Tumbuh kembang anak merupakan salah satu masalah utama kesehatan anak yang banyak terjadi di negara Indonesia saat ini. Masalah tumbuh kembang anak tersebut tentu saja menimbulkan dampak baik langsung maupun tidak langsung. Dampak langsung dari tumbuh kembang anak yang kurang terpantau adalah meningkatnya angka kesakitan bayi yang merupakan indikator kedua dalam menentukan derajat kesehatan anak, karena nilai kesakitan merupakan cerminan dari lemahnya daya tahan tubuh bayi dan balita, serta berakibat pada status gizi balita yang kurang yang mengurangi daya tahun tubuhnya terhadap penyakit. Dampak langsung yang akan timbul dari keadaan tersebut diantaranya tingginya angka kesakitan pada bayi dan balita yang dapat berujung pada angka kematian bayi dan balita (Hidayat, 2011).
Data WHO menunjukkan bahwa jumlah total kematian anak di bawah 5 tahun pada tahun 2009 adalah sebesar 8.1 juta atau sebesar 60 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2009. Angka kematian balita di Indonesia untuk tahun 2010 adalah sebesar 151/1000 balita, angka ini lebih besar dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya seperti Malaysia sebesar 3/1000 balita, Thailand sebesar 11/1000 balita, dan Vietnam 34/1000 balita (WHO, 2011).
Survey Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2007 mengestimasikan nilai Angka Kematian Balita sebesar 44 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini merupakan estimasi untuk periode 5 tahun sebelum survei (2003-2007). Berdasarkan estimasi terhadap nilai AKABA pada tingkat provinsi terlihat bahwa propinsi Lampung memiliki AKABA 55/1000 dimana angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan propinsi lain seperti propinsi Sumatera Selatan sebesar 52/1000, Riau sebesar 47/1000, dan propinsi Aceh sebesar 45/1000 balita.
Dampak dari tidak terpantaunya tumbuh kembang balita tersebut merupakan akibat dari kurangnya kesadaran orang tua khususnya ibu dalam memperhatikan tumbuh kembang anaknya. Salah satu upaya guna memantau tumbuh kembang anak adalah dengan membawa anak ke posyandu secara rutin. Pada anak sampai usia lima tahun sebaiknya dibawa ke Posyandu setiap bulan, karena di Posyandu dilakukan pemantauan tumbuh kembang balita dengan cara melakukan pengukuran berat badan sebagai cara terbaik untuk menilai status gizi balita tiap bulanya, sehingga tumbuh kembang anak akan terpantau (Depkes, 2006).
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar utamanya untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Depkes RI, 2006). Kunjungan ibu dan balita ke Posyandu ini diharapkan dapat rutin agar dapat memantau pertumbuhan dan berkembangan balita dengan baik, namun kenyataan pada saat ini kunjungan ibu semakin berkurang
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Ada pertanyaan ataupun komentar ....!