Ads 468x60px

27 April, 2011

Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Hubungan Seks Selama Hamil


Menurut Eisenberg (2006, hlm. 308), banyak sekali perubahan fisik dan psikilogis yang mempengaruhi gairah dan kenikmatan seksual, baik yang bersifat positif maupun negatif. Namun untuk beberapa faktor yang membuat pasangan harus membiasakan diri dengan keadaan tersebut, yaitu:

a.  Kondisi fisik
  1. Mual dan muntah (pada waktu hamil muda), bila serangan mual hanya terjadi pada  pada waktu-waktu tertentu, gunakanlah saat waktu tenang untuk berhubungan seksual. Haln itu akan menghilang di akhir trimester pertama.
  2. Keletihan  biasanya  terjadi  pada  bulan  keempat,  dapat  mempengaruhi hasrat untuk   bercinta. Hal ini dapat diatasi dengan tidur siang diselingi acara bercinta dengan pasangan anda.
  3. Perubahan  bentuk  fisik  tubuh,  perut  buncit,  kaki  bengkak  dan  wajah sembab.   Bercinta  pada  waktu  hamil  dapat  menjadi  kaku  dan  tidak nyaman karena terhalang dengan perut  yang membesar. Bentuk tubuh wanita   yang   berubah   dapat   membuat   pasangannya   menjadi   tidak bergairah. Anda harus dapat  mengatasi perasaan ini dengan mengatakan pada diri sendiri bahwa besar itu indah.
  4. Menyempitnya  genital  dapat  menyebabkan  seks  kurang  memuaskan (terutama pada waktu hamil tua), karena terasa penuh pada vagina setelah orgasme sehingga membuat  wanita merasa seolah tidak puas. Bagi pria, menyempitnya alat kelamin wanita dapat meningkatkan kenikmatan atau mengurangi gairahnya karena penis terasa terjepit  sehingga kehilangan ereksinya.
  5. Kebocoran  kolostrum.  Pada  akhir  kehamilan  beberapa  wanita  mulai memproduksi   kolostrum.  Kolostrum  ini  dapat  bocor  karena  adanya rangsangan seksual payudara.
  6. Perubahan pada cairan vagina, bertambahnya pelicin ini dapat membuat hubungan  seksual  menjadi  lebih  nikmat  bagi  pasangan  yang  cairan vaginanya  kering  atau  terlalu  sempit.  Tetapai dapat  membuat  saluran vagina menjadi terlalu basah dan  licin  sehingga pasangan prianya sulit untuk mempertahankan ereksi.
  7. Perdarahan   yang   disebabkan  oleh  kepekaan   leher   rahim.   Selama kehamilan leher rahim menjadi sempit dan lebih lunak. Ini berarti bahwa penetrasi yang dalam kadang-kadang menyebabkan perdarahan, terutama pada kehamilan tua (Eisenberg, 2006, hlm. 308-310).

 b.  Kodisi Psiko logis
  1. Takut  menyakiti janin  atau  menyebabkan keguguran.  Pada kehamilan yang  normal  hubungan  seksual  tidak  akan  menyebabkan  keguguran karena janin terlindung dari bantalan amnion dan rahim.
  2. Takut  bahwa  orgasme  akan  merangsang  terjadinya  keguguran  atau persalinan  dini.  Pada  saat  orgasme  uterus  akan  mengalami  kontraksi tetapi ini bukan tanda  persalinan dan tidak menimbulkan bahaya pada kehamilan normal. Tapi orgasme yang kuat yang ditimbulkan masturbasi dilarang   pada   kehamilan   beresiko   tinggi   terhadap   keguguran   dan kelahiran premature.
  3. Takut terjadi infeksi pada saat penis masuk ke dalam vagina. Apabila suami tidak memiliki penyakit menular seksual, tidak ada bahaya infeksi bagi  ibu  dan  janin  melalui  hubungan  seksual  selama  kehamilan,  asal kantong   amnion   tetap   utuh.   Untuk   pencegahan   infeksi,   pasangan dianjurkan untuk menggunakan kondom selama hubungan seksual.
  4. Kecemasan akan peristiwa persalinan yang akan datang. Calon ibu dan ayah dapat mengalami perasaan yang bercampur aduk dalam menghadapi peristiwa persalinan,  pemikiran tentang tanggung jawab dan perubahan cara hidup yang akan datang dan  biaya emosional membesarkan anak, semua ini dapat menghambat hubungan cinta. Perasaan mendua tentang bayi harus dibicarakan secara terbuka.
  5. Kemarahan  yang  tidak  didasari  dari  calon  ayah  terhadap  ibu  karena cemburu   bahwa  istrinya  sekarang  menjadi  pusat  perhatian  ataupun sebaliknya  karena  wanita  merasa  bahwa  dirinya  harus  menanggung penderitaan selama kehamilan (terutama jika ditemukan komplikasi).
  6. Takut menyakiti janin, ketika kepala janin sudah turun ke rongga panggul. Pada sebagian pasangan dapat menikmati hubungan seksual yang nyaman selama  kehamilan, ibu dapat  menjadi tegang karena posisi janin yang sudah  dekat.  Ibu  dan  suami  tidak  akan  menyakiti  janin,  jika  tidak melakukan penetrasi dalam.
  7. Anggapan   bahwa   hubungan   seksual  pada   enam   minggu   terakhir kehamilan  akan menyebabkan dimulainya proses melahirkan kontraksi yang disebabkan oleh  orgasme akan semakin kuat pada kehamilan tua. Tetapi bila leher rahim matang dan siap, maka kontraksi ini tidak akan memulai proses melahirkan. Beberapa  kajian  menunjukkan  meningkatnya  jumlah  kelahiran prematur pada pasangan yang sering melakukan hubungan seksual pada minggu-minggu terakhir kehamilan, maka seringkali dokter menganjurkan pantang hubungan seksual pada wanita dengan kehamilan beresiko kelahiran premature (Eisenberg, 2006, hlm. 308-310).

Fans Page