, anak belajar mengunyah serta mengulum,  juga  mengenal aroma dan rasa. Oleh karena fungsi makan tidak   sesederhana   memberikan   asupan   nutrisi   saja,   dan   kegagalan pemberian  makanan   bisa  berdampak  buruk  di  kemudian  hari,  maka suasana psikososial yang  menyenangkan mutlak diperlukan oleh seorang anak  pada  waktu  makan.  Dengan  kata  lain,  waktu  pemberian  makan sebaiknya   tidak  menjadi  waktu  yang  ”menegangkan”  bagi  ibu  atau pengasuh dan anak (Lely, 2005)


Makanan Tambahan - MPASI


Definisi Makanan Tambahan
Makanan  tambahan  ASI  adalah  makanan  yang  diberikan  kepada  bayi/anak disamping ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya. MP-ASI diberikan mulai umur 6-24  bulan  dan  merupakan  makanan  peralihan  dari  ASI  ke  makanan  keluarga. Pengenalan dan  pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap  baik  bentuk maupun jumlah. Hal ini  dimaksudkan untuk menyesuaikan kemampuan alat cerna bayi dalam menerima MP-ASI (Depkes RI, 2004).

Makanan tambahan adalah makanan untuk bayi selain ASI atau susu botol, sebagai  penambah kekurangan  ASI  atau  susu  pengganti (PASI)  (Husaini,  2001). Pemberian  makanan  tambahan  adalah  memberi  makanan  lain  selain  ASI  untuk mengisi kesenjangan antara kebutuhan nutrisi dengan jumlah yang didapat dari ASI (Rosidah, 2004).

Makanan tambahan berarti memberi makanan lain selain ASI dimana selama periode  pemberian  makanan  tambahan  seorang  bayi  terbiasa  memakan  makanan keluarga. MP-ASI merupakan proses transisi dari asupan yang semata berbasis susu menuju ke makanan yang semi padat. Untuk proses ini juga dibutuhkan ketrampilan motorik oral. Ketrampilan motorik oral berkembang dari refleks menghisap menjadi menelan makanan yang berbentuk bukan cairan dengan memindahkan makanan dari lidah bagian depan ke lidah bagian belakang. Pengenalan dan  pemberian MP-ASI harus  dilakukan  secara  bertahap  baik  bentuk  maupun  jumlahnya,  sesuai  dengan kemampuan  pencernaan  bayi/anak.  Pemberian  MP-ASI  yang  cukup  dalam  hal kualitas   dan   kuantitas   penting untuk pertumbuhan fisik dan   perkembangan kecerdasan anak yang bertambah pesat pada periode ini (Ariani, 2008).

Jenis Makanan Tambahan
Cara  memberikan  makanan  tambahan  bagi  bayi  adalah  dari  makanan  itu berbentuk cairan dan kental lalu bertahap menjadi keras, seiring dengan proses dan umur juga perkembangan  bayi, sehingga usus bayi pun terlatih dengan sendirinya terhadap makanan yang diterimanya. Adapun jenis-jenis makanan tambahan (Chintia,2008) :
  1. Makanan lunak yaitu semua makanan yang termasuk yang disajikan dalam bentuk halus dan diberikan pada bayi yang pertama kali.misalnya bubur susu dan sari buah.
  2. Makanan lembek yaitu makanan peralihan dari makanan lunak kemakanan biasa seperti nasi tim.
  3. Makanan  biasa  yaitu  makanan  yang  termasuk  yang  disajikan  adalah makanan orang dewasa seperti nasi.

Selain itu makanan yang dibuat sendiri di rumah dengan cara memodifikasi makanan  keluarga  yang  kaya  energi dan  nutrien.  Makanan tambahan  dapat  juga berupa makanan yang setengah jadi yang dijual di toko-toko yang merupakan produk hasil teknologi yang  komposisi  zat-zat  gizi  yang didalamnya disesuaikan dengan kebutuhan bayi terhadap pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan bayi (Suhardjo,1999).

Makanan padat pertama yang diberikan kepada anak haruslah mudah dicerna. Dan bukanlah  makanan yang mempunyai risiko alergi yang tinggi. Jangan tergiur untuk menambahkan gula atau garam pada makanan bayi. Biarkan rasanya hambar, biarkan  anak  merasakan  rasa  asli  dari   makanan  tersebut  karena  garam  dapat mengancam ginjal bayi. Sementara gula dapat membuat  bayi anda kelak menyukai makanan manis, sehingga dapat merusak giginya (Luluk, 2005).

Makanan Tambahan Yang Baik
Makanan tambahan yang baik adalah makanan yang kaya energi, protein dan mikronutrien  (terutama zat besi, zink, kalsium, vitamin A, vitamin C dan fosfat), bersih  dan  aman,  tidak  ada  bahan  kimia  yang  berbahaya  atau  toksin,  tidak  ada potongan tulang atau bagian yang keras yang  membuat bayi tersedak, tidak terlalu panas, tidak pedas atau asin, mudah dimakan bayi, disukai bayi, mudah disiapkan dan harga terjangkau (Rosidah, 2004).

Waktu yang Tepat Memberikan Makanan Tambahan
Air Susu Ibu (ASI) memenuhi seluruh kebutuhan bayi terhadap zat-zat gizi yaitu untuk pertumbuhan dan kesehatan sampai berumur enam bulan, sesudah itu ASI tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan bayi. Makanan tambahan mulai diberikan umur enam  bulan  satu  hari.  Pada  usia  ini  otot  dan  saraf  didalam  mulut  bayi  cukup berkembang untuk  mengunyah,  menggigit,  menelan  makanan dengan baik,  mulai tumbuh gigi, suka memasukkan sesuatu kedalam mulutnya dan  berminat terhadap rasa yang baru (Rosidah, 2004).

Adapun waktu yang baik dalam memulai pemberian makanan tambahan pada bayi adalah umur 6 bulan. Pemberian makanan tambahan pada bayi sebelum umur tersebut akan menimbulkan risiko sebagai berikut (Ariani, 2008) :
  1. Seorang anak belum memerlukan makanan tambahan saat ini. Makanan tersebut dapat menggantikan ASI, jika makanan diberikan maka anak akan minum  ASI  lebih  sedikit  dan  ibu  pun  memproduksinya  lebih  sedikit sehingga akan lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak.
  2. Anak mendapat faktor pelindung dari ASI lebih sedikit sehingga risiko infeksi meningkat.
  3. Risiko  diare  juga  meningkat  karena  makanan tambahan tidak  sebersih ASI.
  4. Makanan yang diberikan sebagai pengganti ASI sering encer, buburnya berkuah  atau  berupa  sup  karena  mudah  dimakan  bayi,  makanan  ini memang membuat lambung penuh tetapi memberikan nutrient sedikit.
  5. Ibu mempunyai risiko lebih tinggi untuk hamil kembali.

Akibat dari kurang menyusui dan risiko pemberian makanan tambahan terlalu lambat :
a.   Anak tidak mendapat makanan ekstra yang dibutuhkan mengisi kesenjangan energi dan nutrient.
b.   Anak berhenti pertumbuhannya atau tumbuh lambat.
c.   Pada anak risiko malnutrisi dan deficiency mikro nutrient meningkat.

Manfaat dan Tujuan Pemberian Makanan Tambahan
Makanan tambahan ASI bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan zat gizi anak, penyesuaian   kemampuan  alat  cerna  dalam  menerima  makanan  tambahan  dan merupakan masa peralihan  dari ASI ke makanan keluarga selain untuk memenuhi kebutuhan bayi terhadap zat-zat gizi (Suhardjo, 1999). Tujuan pemberian  makanan tambahan adalah untuk  mencapai pertumbuhan perkembangan  yang  optimal,  menghindari  terjadinya  kekurangan  gizi,  mencegah risiko malnutrisi, defisiensi mikronutrien (zat besi, zink, kalsium, vitamin A, Vitamin C  dan  folat),  anak  mendapat  makanan  ekstra  yang  dibutuhkan  untuk  mengisi kesenjangan  energi  dengan  nutrien,  memelihara  kesehatan,  mencegah  penyakit, memulihkan   bila   sakit,  membantu  perkembangan  jasmani,  rohani,  psikomotor, mendidik kebiasaan yang  baik  tentang makanan dan memperkenalkan bermacam- macam bahan makanan yang sesuai dengan keadaan fisiologis bayi (Husaini, 2001).

Pemberian makanan tambahan merupakan suatu proses pendidikan, bayi diajar mengunyah  dan  menelan  makanan  padat,  jika  makanan  tidak  diberi  pada  saat kepandaian  mengunyah  sedang  muncul,  maka  mengajar  kepandaian  ini  dimasa berikutnya akan lebih sukar. Pengenalan pemberian makanan lebih mudah sebelum gigi  keluar,  gusi  bayi  bengkak  dan  sakit  maka  akan  sulit  memberikan  makanan tambahan (Suhardjo, 1999).

Indikator bahwa bayi siap untuk menerima makanan padat : kemampuan bayi untuk   mempertahankan  kepalanya  untuk  tegak  tanpa  disangga,  menghilangnya refleks menjulurkan  lidah, bayi mampu menunjukkan keinginannya pada makanan dengan cara membuka mulut, lalu  memajukan anggota tubuhnya ke depan untuk menunjukkan rasa lapar, dan menarik tubuh ke belakang atau membuang muka untuk menunjukkan ketertarikan pada makanan (Ariani, 2008).

Risiko  Pemberian  Makanan  Tambahan  pada  Usia  Kurang  dari  Enam Bulan
Risiko  pemberian  makanan  tambahan  pada  usia  kurang  dari  enam  bulan berbahaya  karena belum memerlukan makanan tambahan pada  saat  usia ini,  jika diberikan  makanan  tambahan  akan  dapat  menggantikan  ASI  dimana  bayi  akan minum ASI lebih sedikit dan ibu memproduksinya akan berkurang maka kebutuhan nutrisi bayi tidak terpenuhi dan faktor-faktor pelindung dari ASI menjadi sedikit, sehingga kemungkinan terjadi risiko infeksi meningkat (Rosidah, 2004).

Makanan  tambahan   yang   dibuat   sendiri   atau   buatan  pabrik   cenderung mengandung  kadar  natrium klorida  (NaCl)  tinggi  akan  menambah  beban  ginjal. Belum   matangnya   sistem   kekebalan   dari  usus   bayi   pada   umur   dini,   dapat menyebabkan  alergi  terhadap  makanan  tambahan,  komponen-komponen  alamiah yang terdapat dalam makanan tambahan seperti gula dapat menyebabkan kebusukan pada gigi dan gangguan pencernaan pada bayi serta kegemukan

Alasan Menunda Pemberian MPASI
Sebelumnya MPASI umur 4 bulan sudah diberi makanan tambahan, bahkan ada yang umur  1 bulan. Dan banyak yang berpendapat tidak ada masalah dengan anaknya.  Satu  hal  yang  perlu  diketahui  bersama  bahwa  zaman  terus  berubah. Demikian juga dengan ilmu dan teknologi. Ilmu  medis juga terus berkembang dan berubah berdasarkan riset-riset yang terus dilakukan oleh para peneliti. Sekitar lebih dari 5 tahun yang lalu, MPASI disarankan diperkenalkan pada anak saat ia berusia 4 bulan.  Tetapi  kemudian  beberapa  penelitian  tahun-tahun  terakhir  menghasilkan banyak hal sehingga MPASI sebaiknya diberikan setelah 6 bulan (Luluk, 2005).

Alasan  anak  umur  6  bulan  merupakan  saat  terbaik  anak  mulai  diberikan MPASI karena :
  1. Pemberian makan setelah bayi berumur 6 bulan memberikan perlindungan ekstra dan besar dari berbagai penyakit. Hal ini disebabkan sistem imun bayi kurang dari 6 bulan belum sempurna. Pemberian MPASI dini sama saja dengan  membuka pintu  gerbang  masuknya  berbagai jenis  kuman. Belum lagi jika tidak disajikan higienis. Hasil riset terakhir dari peneliti di Indonesia menunjukkan  bahwa bayi yang mendapatkan MPASI sebelum ia berumur 6 bulan, lebih banyak  terserang diare, sembelit, batuk-pilek, dan panas dibandingkan bayi  yang  hanya  mendapatkan ASI  eksklusif. Belum lagi penelitian dari badan kesehatan dunia lainnya.
  2. Saat bayi berumur 6 bulan ke atas, sistem pencernaannya sudah relatif sempurna dan  siap menerima MPASI. Beberapa enzim pemecah protein spt asam lambung, pepsin,  lipase, enzim amilase, dan sebagainya baru akan diproduksi sempurna pada saat ia berumur 6 bulan.
  3. Mengurangi risiko terkena alergi pada makanan saat bayi berumur kurang dari 6 bulan,  karena sel-sel di sekitar usus belum siap untuk kandungan dari makanan, sehingga makanan yang masuk dapat menyebabkan reaksi imun dan terjadi alergi.
  4. Menunda pemberian MPASI hingga 6 bulan melindungi bayi dari obesitas di kemudian hari. Dikarenakan proses pemecahan sari-sari makanan yang belum sempurna (Luluk, 2005).

Banyak  sekali alasan kenapa orang tua memberikan MPASI kurang  dari 6 bulan.  Umumnya banyak ibu yang beranggapan kalau anaknya kelaparan dan akan tidur  nyenyak  jika   diberi  makan.  Meski  tidak  ada  relevansinya  banyak  yang beranggapan ini benar. Karena belum sempur na, sistem pencernaannya harus bekerja lebih keras untuk mengolah dan memecah makanan.  Kadang anak yang menangis terus dianggap sebagai anak tidak kenyang. Padahal menangis bukan  semata-mata tanda anak lapar. Alasan lainnya bisa jadi juga tekanan dari lingkungan dan tidak ada dukungan seperti alasan di atas, dan gencarnya promosi produsen makanan bayi yang belum mengindahkan ASI eksklusif 6 bulan (Ade, 2007).

Fans Page