Penyakit hepatitis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Penyakit ini masih merupakan satu masalah kesehatan di Indonesia karena prevalensinya cukup tinggi. Prioritas pencegahan terhadap penyakit ini yaitu melalui pemberian imunisasi hepatitis pada bayi dan anak-anak. Hal ini dimaksudkan agar mereka terlindungi dari penularan hepatitis B sedini mungkin dalam hidupnya. Integrasi imunisasi Hepatitis B ke dalam imunisasi dasar pada kelompok bayi dan anak-anak merupakan langkah yang sangat diperlukan, dengan imunisasi penyakit hepatitis B dapat dicegah (Depkes, 2005).
Infeksi Hepatitis B merupakan problem kesehatan masyarakat di dunia diperkirakan ada 350 juta carrier (pengidap) di dunia (Siswono, 2001). Angka kejadian (prevalensi) hepatitis B kronik di Indonesia mencapai 5 hingga 10 % dari total penduduk, atau setara dengan 13,5 juta penderita. Jumlah ini membuat Indonesia menjadi negara ke 3 di Asia yang penderita hepatitis B kronik paling banyak, dibawah China yang berjumalah 123,7 juta dan India 30 hingga 50 juta (Lesmana, 2007)
Cakupan imunisasi HB0 di Indonesia pada tahun 2010 baru mencapai 68% dari target 90%. Propinsi Lampung pada tahun 2010 pencapaian bayi yang mendapatkan imunisasi HB0 yaitu 53% , pada tahun 2011 pencapaian bayi yang mendapatkaan imunisasi HB0 yaitu 43%, dari target 90% (Profil Dinkes Propinsi Lampung, 2011).
Imunisasi Hepatitis B merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis (Hidayat, 2009). Imunisasi hepatitis B sebaiknya diberikan sedini mungkin setelah lahir, mengingat sekitar 33% ibu melahirkan di negara berkembang adalah pengidap HbsAg positif dengan perkiraan transmisi maternal 40% (Wahab, 2002). Keuntungan pemberian vaksin hepatitis agar anak terhindar infeksi dari anak ke anak (Ngastiyah, 2005), Sayangnya, kebanyakan masyarakat belum sadar akan hal tersebut. Mereka tidak mengimunisasikan bayinya karena berbagai sebab, sehingga masih ada kemungkinan bayi dapat tertular oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (Dinkes Kabupaten Lampung Utara, 2009).
Penyebab rendahnya cakupan imunisasi HB0 adalah pendidikan petugas imunisasi, pengetahuan petugas, jumlah petugas pelaksana imunisasi, pengetahuan ibu tentang imunisasi dan tersedianya kendaraan operasional (Depkes, 2005). Upaya tidak cukup hanya dengan program pemberian imunisasi oleh tenaga kesehatan dari pemerintah yang terdidik dan terlatih serta fasilitas kesehatan yang memadai saja, tetapi sikap dan perilaku masyarakat juga penting. Perilaku sehat oleh keluarga terutama ibu dalam hal ini memberikan kontribusi yang besar terhadap status derajat kesehatan. Perilaku seseorang atau masyarakat termasuk perilaku pemberian imunisasi dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya adalah pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2007)