27 April, 2011
Mengatasi Ruam Popok
Warna kemerahan merupakan tanda awal terjadinya ruam popok, cukup dengan melakukan langkah pencegahan, biasanya ruam popok dapat sembuh sendiri. Dapat ditambahkan krim pelindung kulit khusus bayi yang mengandung zinc oxide atau petroleum untuk mencegah kontak dengan urin dan feses.Gantilah popok dengan popok sekali pakai yang mengandung gel berdaya serap tinggi (superbasorbent gelling material) dan hindarkan penggunaan yang terlalu kencang. Untuk sementara, hindari penggunaan tisu basah (baby wipes) karena dapat menambah iritasi pada area popok, lebih baik gunakan air dan sabun. Jika tidak sembuh juga, curigai kemungkinan adanya infeksi jamur atau bakteri dan penyakit lain.
Penanganan Ruam Popok
Banyak sekali macam gangguan masalah kulit pada bayi gangguan kulit pada bayi biasanya disebabkan banyak hal, misalnya : terjadinya ruam popok akibat pemakaian popok yang menimbulkan merah pada kulit bayi. Ruam popok ini kerap menjadi masalah pada bayi baru lahir.
- Jika menggunakan popok dari kain, sebaiknya haruslah terbuat dari bahan katun yang lembut. Janganlah terlalu ketat menggunakan diaper, hal ini agar kulit bayi tidak tergeser.
- Sebaiknya perhatikanlah daya tampung dari diaper itu. Jika telah menggelembung atau menggantung, sebaiknya segeralah tukar dengan yang baru
- Cobalah menghindari pemakaian diaper yang terlalu sering. Gunakanlah diaper disaat-saat yang membutuhkan sekali.
- Janganlah ada sisa urine/kotoran saat membersihkan kulit bayi karena kulit yang tidak bersih akan sangat mudah mengalami ruam popok.
- Jangan lupa menggunakan sabun jika kulit bayi yang tertutup diaper terdapat merah dan kasar.
Berbagai Obat Atasi Ruam Popok
- Kategori obat: pelindung kulit. Dalam kategori ini adalah obat-obat yang aman dan dijual bebas memiliki cara kerja melindungi kulit. Misalnya obat oles yang mengandung seng oksida (zinc oxide), bekerja sebagai antiseptik, menyejukkan kulit, dan mempercepat penyembuhan, juga petrolatum atau lanolin yang menahan air dalam kulit dan mencegah iritasi.
- Kategori obat: Anti jamur, Dipakai bila dicurigai ada infeksi jamur atau telah terbukti dengan pemeriksaan laboratorium. Biasanya yang digunakan adalah krim atau salep nistatin, klotrimazol, atau econazole nitrat, bekerja mematikan dan mencegah pertumbuhan jamur lebih lanjut.
- Kategori Obat: Steroid Topikal (dioleskan di kulit) Bekerja mengurangi peradangan. Misalnya obat yang mengandun hidrokortison. Penggunaannya perlu hati-hati karena efek sampingnya. Dapat diserap tubuh jika dipakai berlebihan dan justru dapat memperparah ruam popok jika ternyata disertai oleh infeksi jamur atau bakteri.
- Kategori Obat : Antibiotika Topikal. digunakan untuk mengobati ruam popok yang terinfeksi bakteri.
Perawatan Perianal
Perawatan pada daerah yang tertutup popok sangat penting dilakukan
1. Ganti Popok Usai Mengompol
Ruam kulit bisa timbul karena popok yang basah. Segera ganti popoknya begitu ia kencing. Kalau si kecil menggunakan diapers, sering-seringlah memeriksanya. Jangan sampai membiarkan genangan air seni atau tinja di dalam diapers. Sebaiknya ganti diapers 3-4 jam sekali. Kecuali jika ia buang air besar, harus langsung diganti.
2. Kulit Senantiasa Kering
Usahakan kulit bayi dalam keadaan kering. Jika ia baru mengompol, segera basuh dengan air menggunakan waslap. Keringkan dengan kain yang lembut atau dengan cara menepuk-nepuknya. Bila perlu olesi salep kulit atau krim di daerah lipatan leher, ketiak, paha, dan pantat. Tak perlu menambahkan bedak karena tidak cocok untuk menangani ruam popok. Salep kulit/krim ini bisa mengurangi rasa gatal dan merah-merah yang timbul. Sebaiknya, beli berdasar resep dokter atau produk yang sudah dianjurkan dokter.
3. Pakai Sabun Khusus
Gunakan sabun khusus yang tidak menimbulkan iritasi pada kulit. Hindari pemakaian sabun pada daerah yang terkena peradangan.
4. Longgarkan Popok
Jangan mengikat popok terlalu kuat. Hindari juga penggunaan popok/celana yang terbuat dari plastik, karet, nilon, atau bahan lain yang tidak menyerap cairan.
5. Beri Udara Bebas
Sesekali biarkan daerah alat kelamin terkena udara bebas. Untuk beberapa saat lamanya (biasanya setelah mandi), biarkan si kecil tanpa celana.
Konsep Senam Nifas
Pengertian senam nifas
Senam nifas adalah gerakan untuk mengembalikan otot perut yang kendur karena peregangan selama hamil. Tak ada yang perlu dikhawatirkan dalam melakukan latihan ini jika timbul rasa nyeri sebaiknya dilakukan perlahan tapi jangan tidak melakukannya sama sekali. Senam ini dilakukan sejak hari setelah melahirkan hingga hari kesepuluh, dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara bertahap yang dimulai dari tahap yang paling sederhana hingga yang dengan mengulang gerakan (Hariningsih, 2004). Senam nifas adalah senam yang dilakukan untuk mengembalikan kekendoran otot dinding perut dan mengembalikan kekencangan otot dasar panggul dan otot liang senggama (Mochtar, Rustam, 1998, hlm. 229).
Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari pertama melahirkan setiap hari sampai hari yang kesepuluh. Tentu saja senam ini dilakukan pada saat sang ibu benar-benar pulih (Muhammad Taufik, 2008). Setelah persalinan seorang ibu baru memasuki masa pemulihannya dan perlahan kembali kekondisi semula, tindakan tirah baring dan senam pasca persalinan membantu proses fisiologis ini secara perlahan. Senam nifas adalah untuk mempertahankan dan untuk meningkatkan sirkulasi ibu pada masa post partum segera ketika ia mungkin beresiko mengalami trombosis vena atau komplikasi sirkulasi lain (Eileen Brayshaw, 2007).
Manfaat senam nifas
Adapun beberapa manfaat senam nifas adalah :
- Memperbaiki elastisitas otot-otot yang telah mengalami penguluran.
- Meningkatkan ketenangan dan mempelancar sirkulasi darah.
- Mencegah pembuluh darah menonjol, terutama di kaki.
- Menghindari pembengkakan pada pergelangan kaki.
- Mencegah kesulitan buang air besar dan buang air kecil. f. Mengembalikan rahim pada posisi semula
- Mempertahankan postur tubuh yang baik.
- Mengembalikan kerampingan tubuh.
- Membantu kelancaran pengeluaran ASI (Huliana,Mellyana, 2003)
- Manfaat senam nifas adalah untuk membantu memperbaiki sirkulasi darah, memperbaiki sikap tubuh dan punggung setelah melahirkan, memperbaiki otot tonus, pelvis, dan perenggangan otot abdomen atau disebut juga pasca persalinan dan memperbaiki juga memperkuat otot panggul (Muhammad Taufik, 2008)
Umumnya, wanita yang habis melahirkan kerap mengeluhkan bentuk tubuhnya yang melar. Meski harusnya dimaklumi, akibat membesarnya otot rahim karena pembesaran sel maupun pembesaran ukurannya selama hamil. Selain otot perut pun jadi memanjang sesuai pertumbuhan kehamilan. Setelah melahirkan, otot-otot tersebut akan mengendur. Belum lagi kondisi tubuh yang kurang prima lantaran letih dan tegang. Sementara peredaran darah dan pernapasan belum kembali normal. Hingga untuk membantu mengembalikan tubuh ke bentuk dan kondisi semula, tak bisa lain harus dengan latihan senam nifas yang teratur .
Manfaat lain senam nifas juga untuk mengencangkan otot perut, liang sanggama, otot-otot sekitar vagina maupun otot-otot dasar panggul, disamping melancarkan sirkulasi darah. Senam nifas sebaiknya dilakukan dalam waktu 24 jam setelah melahirkan, lalu secara teratur setiap hari. Sayangnya, para ibu kerap merasa takut melakukan gerakan demi gerakan setelah persalinan. Padahal 6 jam setelah persalinan normal atau 8 jam setelah operasi sesar, ibu sudah boleh melakukan mobilisasi dini, termasuk senam nifas. Dengan melakukan senam nifas segera mungkin, hasil yang didapat pun diharapkan bisa optimal. Tentunya lakukan secara bertahap (Khasanah,2008).
Dengan melakukan senam nifas, kondisi umum ibu jadi lebih baik. Rehabilitasi atau pemulihan jadi bisa lebih cepat, contohnya kemungkinan terkena infeksi pun kecil karena sirkulasi darahnya bagus. Selain menumbuhkan atau memperbaiki nafsu makan, hingga asupan makannya bisa mencukupi kebutuhannya. Paling tidak, dengan melakukan senam nifas, ibu tak terlihat lesu ataupun emosional.
Bentuk latihan senam antara ibu yang habis melahirkan normal dengan yang sesar tidaklah sama. Pada mereka yang sesar, beberapa jam setelah keluar dari kamar operasi, pernapasanlah yang dilatih guna mempercepat penyembuhan luka. Sementara latihan untuk mengencangkan otot perut dan melancarkan sirkulasi darah di tungkai baru dilakukan 2-3 hari setelah ibu dapat bangun dari tempat tidur. Sedangkan pada persalinan normal, bila keadaan ibu cukup baik, semua gerakan senam bisa dilakukan.
Secara umum melahirkan adalah peristiwa berdurasi panjang, yang berarti bahwa ibu mungkin merasa lelah dan sakit serta sistem reproduksinya akan memerlukan waktu untuk pulih dari melahirkan itu sendiri (Helen, Varney, 2003)
Cara dan metode senam nifas
Umumnya, para ibu post partum takut melakukan banyak gerakan. Sang ibu biasanya khawatir gerakan-gerakan yang dilakukannya akan menimbulkan dampak yang tidak diinginkan. Padahal, apabila ibu bersalin melakukan ambulasi dini, itu bisa memperlancar terjadinya proses involusi uteri (kembalinya rahim ke bentuk semula). Salah satu aktivitas yang dianjurkan untuk dilakukan para ibu setelah persalinan adalah senam nifas. Senam ini dilakukan sejak hari pertama setelah melahirkan hingga hari kesepuluh. Dalam pelaksanannya, harus dilakukan secara bertahap, sistematis, dan kontinyu. Tujuan senam nifas ini di antaranya memperbaiki sirkulasi darah, memperbaiki sikap tubuh setelah hamil dan melahirkan, memperbaiki tonus otot pelvis, memperbaiki regangan otot abdomen atau perut setelah hamil, memperbaiki regangan otot tungkai bawah, dan meningkatkan kesadaran untuk melakukan relaksasi otot-otot dasar panggul.
Ada beberapa cara senam nifas :
a. Asuhan senam nifas atau latihan fisik:
1) Mengajarkan latihan ringan tertentu yang membantu memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar panggul.
2) Menjelaskan pentingnya pengembalian otot-otot perut dan panggul kembali normal. Ibu akan merasa telah kuat dan menyebabkan otot perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung. Jelaskan bahwa latihan atau senam beberapa menit setiap hari sangat membantu, seperti:
a) Latihan pernapasan dan otot perut:
(1) Dengan tidur telentang
(2) Lengan disamping
(3) Menarik otot selagi menarik nafas
(4) Tahan napas kedalam dan angkat dagu ke dada; tahan 1 hitungan sampai 5
b) Latihan memperkuat tonus otot vagina (latihan kegel)
(1) Kerutkan otot vagina dan anus seperti menahan kencing dan buang air besar dan tahan sampai hitungan 5.
(2) Kendurkan dan ulangi latihan sebanyak 5 kali.
(3) Mulai dengan menggerakkan 5 kali latihan untuk setiap gerakan, setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak.
(4) Pada minggu ke 6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali.
b. Menurut Mellyna Huliana :
- Pakaian dilonggarkan, tidur telentang dengan satu bantal kedua lutut lurus dan tangan disamping badan.
- Letakkan kedua telapak tangan diatas perut, yaitu di sekitar pusat sebagai perangsang.
- Tidur telentang dengan satu bantal, kedua lutut dibengkokkan setengah tinggi dan telapak kaki rata pada kasur.
- Tidur telentang dengan satu bantal, kedua lutut dibengkokkan setengah tinggi, lurus dan dirapatkan. Tangan terentang di samping dengan bahu lurus.
- Duduk tegak berdiri, kedua tangan saling berpegangan pada lengan bawah dekat siku. Angkat siku sejajar dengan bahu.
- Berdiri dengan kedua tangan di belakang punggung.
- Tidur terlentang tanpa bantal dan tangan di samping badan, kerutkan pantat, kempeskan perut sehingga bahu menekan kasur, ulurkan leher dan lepaskan.
- Posisi duduk atau berdiri, kedua tangan diletakkan di atas sendi bahu.
- Berdiri dengan kaki sedikit direnggangkan. (Mellyna, Huliana, 2003)
Menurut Biro Hukum Dan Humas Dep.Kes. RI, latihan senam nifas terdiri dari :
- Latihan menarik nafas.Bantal kecil diletakkan dibawah bahu dengan kedua tangan dibawah kepala, wanita menarik nafas panjang dan pelan-pelan.
- Berulang-ulang mengangkat dan menurunkan tungkai, untuk memperkuat otot-otot perut.
- Mengangkat tungkai untuk kemudian secara pelan-pelan menurunkannya.
- Mengangkat kepala dan bahu untuk memperkuat tonus otot-otot perut.
- Bangun dari sikap berbaring ke sikap duduk dengan meluruskan kedua lengan.
- Bangun dari sikap berbaring ke sikap duduk dengan menarik kedua tangan dibelakang kepala (Biro Hukum Dan Humas Dep.Kes. RI, 1997)
Latihan senam post partum harus dilakukan sesegera mungkin. Ibu harus mulai dengan latihan senam yang sederhana kemudian dilanjutkan dengan gerakan yang lebih berat, yang dijelaskan dalam bentuk lampiran.
(Bobak, 2002, hlm. 533).
Pengganti Air Susu Ibu (PASI)
Pengertian PASI
Pengganti Air Susu Ibu (PASI) adalah makanan bayi yang secara tunggal dapat memenuhi kebutuhan gizi serta pertumbuhan dan perkembangan bayi sampai berumur antara 4 dan 6 bulan (Soetjiningsih, 1997 : 182).
Cara menentukan bayi siap diberi PASI
- Bayi berusia 4-6 bulan mulai menunjukkan kesiapan untuk makan dengan mulai tumbuhnya gigi, dapat duduk, menjangkau barang yang dilihat dan memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya.
- Pada usia 6 bulan lambung bayi telah siap untuk mencerna makanan padat.
- Bila berat badan bayi tidak bertambah berarti bayi tidak tumbuh maka ia perlu mendapat makanan pendamping ASI.
- Dari data KMS terlihat adanya kurva mendatar yang menunjukkan bahwa bayi memerlukan makanan pendamping ASI.
- Terdapat adanya penurunan produksi ASI yang kurang mencukupi kebutuhan bayi dan mengganggu pertumbuhannya sehingga diperlukan adanya makanan pendamping ASI (Utami Roesli : 2001)
Keadaan yang mengharuskan ibu menggantikan ASI kepada bayi atau anaknya antara lain :
- Air susu ibu (ASI) tidak keluar
- Ibu meninggal sewaktu melahirkan atau waktu bayi masih memerlukan ASI.
- ASI keluar te tapi jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan bayi
- ASI keluar tetapi ibu tidak dapat terus menerus menyusui bayinya karena ibu berada di luar rumah (bekerja di kantor, kebun atau tugas lainnya). (Notoatmodjo, 2007 : 249)
Manfaat PASI
Manfaat PASI menurut Depkes (1993), adalah :
- Melengkapi zat gizi ASI yang sudah berkurang.
- Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam-macam makanan dengan berbagai rasa dan bentuk.
- Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan.
- Mencoba adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi tinggi.
Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum mengganti ASI dengan PASI
- Ibu harus mengetahui susu buatan yang cocok dengan anaknya
- Ibu hendaknya menguasai cara menyiapkan dan memberikan minuman buatan yang baik.
- Ibu juga harus mengetahui cara membersihkan dan mensterilkan alat-alat untuk membuat minuman buatan untuk mencegah kontaminasi.
- Tersedianya cukup air bersih untuk membuat minuman buatan dan membersihkan peralatan. (Depkes RI., 1993 : 31)
Macam-macam minuman Buatan
- Menurut rasa, misalya manis yaitu susu sapi yang diencerkan sendiri seperti : SG, S26, Alminron, Meiji manis, Morigana manis, Isomil, Enfamil, Vitalac dan lainnya. Rasa asam seperti Camelpo 2, Eledon, Dumex, Cap Bendera asam. Susu buatan rasa asam lebih tahan terhadap kontaminasi dari pada susu buatan manis.
- Menurut pH cairan : yaitu susu yang disamakan dengan ASI (acidified, non acidulated) contohnya seperti susu buatan manis.
- Menurut kandungan nutrien : seperti rendah laktosa, misalnya Almiron, Isomil, Sobee, rendah lemak seperti : Eledon yang terdiri dari lemak Carbo (C 8 – 10 = Middle Triglycerides atau MCT) misalnya Protagen, yang diberikan terutama pada bayi yang dengan berat badan yang rendah.
- Menurut sumber protein, ada yang dibuat dari kacang kedelai, misalnya sobee, isomil, umumnya diberikan sebagai makanan tambahan pada bayi yang alergi terhadap susu sapi.
- Juga pembagian berdasarkan penggolongna komposisi nutrien yaitu : Adapted formula yang mempunyai komposisi nutrien serupa ASI, contohnya vitalac, S26, Nutrilon. Untuk susu yang complate formula seperti formula lain yang mengandung lengkap nutrien contohnya : SGM, Laktogen,Enfamil, Morigana)
Jenis makanan pendamping ASI yang dapat diberikan diantaranya adalah sebagai berikut :
- Buah-buahan yang dihaluskan atau dalam bentuk sari buah, misalnya : pisang ambon, pepaya, jeruk manis, tomat dan lainnya.
- Makanan lunak dan lembek seperti bubur susu dan nasi tim.
Hal-Hal yang Mempengaruhi Produksi ASI
Makanan ibu
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan ibu, apabila makanan ibu secara teratur dan cukup mengandung gizi yang diperlukan akan mempengaruhi produksi ASI, karena kelenjar pembuat ASI tidak dapat bekerja dengan sempurna tanpa makanan yang cukup.
Untuk membantu memproduksi ASI yang baik, makanan ibu harus memenuhi jumlah kalori, protein, lemak dan vitamin serta mineral yang cukup, selain itu ibu dianjurkan minum lebih banyak kira-kira 8 – 12 gelas sehari.
Ketenangan jiwa dan pikiran
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu yang selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan berbagai bentuk ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan tidak terjadi produksi ASI. Ibu yang sedang menyusuipun jangan terlalu banyak dibebani oleh urusan pekerjaan rumah tangga, urusan kantor dan lainnya karena hal inipun dapat mempengaruhi produksi ASI. Untuk memproduksi ASI yang baik harus dapat keadaan yang tenang
Penggunaan alat kontrasepsi
Pada ibu yang menyusui bayinya penggunaan alat kontrasepsi hendaknya diperhatikan karena pemakaian kontrasepsi yang tidak tepat dapat mempengaruhi produkasi ASI.
Perawatan payudara
Perawatan payudara sebaiknya telah dimulai pada masa kehamilan dan pada saat menyusui.
Untuk ibu yang mempunyai masalah puting susu misalnya puting susu masuk ke dalam atau datar, perawatannya dilakukan pada kehamilan 3 bulan sedangkan apabila tidak ada masalah perawatan dilakukan mulai kehamilan 6 bulan sampai menyusui. (Depkes RI, 1993)
Cara Menyusui yang Baik dan Benar
Posisi Menyusui yang Baik
- Ibu harus duduk atau berbaring dengan santai
- Pikiran ibu dalam keadaan tenang (tidak tegang)
- Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala
- Upayakan wajah bayi menghadap kepala ibu
- Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara ibu
- Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu, telinga bayi akan berada dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi
- Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara mendorong pantat bayi dengan ibu dengan dalam (Soetjiningsih, 1997:86).
Langkah-langkah Menyusui yang Benar
- Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting dan di sekitar kalang payudara. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembapan puting susu.
- Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara
- Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di bawah, jangan menekan puting susu atau kalang payudaranya saja.
- Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflex)
- Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dan puting serta kalang payudara dimasukkan ke mulut bayi.
- Melepas isapan bayi
- Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan di sekitar kalang payudara; biarkan kering dengan sendirinya.
- Menyendawakan bayi (Sotjiningsih, 1997:86).
Cara Pengamatan Teknik Menyusui yang Benar
Teknik menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Untuk mengetahui bayi telah menyusu dengan teknik yagn benar, dapat dilihat :
1) Bayi tampak tenang
2) Badan bayi menempel pada perut ibu
3) Mulut bayi terbuka lebar
4) Dagu menempel pada payudara ibu
5) Sebagian besar kalang payudara masuk ke dalam mulut bayi
6) Bayi tampak menghisap kuat dengan irama perlahan
7) Puting susu ibu tidak terasa nyeri
8) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
9) Kepala tidak menengadah
(Sotjiningsih, 1997:87).
Hal-hal yang Diperhatikan Pada menyusui Bayi
a. Susuilah bayi segera setelah lahir
b. Lakukan rawat gabung
c. Berilah bayi ASI saja pada bulan pertama dan kedua
d. Ibu yang menyusui sebaiknya makan makanan yang bergizi tinggi dan minum kurang lebih 8 – 12 gelas
e. Ibu harus istirahat yang cukup
f. Susuilah bayi dengan santai dan penuh kasih sayang
g. Jagalah kebersihan, gunakan pakaian yang longgar dan tidak kaku, serta gunakan BH khusus untuk menyusui. (Depkes RI, 1993:24)
APN (Asuhan Persalinan Normal)
1. Pengertian APN
Asuhan Persalinan Normal adalah : asuhan persalinan yang bersih dan aman dari setiap tahap persalinan dan upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pascapersalinan dan hipotermia serta asfiksia bayi baru lahir (JNPK, 2007).
Pergeseran Paradigma
Fokus utama persalinan normal adalah : persalinan bersih dan aman serta mencegah terjadinya komplikasi, hal ini merupakan pergeseran paradigma dari menunggu terjadinya dan kemudian menangani komplikasi, menjadi pencegahan komplikasi. Hal ini terbukti mampu mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir.
Tujuan APN adalah ;
Menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan (optimal).
Langkah Asuhan Persalinan Normal
a. Melihat tanda dan gejala kala dua
- Ibu mempunyai keinginan untuk meneran
- Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan/atau vaginanya.
- Perineum menonjol
- Vulva-vagina dan sfingter anal membuka.
b. Menyiapkan pertolongan persalinan
- Memastikan perlengkapan,bahan dan obat-obatan esensial siap digunakan.
- Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.
- Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.
- Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih.
- Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.
- Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan kembali di partus set/wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengkontaminasi tabung suntik).
c. Memastikan pembukaan lengkap dengan janin baik
- Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminasi).
- Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap, (bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakuka n amniotomi).
- Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
- Mencuci kedua tangan (seperti di atas)
- Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal ( 100 – 180 kali / menit ).
- Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
- Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semu hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.
d. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan meneran
- Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.
- Membantu ibuberada dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya.
- Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
- Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan-temuan.
- Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran.
3) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu utuk meneran. (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman).
4) Melakukan pimpinan meneran saat Ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran :
- Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinganan untuk meneran
- Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.
- Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang)
- Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
- Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu.
- Menganjurkan asupan cairan per oral.
- Menilai DJJ setiap lima menit.
- Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau 60/menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk segera.
5) Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran
- Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, menganjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi- kontraksi tersebut dan beristirahat di antara kontraksi.
- Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.
e. Persiapan pertolongan kelahiran bayi
- Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, meletakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
- Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu.
- Membuka partus set.
- Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan
1) Lahirnya kepala
a) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kelapa bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan- lahan.
2) Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernapas cepat saat kepala lahir.
(a) Jika ada mekonium dalam cairan ketuban, segera hisap mulut dan hidung setelah kepala lahir menggunakan penghisap lendir DeLee disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau bola karet penghisap yang baru dan bersih.
b) Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain atau kasa yang bersih.
c) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi:
(a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.
(b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua tempat dan memotongnya.
d) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
2) Lahirnya bahu
a) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan kearah keluar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.
3) Lahir badan dan tungkai
4) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum tangan, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.
5) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat panggung dari kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati- hati membantu kelahiran kaki.
g. Penanganan bayi baru lahir
- Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan).
- Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian pusat.
- Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu).
- Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.
- Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, mengambil tindakan yang sesuai.
- Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.
h. Penanganan bayi baru lahir
1) Oksitosin
a) Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
b) Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
c) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, memberikan suntikan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha kanan atas ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.
2) Penegangan tali pusat terkendali
a) Memindahkan klem pada tali pusat
b) Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
c) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, menghentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai.
(a) Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga untuk melakukan rangsangan puting susu.
3) Mengeluarkan plasenta
a) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurve jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.
(a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5 – 10 cm dari vulva.
b) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15 menit :
(a) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.
(b) Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu.
(c) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
(d) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya. (e) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran bayi.
c) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.
d) Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forseps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selaput yang tertinggal.
4). Pemijatan Uterus
a) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).
i. Menilai perdarahan
1) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.
a) Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selama 15 detik mengambil tindakan yang sesuai.
2) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
j. Melakukan prosedur pasca persalinan
1) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.
Mengevaluasi perdarahan persalinan vagina.
2) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5 %, membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.
3) Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.
4) Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang berseberangan dengan simpul mati yang pertama.
5) Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin 0,5 %.
6) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya. Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.
7) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
k. Evaluasi
1) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam :
a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.
b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.
c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.
d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melaksanakan perawatan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri.Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan dengan anestesia lokal dan menggunakan teknik yang sesuai.
2) Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan memeriksa kontraksi uterus.
3) Mengevaluasi kehilangan darah.
4) Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.
5) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama pasca persalinan.
6) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal. l. Kebersihan dan keamanan
1) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi.
2) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai.
3) Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
4) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.
Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan.
5) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.
6) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
7) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
m. Dokumentasi
Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang)
Posisi Hubungan Seksual Selama Hamil
Kehamilan bukan berarti tidak dapat melakukan hububan seks, tetapi saat kehamilan membesar perlu memilih memilih hubungan seks yang aman. Prinsipnya ibu hamil tetap bisa melakukan hubungan suami istri selama kehamilan, dengan alasan secara medis dan atas saran dari dokter untuk tidak melakukan hubungan seks. Pada saat kehamilan sudah semakin membesar maka perut pun akan semakin membesar dan saat itu perlu melakukan dan mencari posisi seks yang nyaman saat melakukan hubungan seks (Suryoprajogo, 2008).
- Posisi misionaris, Pria menindih wanita dari atas dan saling berhadapan. Posisi ini masih bisa digunakan pada trimester pertama dan kedua. Tetapi si pria harus menahan berat badannya agar tidak menekan perut si istri.
- Saling berhadapan, istri diatas, suami berbaring telentang, sedangkan istri setengah jongkok diatasnya dan membantu memasukkan kemaluan dengan lengan, atau duduk diatas pangkal paha suami. Suami berbaring mengangkat tubuh dengn lengan, atau melingkarkan tangan disekeliling pinggang istri. Posisi ini yang paling nyaman untuk ibu hamil, karena perut istri terhindar dari tekanan badan suami dan istri dapat mengontrol seberapa dalam penis berpenetrasi ke dalam vagina, sehingga mengurangi iritasi pada servik.
- Posisi penetrasi dari belakang, wanita menahan berat badannya dengan kedua tangan, tapi tangan dan payudaranya diletakkan di pinggir tempat tidur dan lututnya dialasi dengan bantal. Pria berlutut di lantai yang memungkinkannya mengontrol dalamnya penetrasi dengan dengan baik. Posisi ini akan lebih nyaman pada bulan-bulan terakhir kehamilan.
- Posisi duduk, suami duduk di kursi atau tepi tempat tidur, memangku istri dan saling berhadapan, kemaluan suami di dalam vagina istri, lengan saling memangkul. Posisi ini bisaanya pada kehamilan pertengahan atau lanjut dimana tidak memerlukan banyak gerakan dan wanita dapat mengontrol kedalaman penetrasi.
- Posisi berlutut atau berdiri, dengan agak melipat lutu, suami dapat memasukkan penis dari belakang istri melingkarkan lengannya pada leher suami dan melingkarkan kaki suami antara kedua pahanya. Posisi ini juga sesuai untuk dilakukan pada saat perut anda sudah besar, atau anda tidak dapat berperan aktif lagi selama bercinta.
Cara untuk Mempertahankan Hubungan Seksual Selama Hamil
Menurut Einberg (2006), hubungan seksual yang baik dan tahan lama seperti hubungan pernikahan yang dan tahan lama, tidak akan bisa dibangun dalam satu hari (atau satu malam yang sangat indah sekalipun). Hubungan ini tumbuh bersamaan dengan pengalaman, kesabaran, saling pengertian, dan cinta. Begitu pula dengan hubungan seksual selama kehamilan yang mengalami banyak tekanan fisik dan emosional. Berikut ini beberapa cara untuk mempertahankan hubungan seksual kehamilan yaitu :
- Jangan tergantung dari keharusan dan berapa seringnya anda melakuka n hubungan seksual. Kualitas dari hubungan seksual jauh lebih penting dari pada jumlahnya, terutama selama hamil.
- Lebih menekankan cinta dari pada permainan cinta. Bila salah satu pasangan tidak ingin melakukan hubungan seksual atau hubungan ini menimbulkan frustasi karena tidak memuaskan, maka temukan cara lain untuk mempertahankan keintiman, misalnya berciuman atau mencium leher, berpegangan tangan, mengusap punggung, memijat kaki, membagi minuman susu di tempat tidur, menonton TV.
- Bicarakan setiap masalah secara terbuka, jangan disembunyikan atau dianggap tidak ada. Bila masalahnya terlalu besar untuk anda tangani sendiri, mintalah bantuan keluarga atau bantuan professional.
- Berpikir secara positif, hubungan seksual adalah persiapan fisik yang baik untuk persalinan.
- Mencoba posisi berhubungan seksual yang nyaman selama kehamilan.
- Bila dokter anda melarang hubungan seksual selama kehamilan, tanyakan apakah orgasme diperbolehkan (melalui masturbasi mutual). Anda masih dapat menikmati hubungan seksual ini dengan tidak mencapai klimaks. Bila anda tidak diperbolehkan mengalami orgasme, setidaknya anda mendapatkan kepuasan dari memberikan kepuasan kepada pasangan anda.
Efek Kondisi Kehamilan terhadap Seksual pada Setiap Trismester
1. Trimester Pertama
Kondisi Fisik dan Emosi Calon Ibu:
Pada trimester pertama, kemungkinan akan mengalami beberapa gejala di bawah ini. Akan tetapi perlu diingat bahwa tidak semua calon ibu merasakan gejala yang sama. Ada yang mengalami seluruh gejala tetapi ada juga yang sama sekali tidak merasakan satu gejala tetapi ada juga yang sama sekali tidak merasakan satu gejala pun. Kehamilan setiap wanita berbeda dan memiliki karakteristik masing-masing sesuai dengan kondisi sebelum kehamilan.
- Mual, dengan atau tanpa muntah, di pagi, malam, atau sepanjang hari.
- Produksi air ludah meningkat.
- Tubuh mudah lelah dan mengantuk.
- Payudara membengkak, puting tegang, nyeri jika disentuh atau diraba.
- Mulut terasa pahit.
- Sering buang air kecil.
- Perut terasa panas, kembung, dan mengalami gangguan pencernaan.
- Menginginkan atau menolak makanan tertentu (ngidam).
- Sembelit
- Sakait kepala atau pusing.
- Mengalami perasaan tidak biasa, seperti tidak suka melihat seuami, sensitif pada bau-bauan tertentu, malas berdandan, selalu ingin tidur, dan lain-lain.
- Suasana hati cepat berubah, kadang gembira, kadang cenderung cengeng. m). Sering merasa cemas terhadap kehamilan, misalnya takut keguguran, takut janin terluka, dan lain-lain.
Efek terhadap Berhubungan Seksual
Meskipun terdapat bermacam-macam variasi dari masing-masing pasangan, pola ketertarikan seksual pada trimester pertama kehamilan terjadi penurunan minat terhadap seks. Survei mengatakan bahwa 54% wanita mengalami penurunan libido pada trimester pertama. Semua gejala yang dialami calon ibu pada trimester pertama membuatnya merasa seolah bukan pasangan ideal bagi suami. Rasa mual membuat calon ibu merasa tidak bergairah melakukan apa pun termasuk berhubungan seks. Mulut yang pahit membuat calon ibu tidak ingin berciuman dengan pasangan. Selain itu, payudara yang membengkak dan terasa nyeri jika disentuh membuat ibu enggan diraba. Bahkan, yang lebih parah, sensitive terhadap bau-bauan dan rasa benci terhadap pasangan membuat calon ibu tidak mau tidur sekamar apalagi berhubungan seks. Ketakutan akan menyakiti janin juga menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan keinginan untuk bermesraan menghilang.
Akan tetapi, pada wanita yang kehamilan trimester pertamanya sangat nyaman, hasrat seksual yang muncul kemungkinan sama atau bahkan meningkat dengan kondisi sebelum kehamilan terjadi. Sebagian kecil wanita bahkan merasakan perubahan yang sangat signifikan terhadap kehidupan seksualnya. Hal tersebut sering kali disebabkan oleh hormon pada awal kehamilan yang membuat organ vulva lebih sensitif dan payudara yang lebih berisi sehingga meningkatkan kepekaan terhadap sentuhan. Pada saat ini, orgasme bahkan multiorgasme bukan tidak mungkin dapat terjadi.
2. Trimester Kedua
Kondisi Fisik dan Emosi Calon Ibu
Beberapa gejala yang umumnya dirasakan oleh calon ibu pada trimester kedua di antaranya :
- Pergerakan janin yang mulai terasa.
- Rasa mual dan muntah yang mulai berkurang dan perlahan menghilang.
- Vagina mengeluarkan cairan berwarna putih susu, encer, dan tidak berbau yang lazim disebut leukorhea. Ini normal terjadi karena adanya peningkatan hormon selama kehamilan.
- Nafsu makan mulai meningkat.
- Payudara tidak lagi nyeri.
- Produksi hormon progesteron meningkat.
- Pinggul dan payudara lebih berisi berkat hormon kehamilan dan pertambahan berat badan. Areola dan puting susu berwarna lebih gelap, rambut dan kulit semakin mengilap dan bercahaya.
- Suasana hati jauh lebih baik, meskipun terkadang rasa sensitif dan suasana hati masih mudah berubah.
- Mulai merasa percaya diri dengan kehamilannya.
Efek terhadap Hubungan Seksual
Meski tidak selalu, minat untuk berhubungan seks umumnya mulai meningkat pada trimester kedua ini. Pada masa ini, secara fisik dan psikologi Anda dan pasangan sudah lebih dapat menyesuaikan diri pada berbagai perubahan yang terjadi karena kehamilan. Tubuh calon ibu yang telah dapat menerima dan terbiasa dengan kondisi kehamilan membuatnya dapat menikmati aktivitas dengan lebih leluasa daripada kondisi kehamilan di trimester pertama. Mual, muntah dan segala rasa tidak enak biasanya sudah jauh berkurang dan tubuh terasa lebih nyaman. Selain itu, pada masa ini kehamilan juga belum terlalu besar serta memberatkan seperti pada trimester ketiga dan suasana hati yang jauh lebih baik dari trimester pertama membuat gairah lebih meningkat.
Pada trimester kedua ini dapat terasa jauh lebih menyenangkan. Hal ini dikarenakan meningkatnya hormon estrogen dan volume darah di tubuh sehingga lebih banyak darah yang mengalir ke panggul dan organ kelamin. Anda pun akan lebih mudah mengalami orgasme. Seperti pada beberapa wanita yang sudah mengalaminya pada trimester pertama, umumnya pada trimester kedua ini sebagian besar wanita mengalami pembesaran bibir vagina dan klitoris sehingga ujung-ujung saraf menjadi semakin sensitif. Akan tetapi, banyaknya aliran darah ke vagina juga menyebabkan perubahan suasana vagina. Lubrikasi yang terjadi memang memudahkan penetrasi tetapi jika terlalu licin dapat membuat penis sulit mempertahankan ereksi.
Bagi para suami, di masa ini pasangan mereka terlihat lebih menarik dibanding sebelumnya. Kepercayaan diri yang meningkat membuat calon ibu terlihat lebih cantik, ditunjang dengan kulit dan rambut yang semakin bercahaya karena pengaruh hormon kehamilan. Namun, ada juga suami yang mengalami penurunan gairah karena khawatir berhubungan intim dapat mengganggu kesehatan ibu hamil atau janin, perasaan cemas bakal segera menjadi ayah, atau bahkan perasaan tidak enak karena merasa si janin menyaksikan acara bercinta tersebut.
3. Trimester Ketiga
Kondisi Fisik dan Emosi Calon Ibu
Mendekati masa persalinan, kemungkinan ibu hamil masih akan mengalami berbagai gejala seperti trimester sebelumnya. Akan tetapi, saat ini akan lebih terfokus pada tanda-tanda lain yang berkaitan dengan persalinan. Bayangan akan hadirnya makhluk mungil dalam pelukan akan mengaburkan gejala yang biasanya masih dirasakan pada trimester terakhir ini. Berikut ini merupakan gejala yang pada umumnya dirasakan pada penghujung kehamilan. Gejala pada setiap wanita berbeda sesuai dengan kondisi masing- masing.
- Gerakan janin jauh lebih kuat dibanding sebelumnya, sering kali lebih aktif di malam hari.
- Perut semakin buncit, kaki bengkak, dan wajah sembab.
- Semakin mudah lelah dan napas pendek.
- Kram kaki, terutama di malam hari.
- Kulit perut terasa gatal, pusar menonjol.
- Kemungkinan mengalami varises.
- Kelenjar susu mulai aktif, ASI menetes jika payudara dirangsang.
- Sering buang air kecil.
- Kadang kala terjadi kontraksi palsu (braxton hicks contractions).
- Sulit tidur .
2). Efek Terhadap Hubungan Seksual
Saat persalinan semakin dekat, umumnya hasrat libido kembali menurun, terkadang bahkan lebih drastis dibandingkan dengan saat trimester pertama. Perut yang kian membesar membatasi gerakan dan posisi nyaman saat berhubungan intim. Rasa nyaman sudah jauh berkurang. Pegal di punggung dan pinggul, tubuh bertambah berat dengan cepat, napas lebih sesak (karena besarnya janin mendesak dada dan lambung), dan kembali merasa mual menyebabkan menurunnya minat seksual. Selain itu, perut yang besar, kaki bengkak, dan wajah sembap membuat calon ibu merasa tidak enak dipandang lagi di mata pasangan. Perasaan itu pun semakin kuat jika suami juga enggan untuk berhubungan seks, meski hal itu sebenarnya karena ia merasa tidak tega atau khawatir melukai calon ibu dan janin.
Selain hal fisik, turunnya libido juga berkaitan dengan kecemasan dan kekhawatiran yang meningkat menjelang persalinan. Secara medis, sebenarnya tidak ada yang perlu dirisaukan jika kehamilan tidak disertai faktor penyulit, dengan kata lain, kehamilan sedang dalam kondisi yang sehat. Namun demikian, satu hal yang wajar pula apabila saat ini frekuensi bercinta tidak sesering pada trimester kedua. Hubungan seks sebaiknya lebih diutamakan untuk menjaga kedekatan emosional daripada rekreasi fisik karena pada trimester terakhir ini, dapat terjadi kontraksi kuat pada wanita hamil yang diakibatkan karena orgasme.
Hal tersebut dapat berlangsung biasanya sekira 30 menit hingga terasa tidak nyaman. Jika kontraksi berlangsung lebih lama, menyakitkan, menjadi lebih kuat, atau ada ada indikasi lain yang menandakan bahwa proses kelahiran akan mulai, sebaiknya kunjungi dokter segera. Menurun atau meningkatnya keinginan untuk berhubungan seksual dengan pasangan di masa ini bukanlah hal yang perlu dipermasalahkan karena hal penting yang perlu disadari ialah bahwa antara masa pembuahan dan kelahiran, bercinta bisa menjadi dimensi yang baru dan sangat menyenangkan (Suryoprajogo,2008).
Label:
Artikel Kesehatan
,
Info Kesehatan
,
Kebidanan
,
Teori Kesehatan
Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Hubungan Seks Selama Hamil
Menurut Eisenberg (2006, hlm. 308), banyak sekali perubahan fisik dan psikilogis yang mempengaruhi gairah dan kenikmatan seksual, baik yang bersifat positif maupun negatif. Namun untuk beberapa faktor yang membuat pasangan harus membiasakan diri dengan keadaan tersebut, yaitu:
a. Kondisi fisik
- Mual dan muntah (pada waktu hamil muda), bila serangan mual hanya terjadi pada pada waktu-waktu tertentu, gunakanlah saat waktu tenang untuk berhubungan seksual. Haln itu akan menghilang di akhir trimester pertama.
- Keletihan biasanya terjadi pada bulan keempat, dapat mempengaruhi hasrat untuk bercinta. Hal ini dapat diatasi dengan tidur siang diselingi acara bercinta dengan pasangan anda.
- Perubahan bentuk fisik tubuh, perut buncit, kaki bengkak dan wajah sembab. Bercinta pada waktu hamil dapat menjadi kaku dan tidak nyaman karena terhalang dengan perut yang membesar. Bentuk tubuh wanita yang berubah dapat membuat pasangannya menjadi tidak bergairah. Anda harus dapat mengatasi perasaan ini dengan mengatakan pada diri sendiri bahwa besar itu indah.
- Menyempitnya genital dapat menyebabkan seks kurang memuaskan (terutama pada waktu hamil tua), karena terasa penuh pada vagina setelah orgasme sehingga membuat wanita merasa seolah tidak puas. Bagi pria, menyempitnya alat kelamin wanita dapat meningkatkan kenikmatan atau mengurangi gairahnya karena penis terasa terjepit sehingga kehilangan ereksinya.
- Kebocoran kolostrum. Pada akhir kehamilan beberapa wanita mulai memproduksi kolostrum. Kolostrum ini dapat bocor karena adanya rangsangan seksual payudara.
- Perubahan pada cairan vagina, bertambahnya pelicin ini dapat membuat hubungan seksual menjadi lebih nikmat bagi pasangan yang cairan vaginanya kering atau terlalu sempit. Tetapai dapat membuat saluran vagina menjadi terlalu basah dan licin sehingga pasangan prianya sulit untuk mempertahankan ereksi.
- Perdarahan yang disebabkan oleh kepekaan leher rahim. Selama kehamilan leher rahim menjadi sempit dan lebih lunak. Ini berarti bahwa penetrasi yang dalam kadang-kadang menyebabkan perdarahan, terutama pada kehamilan tua (Eisenberg, 2006, hlm. 308-310).
b. Kodisi Psiko logis
- Takut menyakiti janin atau menyebabkan keguguran. Pada kehamilan yang normal hubungan seksual tidak akan menyebabkan keguguran karena janin terlindung dari bantalan amnion dan rahim.
- Takut bahwa orgasme akan merangsang terjadinya keguguran atau persalinan dini. Pada saat orgasme uterus akan mengalami kontraksi tetapi ini bukan tanda persalinan dan tidak menimbulkan bahaya pada kehamilan normal. Tapi orgasme yang kuat yang ditimbulkan masturbasi dilarang pada kehamilan beresiko tinggi terhadap keguguran dan kelahiran premature.
- Takut terjadi infeksi pada saat penis masuk ke dalam vagina. Apabila suami tidak memiliki penyakit menular seksual, tidak ada bahaya infeksi bagi ibu dan janin melalui hubungan seksual selama kehamilan, asal kantong amnion tetap utuh. Untuk pencegahan infeksi, pasangan dianjurkan untuk menggunakan kondom selama hubungan seksual.
- Kecemasan akan peristiwa persalinan yang akan datang. Calon ibu dan ayah dapat mengalami perasaan yang bercampur aduk dalam menghadapi peristiwa persalinan, pemikiran tentang tanggung jawab dan perubahan cara hidup yang akan datang dan biaya emosional membesarkan anak, semua ini dapat menghambat hubungan cinta. Perasaan mendua tentang bayi harus dibicarakan secara terbuka.
- Kemarahan yang tidak didasari dari calon ayah terhadap ibu karena cemburu bahwa istrinya sekarang menjadi pusat perhatian ataupun sebaliknya karena wanita merasa bahwa dirinya harus menanggung penderitaan selama kehamilan (terutama jika ditemukan komplikasi).
- Takut menyakiti janin, ketika kepala janin sudah turun ke rongga panggul. Pada sebagian pasangan dapat menikmati hubungan seksual yang nyaman selama kehamilan, ibu dapat menjadi tegang karena posisi janin yang sudah dekat. Ibu dan suami tidak akan menyakiti janin, jika tidak melakukan penetrasi dalam.
- Anggapan bahwa hubungan seksual pada enam minggu terakhir kehamilan akan menyebabkan dimulainya proses melahirkan kontraksi yang disebabkan oleh orgasme akan semakin kuat pada kehamilan tua. Tetapi bila leher rahim matang dan siap, maka kontraksi ini tidak akan memulai proses melahirkan. Beberapa kajian menunjukkan meningkatnya jumlah kelahiran prematur pada pasangan yang sering melakukan hubungan seksual pada minggu-minggu terakhir kehamilan, maka seringkali dokter menganjurkan pantang hubungan seksual pada wanita dengan kehamilan beresiko kelahiran premature (Eisenberg, 2006, hlm. 308-310).
Hubungan Seksual Selama Kehamilan
Hubungan seksual mempunyai peranan dalam pernyataan perasaan kasih sayang, rasa aman dan tenang, kebersamaan, kedekatan perasaan dalam hubungan suami istri. Tetapi jangan menjadikan hubungan seks memegang peranan paling berkuasa dalam keselarasan hubungan suami istri. Pasangan suami istri dapat menyatakan perasaan kasih sayang dengan saling bertukar pikiran (komunikasi), berpelukan, atau pijatan tanpa harus melakukan hubungan seksual. Selain itu dapat mencari alternatif lain dengan mandi air hangat, makan malam romantis atau apapun yang sama-sama membuat pasangan senang (Suririnah,2009).
Selama tidak ada larangan dari dokter kandungan dan kehamilan yang tidak beresiko, pasangan suami-stri dapat melakukan hubungan seksual hingga menjelang persalinan. Dengan tetap menikmati hubungan seksual pasangan suami-istri dapat saling berbagi rasa takut maupun kekhawatiran serta stres yang mungkin muncul selama kehamilan (Kissanti, 2009, hlm. 93).
Seperti yang dikemukan oleh Ningsih (2007), tidak sedikit wanita hamil justru merasakan kenikmatan dan kepuasan luar bisaa dibandingkan semasa tidak hamil. Bahkan sebagian wanita hamil mengaku dapat mencapai orgasme multiple dengan mudah. Hal ini dapat terjadi karena hormon wanita dan hormon kehamilan mengalami peningkatan. Sehingga menyebabkan perubahan pada sejumlah organ tubuh (payudara dan organ reproduksi) menjadi lebih sensitif dan responsif.
Dengan memahami pengaruh kehamilan terhadap perilaku seksual, dan dapat sebaliknya pengaruh hubungan seksual terhadap kehamilan diharapkan tidak terjadi masalah antara suami istri. Hal penting yang harus selalu diingat adalah bahwa hubungan seksual dilakukan untuk kepentingan bersama. Sehingga diperlukan saling pengertian atas dasar saling mengasihi (Pangkahila, 2002)
Hubungan Seksual
Defenisi
Hubungan seksual adalah aktivitas seksual yang berkaitan dengan sistem reproduksi yang melibatkan gamet pria dan wanita (Dorland, 2002, hlm. 105). Selain itu, menurut Kamus Besar Indonesia (2003, hlm, 312), hubungan seksual adalah yang berhubungan dengan persetubuhan antara laki-laki dan perempuan.
Fisiologis Seks
Kehidupan seks yang bahagia dan memuaskan selalu didambakan oleh setiap pasangan suami-istri. Keinginan itu tetap ada pada mereka walaupun pada saat hamil. Menurut Derek (2000, hlm. 55-59), aktivitas seksual yang sempurna berlangsung melalui empat fase reaksi seksual yaitu :
a. Fase kenikmatan atau bangkitnya gairah
Fase ini dimulai dari hubungan kontak tubuh dengan pria, bukan oleh rangsangan seksual, meskipun pandangan terhadap pria yang menarik bisa memainkan peranan. Bangkitnya gairah seksual bervariasi tergantung waktu. Banyak wanita mengalami minat seksual yang tinggi pada saat tertentu, seperti pada pertengahan siklus atau sebelum dan selama haid. Tetapi tidak ada pola yang konsisten dapat ditentukan. Fase kenikmatan seorang wanita tergantung pada kelambatan mencapai puncak, yang lebih lama dari pria. Selama itu, klitoris beraksi, saluran vagina lebih halus dan tebal karena dipenuhi pembuluh darah yang membentuk benjolan halus. Perubahan ini beragam tingkatannya dari satu wanita ke wanita lain.
b. Fase Plateau
Pada fase ini wanita akan merasakan penis bereaksi di dalam vaginanya. Banyak wanita mengatakan, bagian yang menyenangkan dari hubungan seksual, terpisah dari orgasme itu sendiri adalah perasaan ketika penis memasuki vagina. Jika wanita tidak mengalami orgasme ketika melakukan hubungan seksual, wanita tersebut mungkin menginginkan pria membantunya mencapai orgasme dengan mengusap daerah klitoris secara lembut atau mengusap dengan lidah dan bibir yang disebut dengan cunnilingus. Wanita mungkin lebih senang mengalami orgasme sebelum mereka memulai senggama atau setelah pria mengalami ejakulasi, tergantung dari suasana hati mereka berdua.
c. Fase Orgasme
Orgasme disebabkan oleh suatu refleks. Rangsangan di daerah klitoris baik secara langsung ketika wanita bermarturbasi atau dirangsang secara tidak langsung oleh gerakan penis ketika masuk ke dalam vagina. Setiap orang dewasa dan menerima orgasme secara berbeda. Penjelasan yang diberikan beberapa wanita menunjukkan, orgasme adalah perasaan nikmat yang tertinggi dari bangkitnya nafsu seks. Perasaan ini bisaanya dimulai di bagian pinggul, kemudian menyebar keseluruh tubuh. Selama orgasme perasaan wanita berpusat pada sensasi dan sebagian besar pada pengeluaran cairan. Ini dimulai dengan saat-saat ketegangan yang tidak terkontrol, pelepasan ketegangan mental dan kelegaan. Hamper setiap wanita dapat mencapai orgasme dengan bermarturbasi, atau dengan rileks dan yakin terhadap hubungannya untuk memberitahu pasangan tentang kebutuhan sehingga dapat membantu mencapi orgasme dengan perangsangan.
d. Fase Resolusi
Pada pria dan wanita, kontraksi otot konklusif dan kenikmatan orgasme diikuti dengan relaksasi. Tetapi berbeda dengan penis pria, bisaanya klitoris tidak mengendur dan beberapa wanita dapat mencapai satu orgasme setelah orgasme yang lain, tanpa selingan. Banyak wanita merasa cukup dengan hanya dengan satu orgasme. Dalam lima sampai sepuluh menit pertama dari fase resolusi, jaringan vagina dan vulva kehilangan cairan yang akan membasahi vagina. Tetapi jika wanita dirangsang kembali secara seksual, maka dia dapat terangsang dan mengalami orgasme yang lain dengan jarak waktu yang lebih pendek dari pada pria. Sebaliknya, jika wanita dirangsang pada fase plateu tetapi tidak dibantu mencapai orgasme, maka fase resolusi sering menjadi lama dan ketegangan jaringan vagina lambat untuk dipulihkan. Rangsangan yang berulang dan kegagalan mencapai orgasme bisa menyebabkan frustasi fisik dan mental. Mungkin juga menyebabakan keluhan ginekologis yang bersifat psikomatis.
Prasyarat Pemberian Makanan Tambahan ASI
Pemberian Makanan Tambahan ASI (MPASI) akan berkontribusi pada perkembangan optimal seorang anak bila dilakukan secara tepat. Sebagai panduan pemberian MPASI Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mensyaratkan empat hal berikut ini:
- Saat yang tepat Pemberian makanan pada bayi merupakan upaya pengenalan bertahap, mulai dari makanan murni cair (ASI), makanan lunak (bubur susu), kemudian makanan lembek (tim saring), agak kasar, hingga makanan padat (makanan orang dewasa) pada usia di atas 12 bulan. Pemberian yang terlalu dini akan mengganggu penyerapan zat gizi. Sebaliknya, pengenalan yang terlambat akan meningkatkan risiko kesulitan makan pada anak di fase berikutnya. Informasi mengenai waktu pengenalan makanan yang dianjurkan bisa diperoleh tidak hanya dari tenaga kesehatan, tapi juga dari internet, majalah dan buku mengenai pemberian makan pada anak, serta informasi yang tercantum pada KMS.
- Adekuat (mencukupi). Makanan yang diberikan harus mengandung kalori, protein, dan mikronutrien (zat besi, vitamin A, dan lain-lain) yang cukup. Secara sederhana, ini berarti memberikan makanan yang tidak hanya sekedar mengenyangkan anak, tetapi secara seimbang juga memberikan kecukupan zat gizi lain untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Misalnya pemberian nasi dan kerupuk saja, walaupun secara kalori tidak berkekurangan dan tidak akan membuat seseorang lapar, namun nilai gizinya perlu dipertanyakan karena asupan protein dan mikronutrien terabaikan.
- Bersih dan Aman. Pemilihan bahan makanan maupun cara pengolahannya penting untuk menjamin nutrisi yang baik bagi anak.
- Suasana psikososial yang menyenangkan. Perlu diingat bahwa pemberian makan pada anak bukan hanya untuk memberikan asupan nutrisi, tetapi juga merupakan bentuk kasih sayang. Di samping itu pengenalan beragam jenis makanan baik bentuk, tekstur, bau, dan rasa adalah bagian dari upaya memberikan stimulasi/rangsangan pada anak. Lebih jauh lagi, kemampuan makan adalah bagian dari tahapan perkembangan seorang anak, sehingga dapat dikatakan bahwa pengenalan dan pola pemberian makan adalah suatu proses pembelajaran. Dengan makan, anak belajar mengunyah serta mengulum, juga mengenal aroma dan rasa. Oleh karena fungsi makan tidak sesederhana memberikan asupan nutrisi saja, dan kegagalan pemberian makanan bisa berdampak buruk di kemudian hari, maka suasana psikososial yang menyenangkan mutlak diperlukan oleh seorang anak pada waktu makan. Dengan kata lain, waktu pemberian makan sebaiknya tidak menjadi waktu yang ”menegangkan” bagi ibu atau pengasuh dan anak (Lely, 2005)
Makanan Tambahan - MPASI
Definisi Makanan Tambahan
Makanan tambahan ASI adalah makanan yang diberikan kepada bayi/anak disamping ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya. MP-ASI diberikan mulai umur 6-24 bulan dan merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlah. Hal ini dimaksudkan untuk menyesuaikan kemampuan alat cerna bayi dalam menerima MP-ASI (Depkes RI, 2004).
Makanan tambahan adalah makanan untuk bayi selain ASI atau susu botol, sebagai penambah kekurangan ASI atau susu pengganti (PASI) (Husaini, 2001). Pemberian makanan tambahan adalah memberi makanan lain selain ASI untuk mengisi kesenjangan antara kebutuhan nutrisi dengan jumlah yang didapat dari ASI (Rosidah, 2004).
Makanan tambahan berarti memberi makanan lain selain ASI dimana selama periode pemberian makanan tambahan seorang bayi terbiasa memakan makanan keluarga. MP-ASI merupakan proses transisi dari asupan yang semata berbasis susu menuju ke makanan yang semi padat. Untuk proses ini juga dibutuhkan ketrampilan motorik oral. Ketrampilan motorik oral berkembang dari refleks menghisap menjadi menelan makanan yang berbentuk bukan cairan dengan memindahkan makanan dari lidah bagian depan ke lidah bagian belakang. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi/anak. Pemberian MP-ASI yang cukup dalam hal kualitas dan kuantitas penting untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan anak yang bertambah pesat pada periode ini (Ariani, 2008).
Jenis Makanan Tambahan
Cara memberikan makanan tambahan bagi bayi adalah dari makanan itu berbentuk cairan dan kental lalu bertahap menjadi keras, seiring dengan proses dan umur juga perkembangan bayi, sehingga usus bayi pun terlatih dengan sendirinya terhadap makanan yang diterimanya. Adapun jenis-jenis makanan tambahan (Chintia,2008) :
- Makanan lunak yaitu semua makanan yang termasuk yang disajikan dalam bentuk halus dan diberikan pada bayi yang pertama kali.misalnya bubur susu dan sari buah.
- Makanan lembek yaitu makanan peralihan dari makanan lunak kemakanan biasa seperti nasi tim.
- Makanan biasa yaitu makanan yang termasuk yang disajikan adalah makanan orang dewasa seperti nasi.
Selain itu makanan yang dibuat sendiri di rumah dengan cara memodifikasi makanan keluarga yang kaya energi dan nutrien. Makanan tambahan dapat juga berupa makanan yang setengah jadi yang dijual di toko-toko yang merupakan produk hasil teknologi yang komposisi zat-zat gizi yang didalamnya disesuaikan dengan kebutuhan bayi terhadap pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan bayi (Suhardjo,1999).
Makanan padat pertama yang diberikan kepada anak haruslah mudah dicerna. Dan bukanlah makanan yang mempunyai risiko alergi yang tinggi. Jangan tergiur untuk menambahkan gula atau garam pada makanan bayi. Biarkan rasanya hambar, biarkan anak merasakan rasa asli dari makanan tersebut karena garam dapat mengancam ginjal bayi. Sementara gula dapat membuat bayi anda kelak menyukai makanan manis, sehingga dapat merusak giginya (Luluk, 2005).
Makanan Tambahan Yang Baik
Makanan tambahan yang baik adalah makanan yang kaya energi, protein dan mikronutrien (terutama zat besi, zink, kalsium, vitamin A, vitamin C dan fosfat), bersih dan aman, tidak ada bahan kimia yang berbahaya atau toksin, tidak ada potongan tulang atau bagian yang keras yang membuat bayi tersedak, tidak terlalu panas, tidak pedas atau asin, mudah dimakan bayi, disukai bayi, mudah disiapkan dan harga terjangkau (Rosidah, 2004).
Waktu yang Tepat Memberikan Makanan Tambahan
Air Susu Ibu (ASI) memenuhi seluruh kebutuhan bayi terhadap zat-zat gizi yaitu untuk pertumbuhan dan kesehatan sampai berumur enam bulan, sesudah itu ASI tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan bayi. Makanan tambahan mulai diberikan umur enam bulan satu hari. Pada usia ini otot dan saraf didalam mulut bayi cukup berkembang untuk mengunyah, menggigit, menelan makanan dengan baik, mulai tumbuh gigi, suka memasukkan sesuatu kedalam mulutnya dan berminat terhadap rasa yang baru (Rosidah, 2004).
Adapun waktu yang baik dalam memulai pemberian makanan tambahan pada bayi adalah umur 6 bulan. Pemberian makanan tambahan pada bayi sebelum umur tersebut akan menimbulkan risiko sebagai berikut (Ariani, 2008) :
- Seorang anak belum memerlukan makanan tambahan saat ini. Makanan tersebut dapat menggantikan ASI, jika makanan diberikan maka anak akan minum ASI lebih sedikit dan ibu pun memproduksinya lebih sedikit sehingga akan lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak.
- Anak mendapat faktor pelindung dari ASI lebih sedikit sehingga risiko infeksi meningkat.
- Risiko diare juga meningkat karena makanan tambahan tidak sebersih ASI.
- Makanan yang diberikan sebagai pengganti ASI sering encer, buburnya berkuah atau berupa sup karena mudah dimakan bayi, makanan ini memang membuat lambung penuh tetapi memberikan nutrient sedikit.
- Ibu mempunyai risiko lebih tinggi untuk hamil kembali.
Akibat dari kurang menyusui dan risiko pemberian makanan tambahan terlalu lambat :
a. Anak tidak mendapat makanan ekstra yang dibutuhkan mengisi kesenjangan energi dan nutrient.
b. Anak berhenti pertumbuhannya atau tumbuh lambat.
c. Pada anak risiko malnutrisi dan deficiency mikro nutrient meningkat.
Manfaat dan Tujuan Pemberian Makanan Tambahan
Makanan tambahan ASI bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan zat gizi anak, penyesuaian kemampuan alat cerna dalam menerima makanan tambahan dan merupakan masa peralihan dari ASI ke makanan keluarga selain untuk memenuhi kebutuhan bayi terhadap zat-zat gizi (Suhardjo, 1999). Tujuan pemberian makanan tambahan adalah untuk mencapai pertumbuhan perkembangan yang optimal, menghindari terjadinya kekurangan gizi, mencegah risiko malnutrisi, defisiensi mikronutrien (zat besi, zink, kalsium, vitamin A, Vitamin C dan folat), anak mendapat makanan ekstra yang dibutuhkan untuk mengisi kesenjangan energi dengan nutrien, memelihara kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan bila sakit, membantu perkembangan jasmani, rohani, psikomotor, mendidik kebiasaan yang baik tentang makanan dan memperkenalkan bermacam- macam bahan makanan yang sesuai dengan keadaan fisiologis bayi (Husaini, 2001).
Pemberian makanan tambahan merupakan suatu proses pendidikan, bayi diajar mengunyah dan menelan makanan padat, jika makanan tidak diberi pada saat kepandaian mengunyah sedang muncul, maka mengajar kepandaian ini dimasa berikutnya akan lebih sukar. Pengenalan pemberian makanan lebih mudah sebelum gigi keluar, gusi bayi bengkak dan sakit maka akan sulit memberikan makanan tambahan (Suhardjo, 1999).
Indikator bahwa bayi siap untuk menerima makanan padat : kemampuan bayi untuk mempertahankan kepalanya untuk tegak tanpa disangga, menghilangnya refleks menjulurkan lidah, bayi mampu menunjukkan keinginannya pada makanan dengan cara membuka mulut, lalu memajukan anggota tubuhnya ke depan untuk menunjukkan rasa lapar, dan menarik tubuh ke belakang atau membuang muka untuk menunjukkan ketertarikan pada makanan (Ariani, 2008).
Risiko Pemberian Makanan Tambahan pada Usia Kurang dari Enam Bulan
Risiko pemberian makanan tambahan pada usia kurang dari enam bulan berbahaya karena belum memerlukan makanan tambahan pada saat usia ini, jika diberikan makanan tambahan akan dapat menggantikan ASI dimana bayi akan minum ASI lebih sedikit dan ibu memproduksinya akan berkurang maka kebutuhan nutrisi bayi tidak terpenuhi dan faktor-faktor pelindung dari ASI menjadi sedikit, sehingga kemungkinan terjadi risiko infeksi meningkat (Rosidah, 2004).
Makanan tambahan yang dibuat sendiri atau buatan pabrik cenderung mengandung kadar natrium klorida (NaCl) tinggi akan menambah beban ginjal. Belum matangnya sistem kekebalan dari usus bayi pada umur dini, dapat menyebabkan alergi terhadap makanan tambahan, komponen-komponen alamiah yang terdapat dalam makanan tambahan seperti gula dapat menyebabkan kebusukan pada gigi dan gangguan pencernaan pada bayi serta kegemukan
Alasan Menunda Pemberian MPASI
Sebelumnya MPASI umur 4 bulan sudah diberi makanan tambahan, bahkan ada yang umur 1 bulan. Dan banyak yang berpendapat tidak ada masalah dengan anaknya. Satu hal yang perlu diketahui bersama bahwa zaman terus berubah. Demikian juga dengan ilmu dan teknologi. Ilmu medis juga terus berkembang dan berubah berdasarkan riset-riset yang terus dilakukan oleh para peneliti. Sekitar lebih dari 5 tahun yang lalu, MPASI disarankan diperkenalkan pada anak saat ia berusia 4 bulan. Tetapi kemudian beberapa penelitian tahun-tahun terakhir menghasilkan banyak hal sehingga MPASI sebaiknya diberikan setelah 6 bulan (Luluk, 2005).
Alasan anak umur 6 bulan merupakan saat terbaik anak mulai diberikan MPASI karena :
- Pemberian makan setelah bayi berumur 6 bulan memberikan perlindungan ekstra dan besar dari berbagai penyakit. Hal ini disebabkan sistem imun bayi kurang dari 6 bulan belum sempurna. Pemberian MPASI dini sama saja dengan membuka pintu gerbang masuknya berbagai jenis kuman. Belum lagi jika tidak disajikan higienis. Hasil riset terakhir dari peneliti di Indonesia menunjukkan bahwa bayi yang mendapatkan MPASI sebelum ia berumur 6 bulan, lebih banyak terserang diare, sembelit, batuk-pilek, dan panas dibandingkan bayi yang hanya mendapatkan ASI eksklusif. Belum lagi penelitian dari badan kesehatan dunia lainnya.
- Saat bayi berumur 6 bulan ke atas, sistem pencernaannya sudah relatif sempurna dan siap menerima MPASI. Beberapa enzim pemecah protein spt asam lambung, pepsin, lipase, enzim amilase, dan sebagainya baru akan diproduksi sempurna pada saat ia berumur 6 bulan.
- Mengurangi risiko terkena alergi pada makanan saat bayi berumur kurang dari 6 bulan, karena sel-sel di sekitar usus belum siap untuk kandungan dari makanan, sehingga makanan yang masuk dapat menyebabkan reaksi imun dan terjadi alergi.
- Menunda pemberian MPASI hingga 6 bulan melindungi bayi dari obesitas di kemudian hari. Dikarenakan proses pemecahan sari-sari makanan yang belum sempurna (Luluk, 2005).
Banyak sekali alasan kenapa orang tua memberikan MPASI kurang dari 6 bulan. Umumnya banyak ibu yang beranggapan kalau anaknya kelaparan dan akan tidur nyenyak jika diberi makan. Meski tidak ada relevansinya banyak yang beranggapan ini benar. Karena belum sempur na, sistem pencernaannya harus bekerja lebih keras untuk mengolah dan memecah makanan. Kadang anak yang menangis terus dianggap sebagai anak tidak kenyang. Padahal menangis bukan semata-mata tanda anak lapar. Alasan lainnya bisa jadi juga tekanan dari lingkungan dan tidak ada dukungan seperti alasan di atas, dan gencarnya promosi produsen makanan bayi yang belum mengindahkan ASI eksklusif 6 bulan (Ade, 2007).
Label:
AKBID dan AKPER
,
Kebidanan
,
Keperawatan
,
Teori Kesehatan
Langganan:
Postingan
(
Atom
)