Ads 468x60px

27 April, 2011

Makanan Tambahan - MPASI


Definisi Makanan Tambahan
Makanan  tambahan  ASI  adalah  makanan  yang  diberikan  kepada  bayi/anak disamping ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya. MP-ASI diberikan mulai umur 6-24  bulan  dan  merupakan  makanan  peralihan  dari  ASI  ke  makanan  keluarga. Pengenalan dan  pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap  baik  bentuk maupun jumlah. Hal ini  dimaksudkan untuk menyesuaikan kemampuan alat cerna bayi dalam menerima MP-ASI (Depkes RI, 2004).

Makanan tambahan adalah makanan untuk bayi selain ASI atau susu botol, sebagai  penambah kekurangan  ASI  atau  susu  pengganti (PASI)  (Husaini,  2001). Pemberian  makanan  tambahan  adalah  memberi  makanan  lain  selain  ASI  untuk mengisi kesenjangan antara kebutuhan nutrisi dengan jumlah yang didapat dari ASI (Rosidah, 2004).

Makanan tambahan berarti memberi makanan lain selain ASI dimana selama periode  pemberian  makanan  tambahan  seorang  bayi  terbiasa  memakan  makanan keluarga. MP-ASI merupakan proses transisi dari asupan yang semata berbasis susu menuju ke makanan yang semi padat. Untuk proses ini juga dibutuhkan ketrampilan motorik oral. Ketrampilan motorik oral berkembang dari refleks menghisap menjadi menelan makanan yang berbentuk bukan cairan dengan memindahkan makanan dari lidah bagian depan ke lidah bagian belakang. Pengenalan dan  pemberian MP-ASI harus  dilakukan  secara  bertahap  baik  bentuk  maupun  jumlahnya,  sesuai  dengan kemampuan  pencernaan  bayi/anak.  Pemberian  MP-ASI  yang  cukup  dalam  hal kualitas   dan   kuantitas   penting untuk pertumbuhan fisik dan   perkembangan kecerdasan anak yang bertambah pesat pada periode ini (Ariani, 2008).

Jenis Makanan Tambahan
Cara  memberikan  makanan  tambahan  bagi  bayi  adalah  dari  makanan  itu berbentuk cairan dan kental lalu bertahap menjadi keras, seiring dengan proses dan umur juga perkembangan  bayi, sehingga usus bayi pun terlatih dengan sendirinya terhadap makanan yang diterimanya. Adapun jenis-jenis makanan tambahan (Chintia,2008) :
  1. Makanan lunak yaitu semua makanan yang termasuk yang disajikan dalam bentuk halus dan diberikan pada bayi yang pertama kali.misalnya bubur susu dan sari buah.
  2. Makanan lembek yaitu makanan peralihan dari makanan lunak kemakanan biasa seperti nasi tim.
  3. Makanan  biasa  yaitu  makanan  yang  termasuk  yang  disajikan  adalah makanan orang dewasa seperti nasi.

Selain itu makanan yang dibuat sendiri di rumah dengan cara memodifikasi makanan  keluarga  yang  kaya  energi dan  nutrien.  Makanan tambahan  dapat  juga berupa makanan yang setengah jadi yang dijual di toko-toko yang merupakan produk hasil teknologi yang  komposisi  zat-zat  gizi  yang didalamnya disesuaikan dengan kebutuhan bayi terhadap pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan bayi (Suhardjo,1999).

Makanan padat pertama yang diberikan kepada anak haruslah mudah dicerna. Dan bukanlah  makanan yang mempunyai risiko alergi yang tinggi. Jangan tergiur untuk menambahkan gula atau garam pada makanan bayi. Biarkan rasanya hambar, biarkan  anak  merasakan  rasa  asli  dari   makanan  tersebut  karena  garam  dapat mengancam ginjal bayi. Sementara gula dapat membuat  bayi anda kelak menyukai makanan manis, sehingga dapat merusak giginya (Luluk, 2005).

Makanan Tambahan Yang Baik
Makanan tambahan yang baik adalah makanan yang kaya energi, protein dan mikronutrien  (terutama zat besi, zink, kalsium, vitamin A, vitamin C dan fosfat), bersih  dan  aman,  tidak  ada  bahan  kimia  yang  berbahaya  atau  toksin,  tidak  ada potongan tulang atau bagian yang keras yang  membuat bayi tersedak, tidak terlalu panas, tidak pedas atau asin, mudah dimakan bayi, disukai bayi, mudah disiapkan dan harga terjangkau (Rosidah, 2004).

Waktu yang Tepat Memberikan Makanan Tambahan
Air Susu Ibu (ASI) memenuhi seluruh kebutuhan bayi terhadap zat-zat gizi yaitu untuk pertumbuhan dan kesehatan sampai berumur enam bulan, sesudah itu ASI tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan bayi. Makanan tambahan mulai diberikan umur enam  bulan  satu  hari.  Pada  usia  ini  otot  dan  saraf  didalam  mulut  bayi  cukup berkembang untuk  mengunyah,  menggigit,  menelan  makanan dengan baik,  mulai tumbuh gigi, suka memasukkan sesuatu kedalam mulutnya dan  berminat terhadap rasa yang baru (Rosidah, 2004).

Adapun waktu yang baik dalam memulai pemberian makanan tambahan pada bayi adalah umur 6 bulan. Pemberian makanan tambahan pada bayi sebelum umur tersebut akan menimbulkan risiko sebagai berikut (Ariani, 2008) :
  1. Seorang anak belum memerlukan makanan tambahan saat ini. Makanan tersebut dapat menggantikan ASI, jika makanan diberikan maka anak akan minum  ASI  lebih  sedikit  dan  ibu  pun  memproduksinya  lebih  sedikit sehingga akan lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak.
  2. Anak mendapat faktor pelindung dari ASI lebih sedikit sehingga risiko infeksi meningkat.
  3. Risiko  diare  juga  meningkat  karena  makanan tambahan tidak  sebersih ASI.
  4. Makanan yang diberikan sebagai pengganti ASI sering encer, buburnya berkuah  atau  berupa  sup  karena  mudah  dimakan  bayi,  makanan  ini memang membuat lambung penuh tetapi memberikan nutrient sedikit.
  5. Ibu mempunyai risiko lebih tinggi untuk hamil kembali.

Akibat dari kurang menyusui dan risiko pemberian makanan tambahan terlalu lambat :
a.   Anak tidak mendapat makanan ekstra yang dibutuhkan mengisi kesenjangan energi dan nutrient.
b.   Anak berhenti pertumbuhannya atau tumbuh lambat.
c.   Pada anak risiko malnutrisi dan deficiency mikro nutrient meningkat.

Manfaat dan Tujuan Pemberian Makanan Tambahan
Makanan tambahan ASI bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan zat gizi anak, penyesuaian   kemampuan  alat  cerna  dalam  menerima  makanan  tambahan  dan merupakan masa peralihan  dari ASI ke makanan keluarga selain untuk memenuhi kebutuhan bayi terhadap zat-zat gizi (Suhardjo, 1999). Tujuan pemberian  makanan tambahan adalah untuk  mencapai pertumbuhan perkembangan  yang  optimal,  menghindari  terjadinya  kekurangan  gizi,  mencegah risiko malnutrisi, defisiensi mikronutrien (zat besi, zink, kalsium, vitamin A, Vitamin C  dan  folat),  anak  mendapat  makanan  ekstra  yang  dibutuhkan  untuk  mengisi kesenjangan  energi  dengan  nutrien,  memelihara  kesehatan,  mencegah  penyakit, memulihkan   bila   sakit,  membantu  perkembangan  jasmani,  rohani,  psikomotor, mendidik kebiasaan yang  baik  tentang makanan dan memperkenalkan bermacam- macam bahan makanan yang sesuai dengan keadaan fisiologis bayi (Husaini, 2001).

Pemberian makanan tambahan merupakan suatu proses pendidikan, bayi diajar mengunyah  dan  menelan  makanan  padat,  jika  makanan  tidak  diberi  pada  saat kepandaian  mengunyah  sedang  muncul,  maka  mengajar  kepandaian  ini  dimasa berikutnya akan lebih sukar. Pengenalan pemberian makanan lebih mudah sebelum gigi  keluar,  gusi  bayi  bengkak  dan  sakit  maka  akan  sulit  memberikan  makanan tambahan (Suhardjo, 1999).

Indikator bahwa bayi siap untuk menerima makanan padat : kemampuan bayi untuk   mempertahankan  kepalanya  untuk  tegak  tanpa  disangga,  menghilangnya refleks menjulurkan  lidah, bayi mampu menunjukkan keinginannya pada makanan dengan cara membuka mulut, lalu  memajukan anggota tubuhnya ke depan untuk menunjukkan rasa lapar, dan menarik tubuh ke belakang atau membuang muka untuk menunjukkan ketertarikan pada makanan (Ariani, 2008).

Risiko  Pemberian  Makanan  Tambahan  pada  Usia  Kurang  dari  Enam Bulan
Risiko  pemberian  makanan  tambahan  pada  usia  kurang  dari  enam  bulan berbahaya  karena belum memerlukan makanan tambahan pada  saat  usia ini,  jika diberikan  makanan  tambahan  akan  dapat  menggantikan  ASI  dimana  bayi  akan minum ASI lebih sedikit dan ibu memproduksinya akan berkurang maka kebutuhan nutrisi bayi tidak terpenuhi dan faktor-faktor pelindung dari ASI menjadi sedikit, sehingga kemungkinan terjadi risiko infeksi meningkat (Rosidah, 2004).

Makanan  tambahan   yang   dibuat   sendiri   atau   buatan  pabrik   cenderung mengandung  kadar  natrium klorida  (NaCl)  tinggi  akan  menambah  beban  ginjal. Belum   matangnya   sistem   kekebalan   dari  usus   bayi   pada   umur   dini,   dapat menyebabkan  alergi  terhadap  makanan  tambahan,  komponen-komponen  alamiah yang terdapat dalam makanan tambahan seperti gula dapat menyebabkan kebusukan pada gigi dan gangguan pencernaan pada bayi serta kegemukan

Alasan Menunda Pemberian MPASI
Sebelumnya MPASI umur 4 bulan sudah diberi makanan tambahan, bahkan ada yang umur  1 bulan. Dan banyak yang berpendapat tidak ada masalah dengan anaknya.  Satu  hal  yang  perlu  diketahui  bersama  bahwa  zaman  terus  berubah. Demikian juga dengan ilmu dan teknologi. Ilmu  medis juga terus berkembang dan berubah berdasarkan riset-riset yang terus dilakukan oleh para peneliti. Sekitar lebih dari 5 tahun yang lalu, MPASI disarankan diperkenalkan pada anak saat ia berusia 4 bulan.  Tetapi  kemudian  beberapa  penelitian  tahun-tahun  terakhir  menghasilkan banyak hal sehingga MPASI sebaiknya diberikan setelah 6 bulan (Luluk, 2005).

Alasan  anak  umur  6  bulan  merupakan  saat  terbaik  anak  mulai  diberikan MPASI karena :
  1. Pemberian makan setelah bayi berumur 6 bulan memberikan perlindungan ekstra dan besar dari berbagai penyakit. Hal ini disebabkan sistem imun bayi kurang dari 6 bulan belum sempurna. Pemberian MPASI dini sama saja dengan  membuka pintu  gerbang  masuknya  berbagai jenis  kuman. Belum lagi jika tidak disajikan higienis. Hasil riset terakhir dari peneliti di Indonesia menunjukkan  bahwa bayi yang mendapatkan MPASI sebelum ia berumur 6 bulan, lebih banyak  terserang diare, sembelit, batuk-pilek, dan panas dibandingkan bayi  yang  hanya  mendapatkan ASI  eksklusif. Belum lagi penelitian dari badan kesehatan dunia lainnya.
  2. Saat bayi berumur 6 bulan ke atas, sistem pencernaannya sudah relatif sempurna dan  siap menerima MPASI. Beberapa enzim pemecah protein spt asam lambung, pepsin,  lipase, enzim amilase, dan sebagainya baru akan diproduksi sempurna pada saat ia berumur 6 bulan.
  3. Mengurangi risiko terkena alergi pada makanan saat bayi berumur kurang dari 6 bulan,  karena sel-sel di sekitar usus belum siap untuk kandungan dari makanan, sehingga makanan yang masuk dapat menyebabkan reaksi imun dan terjadi alergi.
  4. Menunda pemberian MPASI hingga 6 bulan melindungi bayi dari obesitas di kemudian hari. Dikarenakan proses pemecahan sari-sari makanan yang belum sempurna (Luluk, 2005).

Banyak  sekali alasan kenapa orang tua memberikan MPASI kurang  dari 6 bulan.  Umumnya banyak ibu yang beranggapan kalau anaknya kelaparan dan akan tidur  nyenyak  jika   diberi  makan.  Meski  tidak  ada  relevansinya  banyak  yang beranggapan ini benar. Karena belum sempur na, sistem pencernaannya harus bekerja lebih keras untuk mengolah dan memecah makanan.  Kadang anak yang menangis terus dianggap sebagai anak tidak kenyang. Padahal menangis bukan  semata-mata tanda anak lapar. Alasan lainnya bisa jadi juga tekanan dari lingkungan dan tidak ada dukungan seperti alasan di atas, dan gencarnya promosi produsen makanan bayi yang belum mengindahkan ASI eksklusif 6 bulan (Ade, 2007).

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Ada pertanyaan ataupun komentar ....!

Fans Page