Peningkatan usia harapan hidup bangsa Indonesia diperkirakan mencapai 70 tahun, meningkat terus seiring dengan perbaikan taraf ekonomi dan derajat kesehatan. Usia harapan hidup wanita relatif lebih tinggi dibandingkan dengan pria, sehingga akan lebih banyak wanita usia lanjut (wulan) dalam penduduk kelompok lanjut usia (lansia), dengan demikian, akan lebih banyak wanita yang mengalami menopause dengan berbagai permasalahannya (Hanafiah, 1999).
Perubahan yang terjadi pada usia menopause terbagi dalam pre menopause berumur antara 40-50 tahun dan menopause berumur 50-65 tahun. Sebagian besar wanita mulai mengalami gejala menopause pada usai 40-an dan puncaknya tercapai pada usia 50 tahun. Usia pre menopause merupakan masa sulit dan rentan dalam kehidupan manusia.. Usia pre menopause adalah peralihan dari masa dewasa kemasa tua, dimana kegelisahan dan kebingungan timbul kembali. Banyak para wanita sukar menerima kenyataan ini bahwa mereka telah memasuki masa tua, walaupun tanggal dan kalender serta bayangan dalam cermin telah mengingatkannya (Hasan, 1996).
Pada tahun 1985 umur harapan hidup wanita Indonesia adalah 52,7 tahun, pada tahun 2000 menjadi mencapai 67 tahun dan pada tahun 2010 sekitar 40 % penduduk Indonesia akan mencapai usia lebih dari 60 tahun dan separuhnya adalah kaum wanita. Bila jumlah penduduk Indonesia 300 juta jiwa (dengan asumsi KB tetap berhasil) maka akan terdapat sekitar 50-60 juta wulan berusia diatas 60 tahun. Wanita yang berusia lebih dari 60 tahun, hampir 100% telah memasuki masa menopause (Kompas, 2001). Apabila melihat data dari WHO tampaknya ledakan menopause pada tahun-tahun mendatang sulit sekali dibendung. WHO memperkirakan di tahun 2030 nanti ada 1,2 milyar wanita yang berusia 50 tahun. Sebagian besar dari mereka (sekitar 80 %) tinggal di negara berkembang (Republika, 2001). Usia lanjut di Indonesia pada tahun 2007 berjumlah 5,53% (Depkes RI, 2007) sedangkan di Lampung pada tahun 2007 mencapai 34,56% di Lampung Timur ada 75.577 jiwa (Depkes Lampung Timur, 2007)
Fakta lapangan menemukan bahwa 75 % wanita yang mengalami menopause akan merasakan berbagai masalah atau gangguan, sedangkan sekitar 25% lainnya tidak mempermasalahkan (Achadiat, 2003). Hal ini menegaskan bahwa umumnya wanita takut menghadapi menopause karena tidak siap menerima kenyataan mengalami menopause, sehingga wanita akan melakukan berbagai cara agar dapat menghambat datangnya menopause. Hal tersebut menyebabkan wanita menjadi cemas, murung, dan menarik diri dari lingkungan sosial ketika mengalami menopause.
Dampak karena tidak siap menerima kenyataan mengalami menopause maka timbul keluhan yang bervariasi tergantung berbagai faktor, sehingga permasalahan pada wanita menopause bervariasi, sebagian berpendapat menopause adalah awal dari kemunduran fungsi kewanitaan secara keseluruhan, yang lain menganggap menopause sebagai bencana di usia senja atau saat yang paling tidak menyenangkan karena datangnya masa menopause ini kadang-kadang akan diikuti dengan perubahan fisik dan psikologis yang menyiksa (Kartono, 1992)
Penelitian Darmasetiawan (1991) tentang sindroma klimakterium di RS. Cipto Mangunkusumo Jakarta, menemukan bahwa keluhan yang diderita wanita menopause yang terbanyak adalah keluhan gejolak panas 93,4 %, gangguan haid 80,3 %, dan perasaan berdebar-debar 63,9 %. Selanjutnya Tina (1999) dari hasil penelitiannya pada wanita Bugis-Makasar keluhan setelah wanita mengalami menopause adalah cairan vagina berkurang 13,8 %, kulit kering 35,6 %, panas dan berkeringat 31,1 % serta sering pusing 53,3 %. Keluhan setelah menopause juga dikatakan oleh Pangkahila (2000) bahwa wanita menopause akan mengalami dyspareunia atau nyeri senggama 67 %, dan 27 % akan menderita vaginismus. Pada umumnya perubahan yang akan tampak langsung pada masa menopause adalah perubahan fisiologis yaitu terjadi penurunan elastisitas pada kulit, wajah dan payudara, vagina, rambut mulai memutih, suara parau, timbul bintik-bintik kecoklatan dan perubahan-perubahan lainnya.
Menurut Primana (1993) meningkatnya jumlah wanita menopause di Indonesia memerlukan upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan agar wanita menopause sehat, produktif dan mandiri. Upaya itu diantaranya pemberian jaminan kesehatan pada wanita usia lanjut, mendekatkan pelayanan pada wanita usia lanjut misalnya mendirikan Posyandu Usila.
Sebenarnya menopause adalah suatu perubahan alamiah yang pasti akan terjadi pada setiap wanita, namun ada faktor-faktor yang terkait dengan gangguan fisik gangguan psikis sehingga sebagian wanita pre menopause yang kurang mengerti tentang menopause, cenderung memandang menopause dari sudut yang negatif, akibatnya mereka diliputi perasaan cemas dan takut ketika menopause.
Menurut Baziat (2002) ada empat cara untuk mengetahui ada tidaknya kecemasan, yaitu secara koginitif, motorik, somatik, dan afeksi. Secara kognitif, kecemasan dimanifestasikan dalam diri individu menjadi cemas, sulit untuk berkonsentrasi, sulit untuk tidur dan terlalu terpaku pada bahaya yang tidak jelas asalnya. Secara motorik, kecemasan dimanifesatikan ke dalam perilaku gerakan tidak terarah, yang bermula pada gemetaran secara halus kemudian meningkat intensitasnya. Secara somatic, kecemasan dimanifestasikan pernafasan tidak teratur, berdebar-debar, tangan dan kaki dingin, dan sebagainya. Secara afeksi kecemasan dimanifestasikan pada perasaan adanya bahaya yang mengancam dan sangat khawatir dan gelisah yang berlebihan.
Selanjutnya faktor yang memengaruhi wanita pre menopause memenurut Iskandar (1998) dibagi menjadi dua (2) yaitu faktor internal dan eksternal. faktor internal disebabkan oleh perubahan fisik dan kepribadian, faktor eksternal disebabkan dari lingkungan, sedangkan menurut Pitt, B. (1993) disebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi wanita pre menopause menghadapi menopause terkait dengan gangguan fisik gangguan psikis, usia, peran istri bagi suami dan peran ibu, daya tarik seksual dan penurunan aktivitas seksual, status kerja.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Ada pertanyaan ataupun komentar ....!