Ads 468x60px

11 Desember, 2011

Penanganan Nyeri Pada Bayi


Pada zaman dulu, bayi, terutama yang baru dilahirkan, seringkali dianggap belum mampu memberikan respons nyeri. Hal ini disebabkan, untuk dapat bereaksi terhadap nyeri atau rasa sakit, diperlukan susunan saraf yang sudah terbentuk dengan baik dan adanya pengalaman awal terhadap nyeri sehingga nyeri dapat diinterpretasikan dengan baik. Bayi yang baru dilahirkan dianggap belum memiliki sistem persarafan yang sempurna sehingga dianggap belum mampu merespons nyeri yang diterima dengan baik. 

Prosedur medis yang dilakukan di rumah sakit sering bersifat invasif dan dilakukan tanpa mempertimbangkan rasa nyeri yang mungkin dialami. Sampai akhir tahun 1980-an, operasi yang dilakukan pada bayi sering tanpa mempergunakan obat-obatan anestesi yang memadai. Demikian pula bayi-bayi prematur (kurang bulan) yang dirawat di ruangan intensif sering menerima perlakuan yang menimbulkan nyeri tanpa mendapatkan obat yang dapat mengurangi rasa nyeri. Perlakuan yang dimaksud adalah prosedur medis rutin yang harus dilakukan untuk mempertahankan stabilitas fisiknya seperti pengambilan darah, pemasangan infus, ataupun pemberian tranfusi. 

Penelitian-penelitian yang dilakukan dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa terdapat suatu fenomena baru mengenai nyeri, yaitu: 
  • Telah mulai dikenali secara luas bahwa pada bayi yang baru dilahirkan baik bayi yang cukup bulan (bayi yang dilahirkan pada saat kehamilan berusia lebih atau sama dengan 37 minggu) ataupun kurang bulan (bayi yang dilahirkan pada saat kehamilan berusia kurang dari 37 minggu), telah memiliki kemampuan untuk mengantarkan nyeri dengan sempurna. Hal ini disebabkan sistem persarafan dan hormonal yang terlibat dalam proses pengantaran respons nyeri telah terbentuk sempurna pada akhir trisemester kedua kehamilan.
  • Terdapat beberapa metode penanganan nyeri yang cukup mudah dilaksanakan sehingga pada akhirnya penanganan nyeri dapat dikerjakan dengan cara yang praktis dan tidak menimbulkan efek samping. Penanganan nyeri ini dikenal dengan metode yang tidak mempergunakan obat-obat antinyeri (non farmakologi) yang terutama diperuntukkan bagi rasa nyeri yang ditimbulkan tindakan medis minimal. Metode ini dianggap mampu mengurangi respons nyeri secara optimal dan dalam pelaksanaannya tidak memerlukan pengawasan yang intensif. 


Tiga Kelompok Nyeri pada Bayi
Nyeri yang dialami bayi dapat menimbulkan efek yang tidak saja akan dialami pada masa sekarang, namun juga berdampak di masa kehidupannya mendatang. Pada dasarnya pengaruh nyeri terbagi menjadi tiga kelompok yaitu efek segera, efek jangka pendek, dan efek jangka panjang. Masing-masing kelompok menimbulkan efek yang berbeda-beda. 
  • Efek segera: menimbulkan rasa ketakutan, kegelisahan, gangguan waktu tidur dan bangun, penurunan jumlah konsumsi makanan, peningkatan jumlah produksi asam lambung.
  • Efek jangka pendek: gangguan imunologis (pertahanan tubuh), keterlambatan penyembuhan, gangguan pembentukan emosi.
  • Efek jangka panjang: terbentuknya ingatan terhadap nyeri, retardasi pertumbuhan, perubahan dalam merespons nyeri. Nah, melihat respons terhadap nyeri yang dijelaskan di atas, mungkinkah efek nyeri dapat menjadi sedemikian luasnya? Jawabannya, mungkin, tergantung dari sisi mana kita memandang. Nyeri yang dapat menimbulkan efek seperti di atas adalah nyeri yang dialami berulang-ulang dan dalam intensitas yang cukup kuat. Namun bagaimana pun, intensitas nyeri yang dialami akan terekam dalam ingatan bayi sehingga di masa mendatang akan terjadi perubahan memori terhadap nyeri dan menyebabkan makin rendahnya nilai ambang terhadap nyeri. Pada beberapa bayi, sering terlihat reaksi ketakutan dan kegelisahan terhadap situasi dimana dia harus mengalami rasa nyeri ini. Di mata kita, terlihat sebagai respons yang dianggap "biasa", padahal dalam kenyataannya jika hal ini dialami berulangkali akan menimbulkan efek seperti yang telah dijelaskan di atas. 


Penanganan
Berbagai macam pertanyaan dapat muncul berkaitan dengan respons nyeri dan efeknya di masa mendatang. Tetapi ada beberapa prinsip yang bisa dipakai pegangan dalam menjawab sejumlah pertanyaan tersebut yaitu: 
  • Pada dasarnya, semua bentuk rasa nyeri yang diterima oleh bayi sebaiknya dihindari, jika tidak memungkinkan dapat dipakai beberapa cara penanganan nyeri secara praktis. 
  • Makin dini penanganan nyeri dilakukan, makin baik hasil yang akan diperoleh. Hal ini disebabkan oleh adanya rekaman terhadap rasa nyeri yang akan sangat berpengaruh terhadap bagaimana respons nyeri bayi Anda di masa mendatang. Penanganan nyeri dengan tidak memakai obat-obatan merupakan metode yang praktis, tidak menimbulkan efek samping dan mudah untuk dilaksanakan. Metode ini digunakan untuk penanganan nyeri yang disebabkan oleh prosedur medis minimal yang telah dijelaskan di atas. Penelitian yang dilakukan dalam beberapa tahun terakhir ini telah membuktikan bahwa pemberian larutan gula dan menyusui mampu menurunkan respons nyeri dengan optimal pada bayi. Sayangnya penelitian yang sama pada anak belum pernah dilakukan, sehingga belum dapat dijelaskan kegunaannya pada media ini. 
Berikut penjelasan selengkapnya:
  • Pemberian larutan gula Larutan gula yang mampu menurunkan respons nyeri berkisar antara 12-50% (di pasaran Indonesia dijual dalam kemasan 5%, 10%, 40%). Respons terhadap nyeri didapat oleh karena sensasi rasa manis pada larutan guna dapat merangsang munculnya opiate endogen dalam tubuh (zat analgesik alamiah yang terdapat dalam tubuh). Metode pemberiannya adalah dengan memberikan larutan ini melalui semprit 2-3 menit sebelum melakukan imunisasi, pengambilan infus, dll. Respons nyeri yang dapat diturunkan cukup besar yaitu berkisar 50% dari respons nyeri yang sesungguhnya. Larutan gula merupakan teknik penanganan nyeri yang dapat dilaksanakan di rumah sakit, termasuk di ruangan intensif dimana prosedur medis minimal ini sering dikerjakan. Permasalahannya, bagaimana jika nyeri ini juga dialami di luar rumah sakit atau di tempat-tempat yang tidak memiliki cukup perawat terlatih untuk mengerjakannya? Ambillah contoh pemberian imunisasi yang merupakan program rutin yang dapat dilakukan di mana saja seperti Posyandu, tempat praktik bidan, dokter, ataupun Puskesmas pembantu. 
  • Menyusui, Menyusui merupakan proses alamiah yang dapat dikerjakan oleh semua ibu yang memiliki bayi. Telah dikenal secara luas berbagai manfaat yang didapat dari ASI dan proses menyusui itu sendiri. Kini, manfaat itu bertambah lagi dengan ditemukannya efek analgesik dari menyusui.  Seperti yang telah dijelaskan, efek analgesik dapat muncul dari sensasi rasa manis (terdapat pada ASI), efek ini dapat diperkuat dengan proses mengisap. Berdasarkan penelitian beberapa tahun terakhir didapatkan bahwa menyusui dapat menurunkan respons nyeri 3/4 dari respons semula. Sungguh suatu angka yang mengejutkan karena respons analgesiknya hampir menyerupai respons obat-obatan. Tekniknya hampir sama dengan pemberian larutan gula, namun menyusui dilanjutkan 2-3 menit setelah perlakuan yang menimbulkan nyeri diberikan. 


Kini, terdapat suatu metode yang sebenarnya sudah sangat familiar dengan kehidupan kita yang dapat dipergunakan untuk menurunkan respons nyeri dan mencegah efek yang merugikan di masa yang mendatang. Kebiasaan membiarkan bayi merasakan nyeri tanpa intervensi apapun, sebaiknya mulai dihilangkan, mengingat berbagai efek nyeri yang dapat muncul di masa mendatang. Pada bayi, menyusui dapat menjadi suatu alternatif yang mudah dilaksanakan dan dapat dilakukan di mana saja. 

Sedangkan pada anak, penanganan nyeri dapat dilakukan dengan pemberian obat yang bersifat lokal pada lokasi di mana perlakuan nyeri itu dikerjakan. Obat-obatan ini telah tersedia beberapa di apotek, namun sayang sekali belum banyak yang menggunakannya. 

Penanganan nyeri dalam bentuk apapun, dalam bentuk intervensi obat atau tanpa obat-obatan akan sangat berguna dalam mencegah efek nyeri di masa mendatang. 

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Ada pertanyaan ataupun komentar ....!

Fans Page