Ads 468x60px

20 Juli, 2015

ANGKA KECUKUPAN GIZI

Pertama kali AKG di Indonesia disusun tahun 1958 oleh Lembaga Makanan Rakyat dengan pendekatan lintas sektor. Tujuan utama penyusunan AKG adalah untuk acuan perencanaan makanan dan menilai tingkat konsumsi makanan individu/masyarakat. Rujukan yang digunakan saat itu adalah Recommended Dietary Allowances (RDA) yang dikeluarkan FAO/WHO. AKG ini ditinjau kembali tahun 1968.

Pada tahun 1973 penyusunan AKG dikoordinasikan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dalam forum Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi dengan tetap mengacu pada AKG yang dikeluarkan FAO/WHO. Selanjutnya setiap 5 tahun sekali AKG dievaluasi sesuai dengan kemajuan Ilmu Gizi, perubahan kependudukan dan sosial ekonomi.
Untuk pertama kali AKG hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi V pada tahun 1993 disyahkan oleh Menteri Kesehatan dengan SK  No. 332/MENKES/ SK/IV/1994 tanggal 16 April 1994

Data yang digunakan untuk penyusunan AKG di Indonesia adalah sebagai berikut:
a. standar FAO/WHO
b. hasil survei tentang gizi 
c. kemampuan penyediaan makanan
d. kependudukan
e. sosial ekonomi

Data tentang penduduk dikelompokkan sesuai dengan anjuran FAO/WHO, yakni:
* 0 -  6  bulan
* 7 - 12 bulan
* 1 -  3  tahun
* 4 -  6  tahun
* 7 -  9  tahun

Pengelompokan di atas tidak membedakan jenis kelamin
Untuk pengelompokan umur selanjutnya, adalah sebagai berikut:
*  10-12 tahun
* 13-15 tahun
* 16-19 tahun
* 20-59 tahun

Penggolongan di atas dibedakan antara laki-laki dan perempuan, kondisi hamil dan menyusui.
Untuk masing-masing kelompok umur ditetapkan berat badan dan tinggi badan standar. Sedangkan untuk kelompok laki-laki dan perempuan umur 20-59 tahun, ditetapkan pula pengelompokan berdasarkan jenis pekerjaan, yaitu: ringan, sedang dan berat. Pengelompokkan ini dilakukan karena kebutuhan gizi dari masing-masing kelompok itu berbeda.

Dengan mengetahui komposisi penduduk, maka dapat pula ditetapkan AKG rata-rata untuk penduduk Indonesia. Pada Repelita VI, AKG rata-rata pada tingkat konsumsi untuk penduduk Indonesia adalah 2.150 kilokalori dan 46,2 gram protein. 

Untuk Indonesia tidak semua zat gizi ditetapkan di dalam AKG. Namun dibatasi pada penyusunan zat-zat gizi yang paling penting untuk Indonesia pada saat itu. 
Adapun AKG 1993-1998 meliputi zat gizi sebagai berikut:
a. Energi         h. Asam folat
b. Protein         i. Vitamin C
c. Vit. A          j. Kalsium
d. Thiamin    k. Fosfor
e. Riboflavin  l. Zat besi
f. Niacin          m. Seng (Zn)
g. Vit. B 12  n. Yodium

Angka kecukupan gizi diharapkan berguna bagi berbagai kelompok yang berminat di bidang pangan dan gizi, antara lain ahli gizi, ahli kesehatan masyarakat, guru, para perencana, para pengambil kebijakan dan mereka yang bekerja di bidang industri pangan dan gizi. Data AKG ini selanjutnya dapat dipergunakan untuk: 
a. menentukan kecukupan makanan
b. merencanakan bantuan makanan dalam rangka program kesejahteraan rakyat
c. mengevaluasi tingkat kecukupan penyediaan pangan untuk kelompok tertentu
d. menilai tingkat konsumsi individu maupun masyarakat
e. menilai status gizi masyarakat
f. merencanakan fortifikasi makanan
g. merencanakan KIE di bidang gizi termasuk penyusunan PUGS
h. merencanakan kecukupan gizi institusi
I. membuat label gizi pada kemasan produk makanan industri

ANGKA KECUKUPAN GIZI KELOMPOK KHUSUS
Angka kecukupan gizi untuk kelompok khusus meliputi umur, pekerjaan, kondisi hamil dan menyusui. Adapun prinsip dasar AKG untuk masing-masing kelompok adalah sebagai berikut:

Umur
Pada usia balita terjadi pertumbuhan dan perkembangan sangat pesat. Karena itu kebutuhan zat gizi  tiap satuan berat badan relatif lebih tinggi dari kelompok umur lain. 
Contoh: 
  • Kebutuhan energi bayi/balita 100-120 kilokalori per kilogram berat badan, sedangkan pada orang dewasa 40-50 kilokalori per kilogram berat badan. 
  • Kebutuhan protein bayi/balita: 2-2,5 gram/kilogram berat badan,  sedangkan untuk orang dewasa 1 gram per kilogram berat badan. 

Dari contoh ini terlihat, bahwa makin bertambah umur, kebutuhan zat gizi seseorang relatif lebih rendah untuk tiap kilogram berat badannya.

Aktivitas
Kebutuhan zat gizi seseorang ditentukan oleh aktivitas yang dilakukan sehari-hari. Makin berat aktivitas yang dilakukan, kebutuhan zat gizi makin tinggi pula, terutama energi.
Contoh:
Seorang pria dewasa dengan pekerjaan ringan, membutuh-kan energi 2.800 kilokalori. Sedangkan bila bekerja berat , ia membutuhkan energi 3.600 kilokalori.

Jenis Kelamin
Kebutuhan zat gizi juga berbeda antara laki-laki dan perempuan, terutama pada usia dewasa. Perbedaan ini terutama disebabkan oleh komposisi tubuh dan jenis aktivitasnya.
   Contoh:
  •  Laki-laki dewasa dengan aktivitas ringan membutuhkan energi dan protein masing-masing 2.800 kilokalori dan 55 gram protein, sedangkan pada wanita dewasa dengan aktivitas ringan membutuhkan 2.050 kilokalori dan 48 gram protein
  • Kebutuhan zat besi  pada wanita 2 kali kebutuhan zat besi laki-laki. Perbedaan kebutuhan zat besi ini karena fungsi kodrati yaitu haid.

Kondisi khusus (hamil dan menyusui)
Pada masa hamil dan menyusui, kebutuhan zat gizi pada wanita meningkat, karena:
  • Metabolisme meningkat
  • Konsumsi makanan juga meningkat untuk kebutuhan diri sendiri, bayi yang dikandung dan persiapan produksi ASI


Kelompok lain
Angka kecukupan gizi  yang disusun belum mempertim-bangkan faktor geografi dan ekologi, sehingga perlu ada penyesuaian untuk keadaan demikian. Terutama yang menyangkut kebutuhan zat gizi mikro.
 Contoh:
  • Penduduk di daerah perkotaan dengan tingkat polusi tinggi perlu mengkonsumsi lebih banyak makanan sumber vitamin dan mineral
  • Seseorang yang sehari-hari bekerja di lingkungan radiasi, kebutuhan semua zat gizi tentu lebih tinggi daripada seseorang yang bekerja di lingkungan tanpa radiasi
  • Penduduk di daerah pegunungan yang dingin, kecukupan energi, vitamin dan mineral tentu lebih tinggi daripada penduduk di daerah pesisir yang panas.

PENJABARAN ANGKA KECUKUPAN GIZI KE DALAM MAKANAN
Angka kecukupan gizi rata-rata per orang per hari dapat digunakan untuk merencanakan penyediaan makanan bagi keluarga, kelompok maupun nasional. Untuk keperluan tersebut. AKG perlu dijabarkan ke pada tingkat bentuk komoditi makanan. Dalam Repelita VI penjabaran AKG ke bentuk komoditi pangan didasarkan pada kebutuhan energi dan protein rata-rata per orang per hari, yaitu sebagai berikut:
Indikator Tingkat konsumsi Tingkat persediaan
Energi : 2.150 kilokalori 2.500 kilokaloril
Protein : 46,2  gram 55     gram
(9 gram protein ikan: 6 gram protein hewani lainnya 40 gram nabati)
Penjabaran di atas berdasarkan asumsi bahwa bila kebutuhan energi dan protein terpenuhi maka kebutuhan zat gizi lain juga terpenuhi. Berikut ini adalah jabaran AKG pada kelompok komoditi makanan.

KOMODITI MAKANAN JUMLAH KEBUTUHAN
Beras/Serealea 360     gram
Umbi-umbian 150     gram
Pangan Hewani (ikan, susu, telur dan daging) 60      gram
Minyak nabati 50      gram
Kacang-kacangan 30      gram
Sayuran 100     gram
Buah 150     gram
Gula 35      gram
Selanjutnya, jabaran AKG menurut takaran konsumsi makanan sehari, berdasarkan kelompok umur, adalah sebagai berikut:
1. Balita 1-3 tahun
Nasi/pengganti : 1-1½  piring
Lauk Hewani : 2-3   potong
: 1     gls susu
Lauk nabati : 1-2   potong
Sayuran :  ½    mangkuk
        Buah            : 2-3   potong
2.   Anak 2-4 tahun
      Nasi/pengganti    : 1-3  piring
      Lauk Hewani       : 2-3  potong
                          : 1-2  gls susu
      Lauk nabati    : 1-3  potong
      Sayuran           :1-1½  mangkuk
      Buah-buahan       : 2-3  potong

3. Anak 7-9 tahun
Nasi/pengganti : 2-3    piring
Lauk Hewani : 2-4    potong
Lauk nabati : 2-3    potong
Sayuran : 1-1½ mangkuk
Buah-buahan : 2-3    potong

4.  Anak 10-12 tahun
Nasi/pengganti  : 2-4    piring
Lauk Hewani     : 2-4    potong
Lauk nabati     : 2-3    potong
Sayuran         : 1-1½ mangkuk
Buah-buahan     : 2-3    potong

5. Anak 13-15 tahun
Nasi/pengganti : 3-4    piring
Lauk Hewani : 3-4    potong
Lauk nabati : 2-4    potong
Sayuran : 1½-2   mangkuk
Buah-buahan : 2-3    potong

6. Remaja 16-19 tahun
Nasi/pengganti : 3-5    piring
Lauk Hewani : 3-4    potong
Lauk nabati : 2-4    potong
Sayuran : 1½ -2  mangkuk
Buah-buahan : 2-3    potong


7. Dewasa 20-59 tahun
Nasi/pengganti : 4-5    piring
Lauk Hewani : 3-4    potong
Lauk nabati : 2-4    potong
Sayuran : 1½-2   mangkuk
Buah-buahan : 2-3    potong

8. Ibu Hamil
Nasi/pengganti : 4-5½   piring
Lauk Hewani : 4-5    potong
Lauk nabati : 2-4    potong
Sayuran : 2-3    mgk
Buah-buahan :    3   potong

9. Ibu Menyusui
Nasi/pengganti : 5-6    piring
Lauk Hewani : 4-5    potong
: 1      gls susu
Lauk nabati : 3-4    potong
Sayuran : 2-3    mangkuk
Buah-buahan :    3   potong

10. Usia Lanjut > 60 tahun
Nasi/pengganti : 1½-2 piring
Lauk Hewani : 2 potong
Lauk nabati : 3 potong
Sayuran : 1-2 mgk
Buah-buahan : 3   potong
       Ingat: minumlah air tidak kurang dari delapan gelas per hari.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Ada pertanyaan ataupun komentar ....!

Fans Page