Ads 468x60px

27 April, 2011

Prasyarat Pemberian Makanan Tambahan ASI


Pemberian  Makanan  Tambahan   ASI   (MPASI)   akan   berkontribusi  pada perkembangan  optimal seorang anak bila dilakukan secara tepat. Sebagai panduan pemberian  MPASI  Organisasi  Kesehatan  Dunia  (WHO)  mensyaratkan empat  hal berikut ini:
  1. Saat   yang   tepat   Pemberian   makanan  pada   bayi   merupakan  upaya pengenalan  bertahap,  mulai  dari  makanan  murni  cair  (ASI),  makanan lunak (bubur susu), kemudian makanan lembek (tim saring), agak kasar, hingga  makanan  padat  (makanan  orang  dewasa)  pada  usia  di  atas  12 bulan. Pemberian yang terlalu dini akan mengganggu penyerapan zat gizi. Sebaliknya, pengenalan yang terlambat akan meningkatkan risiko kesulitan makan pada anak di fase berikutnya. Informasi mengenai waktu pengenalan  makanan  yang  dianjurkan  bisa  diperoleh  tidak  hanya  dari tenaga  kesehatan,  tapi  juga  dari  internet,  majalah  dan  buku  mengenai pemberian makan pada anak, serta informasi yang tercantum pada KMS.
  2. Adekuat (mencukupi). Makanan yang diberikan harus mengandung kalori, protein, dan mikronutrien (zat besi, vitamin A, dan lain-lain) yang cukup. Secara  sederhana,  ini  berarti  memberikan  makanan  yang  tidak  hanya sekedar mengenyangkan anak, tetapi  secara seimbang juga memberikan kecukupan  zat  gizi  lain  untuk  pertumbuhan  dan   perkembangannya. Misalnya pemberian nasi dan kerupuk saja, walaupun secara kalori tidak berkekurangan  dan  tidak  akan  membuat  seseorang  lapar,  namun  nilai gizinya  perlu  dipertanyakan  karena  asupan  protein  dan  mikronutrien terabaikan.
  3. Bersih dan Aman. Pemilihan bahan makanan maupun cara pengolahannya penting untuk menjamin nutrisi yang baik bagi anak.
  4. Suasana psikososial yang menyenangkan. Perlu diingat bahwa pemberian makan pada  anak bukan hanya untuk memberikan asupan nutrisi, tetapi juga merupakan bentuk kasih sayang. Di samping itu pengenalan beragam jenis makanan baik bentuk, tekstur, bau, dan rasa adalah bagian dari upaya memberikan stimulasi/rangsangan pada anak. Lebih jauh lagi, kemampuan makan adalah bagian dari tahapan perkembangan seorang anak, sehingga dapat  dikatakan  bahwa  pengenalan  dan  pola  pemberian  makan  adalah suatu proses pembelajaran. Dengan makan, anak belajar mengunyah serta mengulum,  juga  mengenal aroma dan rasa. Oleh karena fungsi makan tidak   sesederhana   memberikan   asupan   nutrisi   saja,   dan   kegagalan pemberian  makanan   bisa  berdampak  buruk  di  kemudian  hari,  maka suasana psikososial yang  menyenangkan mutlak diperlukan oleh seorang anak  pada  waktu  makan.  Dengan  kata  lain,  waktu  pemberian  makan sebaiknya   tidak  menjadi  waktu  yang  ”menegangkan”  bagi  ibu  atau pengasuh dan anak (Lely, 2005)


Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Ada pertanyaan ataupun komentar ....!

Fans Page