Ads 468x60px

30 September, 2012

Efektifitas penggunaan misoprostol dan oksitosin pada penanganan perdarahan post partum


Salah satu faktor utama penyebab kematian ibu adalah perdarahan post partum. Perdarahan post partum dapat dicegah melalui manajemen aktif kala III dan pemberian uterotonika. Preparat uterotonika yang tersedia saat ini adalah oksitosin. RS Griya medika dan Klinik Mutiara Bunda adalah diantara pelayanan kebidanan yang menggunakan misoprostol untuk penanganan perdarahan post partum. Pemberian yang mudah dan aman yang dapat dilakukan bidan untuk mencegah perdarahan post partum. 

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas misoprostol dan oksitosin pada penanganan perdarahan post partum. Subjek penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin yang mengalami perdarahan post partum yang memenuhi kriteria. Objek penelitian ini adalah perdarahan post partum primer dan sekunder.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin yang mengalami perdarahan post partum. Besar sampel berjumlah 34 responden yang berasal dari RS Griya Medika sebanyak 14 responden dan Klinik Mutiara Bunda sebanyak 20 responden. Teknik yang digunakan accidental sampling dan pengumpulan data menggunakan checklist sebagai alat ukur. Variabel Independen dalam penelitian ini adalah penggunaan misoprostol dan oksitosin. Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah perdarahan post partum. Data diolah secara komputerisasi dengan analisis univariat dan bivariat menggunakan t-test independent dengan derajat kesalahan 0,05 %.

Hasil penelitian didapat rata-rata waktu perdarahan berhenti pada pengunaan misoprostol dengan mean 12,14 menit, sedangkan  rata-rata waktu perdarahan berhenti pada pengunaan oksitosin  dengan mean 12,64 menit.  Hasil uji statistik didapat p-value (0,190) > dari nilai alpha (0.05) berarti tidak ada perbedaan yang bermakna rata-rata lama berhentinya perdarahan post partum antara penggunaan obat misoprostol dengan penggunaan oksitosin injeksi. Kesimpulan tidak ada perbedaan antara misoprostol dan oksitosin, namun misoprostol lebih efektif dibandingkan oksitosin untuk menghentikan perdarahan sehingga misoprostol dapat digunakan sebagai alternatif utama pada penanganan perdarahan post partum karena penggunaannya mudah digunakan dan stabil pada suhu ruangan.

Kata kunci : Misoprostol, Oksitosin, Perdarahan post partum
Daftar Bacaan : 27 (1998-2011)

Anda tertarik Untuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA


Hubungan Riwayat Kehamilan Ektopik Terhadap Kejadian Kehamilan Ektopik pada Ibu Bersalin


Kehamilan ektopik mengancam jiwa pada10% kasus dan 1% dari pasien tersebut meninggal karena perdarahan internal dan shock atas komplikasi lanjut. Hasil survey demografi kesehatan Indonesia tahun 2007 menunjukkan angka kematian ibu sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu paling besar di Indonesia 28% adalah perdarahan, di propinsi Lampung 50,69%, di Metro tahun 2009 tercatat 2 orang meninggal karena kehamilan ektopik. Penyebab terjadinya kehamilan ektopik diantaranya riwayat kehamilan ektopik. Angka kejadian kehamilan ektopik di RSB Permata Hati Metro tahun 2010 terdapat 7,3% meningkat pada tahun 2011 yaitu 10,5%.
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui hubungan riwayat kehamilan ektopik dengan kejadian kehamilan ektopik pada ibu bersalin di RSB Permata Hati Metro tahun 2011.
Jenis penelitian analitik dengan rancangan case control. Populasi kasus yaitu 51 ibu bersalin yang mengalami kejadian kehamilan ektopik dan populasi kontrol 435 ibu bersalin yang tidak mengalami kejadian kehamilan ektopik. Besar sampel ditentukan menggunakan rumus Lemeshow didapatkan jumlah sampel       31 kasus dan 31 kontrol. Teknik pengambilan sampel dengan metode simple random sampling dan menggunakan tabel bilangan random. Pengambilan data dengan studi dokumentasi menggunakan check list. Analisis data menggunakan analisis univariat dengan presentasi dan analisis bivariat menggunakan chi square.
Hasil penelitian diperoleh proporsi kehamilan ektopik berdasarkan riwayat kehamilan ektopik pada ibu bersalin di RSB Permata Hati Metro tahun 2011 sebanyak 58,1% (18 responden) dari 31 kasus, hasil analisis chi square hubungan antara riwayat kehamilan ektopik dengan kejadian kehamilan ektopik dengan nilai x2 hitung 16,200 > x2tabel 3,841 dan OR = 12,92.
Kesimpulan dalam penelitian ini ada hubungan antara riwayat kehamilan ektopik dengan kejadian kehamilan ektopik di RSB Permata Hati Metro tahun 2011 dan resiko kehamilan ektopik 13 kali lebih besar terjadi pada ibu yang mempunyai riwayat kehamilan ektopik. Berdasarkan hasil tersebut maka bagi RSB Permata Hati Metro untuk dapat meningkatkan pelayanan kesehatan dan penyuluhan tentang faktor resiko kehamilan ektopik, bagi Prodi Kebidanan untuk dapat menambah bahan bacaan dan bagi penelitian lain agar dapat meneliti faktor resiko lain.

Kata Kunci : Riwayat, Kehamilan Ektopik
Daftar Bacaan : 15 (1998-2011)

Anda tertarik Untuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA



Hubungan Pemberian Magnesium Sulfat dengan Kejadian Atonia Uteri pada Ibu Bersalin yang Mengalami Pre-eklampsi-Eklampsi


Salah satu penyebab kematian ibu sebagian besar kasus perdarahan, perdarahan bertanggung jawab atas 28 persen kematian ibu di dunia. Atonia uteri merupakan salah satu penyebab perdarahan postpartum. Di Indonesia perdarahan postpartum yang disebabkan oleh atonia uteri sebesar 16% - 17%. Data pra survei di RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro kejadian atonia uteri pada tahun 2010 terdapat 7,31% kasus atonia uteri dan tahun 2011 terdapat 7,11% kasus atonia uteri lebih tinggi jika dibandingkan dengan kasus atonia uteri di RSD Demang Sepulau Raya tahun 2011 sebanyak 5,46%. Penyebab atonia uteri antara lain penggunaan magnesium sulfat karena adanya efek relaksasi uterus. 
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberian magnesium sulfat dengan kejadian atonia uteri pada ibu bersalin yang mengalami Pre eklampsi - Eklamsi di RSU  Jendral  Ahmad  Yani Kota  Metro  tahun  2011.
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode analitik dengan rancangan case control. Populasi kasus adalah seluruh ibu bersalin yang mengalami pre eklampsia-eklampsia dan atonia uteri berjumlah 32 orang, populasi kontrol adalah semua ibu bersalin dengan pre eklampsia – eklampsia tapi tidak mengalami atonia uteri berjumlah 171 orang. Sampel kasus berdasarkan rumus Lameshow diperoleh sampel minimal 21 orang, sampel kontrol diambil dengan perbandingan  1:2 yang diambil dengan tehnik systematic random sampling. Alat ukur berupa checklist yang dianalisa secara univariat dengan  distribusi frekuensi dan bivariat dengan analisa chi square.
Hasil penelitian bahwa proporsi pemberian magnesium sulfat pada ibu bersalin pre-eklampsia sebanyak 71,43%, hasil analis bivariat dengan p value: 0,038 dan OR: 5,846, yang berarti ibu yang diberikan MgSO4 memiliki resiko 6 kali mengalami atonia uteri. Kesimpulan penelitian bahwa ada hubungan antara pemberian magnesium sulfat dengan atonia uteri pada ibu bersalin yang mengalami pre-eklampsi - eklampsia di RSUD Jendral Ahmad Yani Metro Tahun 2011, sehingga perlu meningkatkan kewaspadaan pada ibu bersalin dengan pre eklampsia - eklampsia berdasarkan pemberian magnesium sulfat dengan persiapan terhadap penanganan ibu bersalin dengan  atonia uteri.

Kata Kunci : Magnesium Sulfat, Atonia Uteri 
Daftar Bacaan : 33 (1995-2011)

Anda tertarik Untuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA



Hubungan Perdarahan Antepartum dengan Kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru lahir


Asfiksia pada bayi baru lahir menyebabkan hipoksia, jika tidak mendapatkan penanganan secara cepat dan tepat akan berakhir pada kematian bayi baru lahir. Angka kejadian asfixia menurut WHO pada tahun 2009 di dunia adalah 19% dan di Indonesia 33,6%. Di Indonesia tahun 2009 angka kejadian asfixia yaitu sebesar 34,19%. Penyebab asfiksia terjadi karena faktor janin dan faktor ibu. Faktor ibu diantaranya gangguan his, plasenta previa, solusio plasenta dan hypertensi pada eklampsi.
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui hubungan perdarahan ante partum dengan kejadian asfixia pada bayi baru lahir di RSUD Ahmad Yani Metro Tahun 2011.
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode analitik dengan rancangan case control. Populasi kasus pada penelitian ini semua bayi baru lahir yang mengalami asfiksia pada tahun 2011 yaitu sejumlah 176 bayi dan populasi kontrol adalah semua bayi baru lahir yang tidak mengalami asfiksia. Sampel kasus diambil sebanyak 150 bayi dan sampel kontrol diambil dengan perbandingan 1:1 sehingga jumlah sampel total berjumlah 300 orang. Alat ukur berupa lembar checklist yang dianalisa secara univariat dengan tabel persentase dan bivariat dengan analisa chi square.
Hasil pengolahan data bahwa proporsi ibu melahirkan yang mengalami perdarahan antepartu sebanyak 76 ibu bersalin (50,7%), proporsi  kejadian   asfixia pada  bayi baru lahir 150 bayi baru lahir dan ada hubungan perdarahan antepartum dengan asfixia (p value: 0,000) dan OR: 7,081 di RSUD Ahmad Yani Metro tahun 2011.
Kesimpulan penelitian bahwa terdapat hubungan antara perdarahan antepartum dengan asfixia di RSUD Jendral  Ahmad  Yani Kota  Metro  tahun  2011, sehingga perlu meningkatkan upaya meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya penanganan pada ibu dengan perdarahan antepartum penanganan bayi baru lahir dengan asfiksia.

Kata Kunci : Perdarahan antepartum dan asfiksia 
Daftar Bacaan : 31 (1998-2011)

Anda tertarik Untuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA


Hubungan Induksi Oksitosin dengan Kejadian AtonĂ­a Uteri pada Ibu Bersalin yang Mengalami Perdarahan Post Partum


AtonĂ­a uteri adalah lemahnya kontraksi rahim yang menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi placenta setelah bayi dan plasenta lahir. Perdarahan merupakan penyebab utama kematian maternal dalam tiga tahun terakhir, data Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Propinsi Lampung mencatat tahun 2009 sebesar 36,7% tahun 2010 43,44% dan tahun 2011 34,55%. AtonĂ­a uteri merupakan penyebab lebih dari 90% perdarahan post partum yang terjadi dalam 24 jam setelah kelahiran bayi. Pra survey di RSUD Jenderal A. Yani Kota Metro, data tahun 2009 35,22% kejadian atonĂ­a uteri, tahun 2010 sebesar 38,03% dan tahun 2011 ditemukan 2 kasus kematian maternal dengan perdarahan post partum karena atonĂ­a uteri. Faktor penyebab atonĂ­a uteri antara lain penggunaan oksitosin untuk menginduksi persalinan. 
Tujuan penbelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan induksi oksitosin dengan kejadian atonĂ­a uteri pada ibu bersalin yang mengalami perdarahan post partum di RSUD Jenderal A. Yani Metro tahun 2011. 
Penelitian ini merupakan penelitian analitik kuantitatif dengan rancangan penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin yang mengalami perdarahan post partum di RSUD Jenderal A. Yani Kota Metro tahun 2011 sebanyak 170 responden, dengan jumlah sampel 119 responden. Teknik pengambilan sampel adalah systematic random sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan berupa studi dokumentasi  rekam medik dengan alat ukur check list. Analisis data yang digunakan analisis univariat untuk menghitung distribusi dan bivariat dengan uji chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan analisa bivariat dari 119 responden proporsi atonĂ­a uteri 59,7%, proporsi induksi oksitosin 61,3% hasil uji statistik menunjukkan hasil uji x2  dengan hasil p-value = 0,000. Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara induksi oksitosin dengan kejadian atonia uteri. Upaya  dilakukan dengan memberikan induksi oksitosin sesuai dengan indikasi dan pengawasan yang melekat kepada ibu yang dilakukan induksi oksitosin untuk mengantisipasi resiko atonia uteri. 

Kata kunci : induksi oksitosin, atonia uteri 
Daftar bacaan : 25 (1998-2010)

Anda tertarik Untuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA


Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Retensio Plasenta


Retensio plasenta merupakan salah satu penyebab perdarahan yang bertanggung jawab atas 28 persen kematian ibu di dunia. Insidensi perdarahan pasca persalinan akibat retensio placenta dilaporkan berkisar 16%- 17%. Kejadian retensio plasenta di RSUD A. Yani Metro tahun  2010  tercatat  6,76% dan mengalami peningkatan tahun 2011 menjadi 7,82%. Retensio plasenta disebabkan  oleh  berbagai  faktor  yaitu faktor  maternal dan faktor  uterus.  Faktor  maternal  antara  lain usia, paritas, faktor uterus meliputi riwayat SC, riwayat curettage, riwayat endometritis dan riwayat retensio plasenta. 
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk   mengetahui   faktor-faktor   yang   berhubungan   dengan   kejadian  retensio  plasenta  pada  ibu  bersalin di Rumah  Sakit  Umum  Jendral  Ahmad  Yani Kota  Metro  tahun  2011.
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode analitik dengan rancangan case control. Populasi kasus adalah ibu bersalin yang mengalami retensio plasenta yang berjumlah 77 orang dan populasi kontrol adalah semua ibu bersalin yang tidak mengalami retensio plasenta 984 orang. Sampel kasus adalah ibu bersalin dengan retensio plasenta yang berjumlah 77 ibu bersalin dan sampel kontrol berjumlah 77 ibu bersalin dengan tehnik systematic random sampling. Cara ukur dengan studi dokumentasi dan alat ukur berupa lembar checklist yang dianalisa secara univariat dengan tabel persentase dan bivariat dengan analisa chi square.
Hasil pengolahan data bahwa proporsi usia ibu bersalin yang beresiko tinggi (<20 atau > 35 tahun) sebanyak 15,59%, proporsi paritas ibu bersalin yang beresiko tinggi (>3) sebanyak 12,34%, proporsi riwayat kuretase sebanyak 7,79%. Ada hubungan antara usia ibu dengan kejadian retensio plasenta (p value: 0,046) dan OR: 2,833, ada hubungan antara paritas ibu dengan kejadian retensio plasenta (p value: 0,050) dan OR: 3,200, dan ada hubungan antara riwayat kuretase pada ibu bersalin dengan kejadian retensio plasenta  (p value: 0,035) dan OR: 5,597.
Kesimpulan penelitian bahwa ada hubungan antara usia, paritas dan riwayat kuretase dengan kejadian retensio plasenta di RSUD Jendral  Ahmad  Yani Kota  Metro  tahun  2011, sehingga perlu meningkatkan upaya penanganan aktif kala III. Deteksi dini terhadap retensio plasenta diutamakan pada ibu yang yang memiliki usia dan paritas beresiko serta ibu dengan riwayat kuretase melalui kunjungan ANC.

Kata Kunci : Retensio plasenta, usia, paritas, riwayat kuretase
Daftar Bacaan : 32 (1998-2011)

Anda tertarik Untuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA




Hubungan Partus Presipitatus dan Paritas Dengan Atonia Uteri Pada Ibu Bersalin


Perdarahan post partum diantaranya disebabkan oleh atonia uteri. Atonia uteri menjadi penyebab lebih dari 90% perdarahan post partum yang terjadi dalam 24 jam setelah kelahiran bayi. Kejadian atonia uteri di RSUD A Yani Kota Metro dalam tiga tahun terakhir menagalami peningkatan, yaitu tahun 2009 terdapat 35,22% (56 kasus), tahun 2010 sebesar 38,03% (62 kasus) dan tahun 2011  meningkat menjadi  41,18% (70 kasus). Atonia uteri dapat disebabkan oleh partus presipitatus dan grandemultipara sebagai faktor predisposisinya. 
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui hubungan partus presipitatus dan paritas dengan atonia uteri pada ibu bersalin yang mengalami perdarahan post partum di RSUD Jendral Ahmad Yani Kota Metro tahun 2011.
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi adalah semua ibu bersalin yang mengalami perdarahan post partum pada tahun 2011 di RSUD Jendral Ahmad Yani Kota Metro  yang berjumlah 170 orang. Sampel diambil dengan rumus slovin yang berjumlah 119 orang dengan tehnik systematic random sampling. Alat ukur berupa lembar checklist yang dianalisa secara univariat dengan tabel persentase dan bivariat dengan analisa chi square.
Hasil Penelitian diperoleh hasil bahwa proporsi ibu bersalin dengan perdarahan postpartum yang mengalami atonia uteri sebanyak 53,78% (64 orang), proporsi partus presipitatus sebanyak 28,57% (34 orang), proporsi paritas ibu dengan paritas beresiko rendah adalah sebanyak 88,24% (106 orang). Ada hubungan antara partus presipitasus dengan atonia uteri (p-value = 0,034), ada hubungan antara paritas dengan atonia uteri (p-value = 0,023). Kesimpulan penelitian bahwa terdapat hubungan antara partus presipitatus dan paritas dengan atonia uteri pada ibu bersalin yang mengalami perdarahan post partum di RSUD Jendral Ahmad Yani Kota Metro tahun 2011. Perlu upaya pemantauan dan pimpinan persalinan dengan pelaksanaan manajemen aktif kala III sesuai dengan proses asuhan kebidanan yang tepat, serta diperlukan upaya deteksi dini terhadap resiko timbulnya atonia uteri.

Kata Kunci : Partus presipitastus, paritas, atonia uteri 
Daftar Bacaan : 21 (1998-2011)

Anda tertarik Untuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA




Faktor Resiko yang Berhubungan dengan Kejadian plasenta Previa di pada ibu bersalin


Perdarahan pada saat kehamilan trimester ketiga merupakan salah satu komplikasi yang menyebabkan kematian ibu yang disebabkan oleh berbagai hal salah satunya adalah karena plasenta previa. Data RSI Asy-Syifaa Bandar Jaya untuk tahun 2009 terdapat 12 kasus (2,83%), dan tahun 2010 mengalami peningkatan yaitu sebanyak 16 kasus (3,36%). Plasenta previa dapat menimbulkan terjadinya perdarahan hingga syok sampai kematian. Usia, paritas dan riwayat keguguran berulang merupakan faktor resiko atau penyebab terjadinya plasenta previa. 
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian plasenta previa pada ibu bersalin di RSI Asy-Syifaa Lampung Tengah tahun 2011.
Metode penelitian yaitu metode analitik dengan rancangan case control. Populasi kasus adalah semua ibu hamil dengan plasenta previa di RSI Asy-Syifaa Lampung Tengah tahun 2011 yang berjumlah 22 ibu dan populasi kontrol adalah semua ibu hamil yang tidak mengalami plasenta previa berjumlah 532 ibu hamil. Sampel kasus berjumlah 22 ibu dan sampel kontrol dengan perbandingan 1: 3 berjumlah 66 orang yang diambil dengan menggunakan metode systematic random sampling. Alat ukur berupa checklist yang dianalisa secara univariat untuk mengetahui proporsi tiap variabel dan bivariat dengan analisa fisher exact untuk mengetahui hubungan antar variabel.
Hasil penelitian bahwa proporsi usia beresiko sebanyak 13,64%, proporsi paritas beresiko sebanyak 19,32%, proporsi keguguran berulang sebanyak 9,09%, hubungan antara usia dengan kejadian plasenta previa diperoleh p value: 0,009, dan OR: 5,693, hubungan antara paritas dengan kejadian plasenta previa pada ibu bersalin di RSI Asy Syifaa Bandar Jaya tahun 2011, diperoleh p value: 0,010 dan OR: 5,019, dan hubungan antara keguguran berulang dengan kejadian plasenta previa pada ibu bersalin di RSI Asy Syifaa Bandar Jaya tahun 2011, p value: 0,021dan OR : 6,176. Kesimpulan penelitian bahwa terdapat hubungan antara usia, paritas dan keguguran berulang dengan kejadian plasenta previa di RSI Asy Syifaa Bandar Jaya tahun 2011. Perlu meningkatkan kewaspadaan pada ibu bersalin dengan faktor resiko terjadinya plasenta previa dengan persiapan terhadap penanganan ibu bersalin dengan plasenta previa dan meningkatkan pendidikan kesehatan ibu hamil untuk deteksi dini tanda-tanda bahaya kehamilan melalui penyuluhan kepada ibu hamil yang melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan.

Kata Kunci : Usia, paritas, keguguran berulang, plasenta previa 
Daftar Bacaan : 27 (1998-2011)

Anda tertarik Untuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA




Fans Page