Ads 468x60px

25 Juli, 2015

Vaksin

Sumber: Google

Sejarah Vaksin
Menurut Mandal (2010), penemuan vaksin merupakan penemuan yang sangat penting dan berarti di dunia kesehatan. Penemuan ini merupakan penemuan paling sukses dan merupakan langkah yang baik untuk mencegah penyakit dan menyelamatkan nyawa. Hal ini terutama berlaku untuk anak - anak di seluruh dunia. Selama paruh terakhir abad ke-20, semua penyakit yang dulunya terlalu umum berubah menjadi langka di dunia sejak ditemukannya vaksin. Ratusan juta nyawa dan miliaran dolar dalam pengeluaran kesehatan masyarakat pun telah diselamatkan dengan luas vaksinasi yang berhasil dilakukan.

Vaksin pertama yang dikembangkan adalah vaksin cacar oleh Edward Jenner, dokter dari Inggris, di Berkeley. Ia menemukan bahwa orang yang minum susu dari sapi cacar relatif kebal terhadap penyakit cacar. Dia mengambil eksudat dan sekresi dari cowpox Pustul di sebelah dairymaid Sarah Nelmes dan dimasukkan ke dalam tubuh laki-laki berusia 8 tahun James Phipps pada 14 Mei 1796.

Hasil vaksinasi efektif karena anak laki-laki tersebut tidak mengidap penyakit cacar bahkan ketika dia terinfeksi dengan virus cacar kecil enam minggu setelah vaksinasi. Jenner mempublikasikan penemuannya pada 1798. Meskipun oposisi, tapi vaksinasi segera diterima.
Louis Pasteur mengembangkan penemuan Jenner dengan mengembangkan vaksin rabies (sekarang disebut antitoxin). Dan di abad ke-19, undang-undang wajib vaksinasi disahkan. Zaman keemasan pengembangan vaksin tidak datang sampai setelah Perang Dunia II, ketika beberapa vaksin baru dikembangkan dalam waktu yang relatif singkat. Keberhasilan mereka dalam mencegah penyakit seperti polio dan campak mengubah sejarah Kedokteran.
Pada tahun 1967, WHO memimpin kampanye imunisasi besar-besaran terhadap cacar. Dalam sepuluh tahun, penyakit ini telah divaksinasi eksistensi. Virus-liar polio yang setelah beredar luas di hampir setiap wilayah di dunia, sekarang hadir di hanya segelintir negara, tanpa kasus didiagnosis di Amerika Serikat sejak tahun 1979. Campak, gondok, rubella, difteri, dan Pertusis dikurangi dari epidemi menakutkan untuk wabah langka dalam beberapa dekade.

Penggolongan Vaksin
Menurut Prof. Dr. Hariyono Suyitno dr. Sp A (K) dalam buku Pedoman Imunisasi di Indonesia (2008) (Sunarti, 2012 : 45) pada dasarnya vaksin digolongkan menjadi dua jenis berdasarkan asal antigen (Immunization Essential) (Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Depkes RI, 2009 : 5), yaitu :
  • Live attenuated (kuman atau virus hidup yang dilemahkan).
  • Inactivated (kuman, virus atau komponennya yang dibuat tidak aktif).

Sifat vaksin attenuated dan inactivated berbeda sehingga menentukan bagaimana vaksin ini digunakan. Vaksin hidup attenuated diproduksi di laboratorium dengan cara melakukan modifikasi virus atau bakteri penyebab penyakit. Vaksin mikroorganisme yang dihasilkan masih memiliki kemampuan untuk tumbuh menjadi lebih banyak (replikasi) dengan menimbulkan kekebalan tapi tidak menyebabkan penyakit.

Vaksin hidup dibuat dari virus atau bakteri liar (Wild) penyebab penyakit. Virus atau bakteri liar ini dilemahkan (attenuated) di laboratorium, biasanya dengan cara pembiakan berulang - ulang. Misalnya, vaksin campak yang dipakai sampai sekarang, diisolasi untuk mengubah virus campak liar menjadi virus vaksin dibutuhkan waktu 10 tahun dengan cara melakukan penanaman pada jaringan media pembiakan secara serial dari seorang anak yang menderita penyakit campak pada tahun 1954.
Vaksin hidup attenuated bersifat labil dan dapat mengalami kerusakan bila terkena panas atau sinar, maka harus dilakukan pengelolaan dan penyimpanan dengan baik dan hati - hati. Vaksin hidup attenuated yang tersedia berasal dari dua mikroorganisme :
  • Berasal dari virus hidup : Vaksin campak, gondongan (parotitis), rubela, polio, rotavirus, demam kuning (yellow fever).
  • Berasal dari bakteri : Vaksin BCG dan demam tifoid oral.

Vaksin Inactivated dapat terdiri atas seluruh tubuh virus atau bakteri atau komponen dari kedua organisme tersebut. Vaksin komponen dapat berbasis protein atau berbasis polisakarida. Vaksin yang berbasis protein termasuk toksaid (toksin bakteri yang inactivated) dan produk sub unit atau sub-vision. Sebagian besar vaksin berbasis polisakarida terdiri atas dinding sel polisakarida asli bakteri. Vaksin penggabungan (conjugate vaccine) polisakarida adalah yang secara kimiawi dihubungkan dengan protein, karena hubungan ini membuat polisakarida tersebut menjadi lebih paten.
Pembuatan vaksin Inactivated dilakukan dengan cara membiakkan bakteri atau virus dalam media pembiakkan (persemaian), kemudian dibuat tidak aktif (inactivated) dengan cara penanaman bahan kimia (biasanya formalin). Untuk vaksin komponen organisme tersebut dibuat murni dan hanya komponen - komponennya yang dimasukkan ke dalam vaksin (misalnya kapsul polisakarida dari kuman pneumokokus).

Vaksin Inactivated tidak hidup dan tidak dapat tumbuh, maka seluruh dosis antigen dimasukkan dalam suntikan.Vaksin ini tidak menyebabkan penyakit (walaupun pada orang dengan defisiensi imun) dan tidak dapat mengalami mutasi menjadi bentuk patogenik.
Vaksin Inactivated yang tersedia saat ini berasal dari :
  • Seluruh sel virul yang inactivated, contoh influenza, polio (injeksi disuntikkan), rabies, hepatitis A.
  • Seluruh bakteri yang inactivated, contoh pertusis, tifoid, kolera, lepra.
  • Vaksin fraksional yang masuk sub-unit, contoh hepatitis B, influenza, pertusis a-selular, tifoid Vi, lyme disease.
  • Toksoid, contoh difteria, tetanus, botulinum.
  • Polisakarida murni, contoh pneumokokus, meningokokus, dan Haenophillus influenza tipe B.
  • Gabungan polisakarida (Haemophillus influenza tipe B dan pneumikokus).

Vaksin Polisakarida
Vaksin polisakarida adalah vaksin sub-unit yang inactivated dengan bentuknya yang unik terdiri atas rantai panjang molekul - molekul gula yang membentuk permukaan kapsul bakteri tertentu. Vaksin polisakarida murni tersedia untuk tiga macam penyakit, yaitu pneumokokus, meningokokus, dan Haemophillus influenza tipe B.

Vaksin Rekombinan
Antigen vaksin dapat pula dihasilkan dengan cara teknik rekayasa genetik. Produk ini sering disebut sebagai vaksin rekombinan.
Terdapat tiga jenis vaksin yang dihasilkan dengan rekayasa genetik yang saat ini telah tersedia.
  • Vaksin hepatitis B dihasilkan dengan cara memasukkan suatu segmen gen virus hepatitis B ke dalam gen sel ragi. Sel ragi yang telah berubah (modified) ini menghasilkan antigen permukaan hepatitis B murni.
  • Vaksin tifoid (Ty 21a) adalah kriteria Salmonella typhi yang secara genetik diubah (modified) sehingga tidak menyebabkan sakit.

Tiga dari empat virus berada di dalam vaksin rotavirus hidup adalah rotavirus kera rhesus yang diubah (modified) secara genetik menghasilkan antigen rotavirus manusia apabila mereka mengalami replikasi.

Berdasarkan sensitivitas terhadap suhu, vaksin juga dibagi menjadi dua, yaitu :
Vaksin sensitif beku (Freeze Sensitive), yaitu golongan vaksin yang akan rusak terhadap suhu dingin dibawah 0˚C (beku) seperti :
  •  Hepatitis B.
  •  DPT.
  •  DPT-HB.
  •  DT.
  •  TT.

Vaksin sensitif panas (Heat Sensitive), yaitu golongan vaksin yang akan rusak terhadap paparan panas yang berlebihan, yaitu :
  •  BCG.
  •  Polio, dan
  •  Campak.

(Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Depkes RI, 2009:5).

Jenis - Jenis Vaksin
Menurut Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Depkes RI (2009), vaksin yang beredar di Indonesia cukup banyak jenisnya, baik yang digunakan individu oleh dokter atau bidan dalam imunisasi. Namun hingga saat ini yang baru dimasukkan ke dalam program imunisasi baru beberapa jenis vaksin. Namun demikian, selain vaksin program imunisasi masih ada vaksin lain yang juga dapat digunakan oleh program lain di Depkes yang perlu dipantau untuk keamanan penyimpanan vaksin. Berikut ini akan diuraikan vaksin program imunisasi dan vaksin di luar program yang disimpan dipenyimpanan vaksin di tingkat provinsi/kabupaten maupun puskesmas.

Vaksin - Vaksin Yang Digunakan Pada Program Imunisasi Saat Ini
1) Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin)
Vaksin BCG adalah vaksin bentuk kering yang mengandung Mycobacterium bovis yang sudah dilemahkan dari strain Paris no. 1173.P2 (Vademecum Bio Farma, 2011). Vaksin BCG digunakan untuk kekebalan aktif terhadap tuberkulosa.

2) Vaksin DPT
Vaksin jerap DPT (Difteri Pertusis Tetanus) adalah vaksin yang terdiri dari toxoid difteri dan tetanus yang dimurnikan serta bakteri pertusis yang telah diinaktivasi dan teradsorbsi ke dalam 3 mg/ml aluminium fosfat. Potensi vaksin per dosis tunggal sedikitnya 4 IU pertusis, 30 IU difteri, dan 60 IU tetanus (Vademecum Bio Farma, 2011). Vaksin DPTHB digunakan untuk memberikan kekebalan secara simultan terhadap difteri, tetanus, dan batuk rejan. Di unit pelayanan statis, vaksin DPTHB yang telah dibuka boleh digunakan selama 4 minggu, dengan ketentuan :
  •  Vaksin belum kadaluwarsa.
  •  Vaksin disimpan dalam suhu 2˚C s.d. 8˚C.
  •  Tidak pernah terendam air.
  •  Sterilitasnya terjaga.
  • VVM masih dalam kondisi A dan B.

Vaksin TT
Vaksin jerap TT (Tetanus Toxoid) adalah vaksin yang mengandung toxoid tetanus yang telah dimurnikan dan teradsorbsi ke dalam 3 mg/ml aluminium fosfat. Satu dosis 0,5 ml vaksin mengandung potensi sedikitnya 40 IU. Dipergunakan untuk mencegah tetanus pada bayi yang baru lahir dengan mengimunisasi WUS (Wanita Usia Subur) atau ibu hamil, juga untuk pencegahan tetanus pada ibu bayi (Vademecum Bio Farma, 2011).

Vaksin DT
Vaksin jerap DT (Difteri Tetanus) adalah vaksin yang mengandung toxoid difteri dan tetanus yang telah dimurnikan dan teradsorbsi ke dalam 3 mg/ml aluminium fosfat. Potensi komponen vaksin per dosis tunggal sedikitnya 30 IU untuk potensi toxoid difteri dan 40 IU untuk poensi toxoid tetanus (Vademecum Bio Farma, 2011). Vaksin DT digunakan untuk memberikan kekebalan simultan terhadap difteri dan tetanus.

Vaksin Polio
Vaksin Oral Polio hidup adalah Vaksin Polio Trivalent yang terdiri dari suspense virus poliomyelitis tipe 1, 2, dan 3 (Strain Sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera dan distabilkan dengan sukrosa (Vedemecum Bio Farma, 2011). Vaksin Polio digunakan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap poliomyelitis.

Vaksin Campak
Vaksin campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan. Setiap dosis (0,5 ml) mengandung tidak kurang dari 1000 infective unit virus strain CAM 70 dan tidak lebih dari 100 mcg residu kanamycin dan 30 mcg erythromycin. Vaksin ini berbentuk vaksin beku kering yang harus dilarutkan dengan aquabidest steril (Vedemecum Bio Farma, 2011). Vaksin campak digunakan untuk memberikan kekebalan secara aktif terhadap penyakit campak.

Vaksin Hepatitis B
Vaksin hepatitis B adalah vaksin virus rekombinan yang telah diinaktivasikan dan bersifat non-infecious, berasal dari HbsAg yang dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula polymorpha) menggunakan DNA rekombinan. Vaksin ini merupakan suspensi
berwarna putih yang diproduksi dari jaringan sel ragi yang mengandung gen HbsAg yang dimurnikan dan diinaktivasi melalui beberapa tahap proses fisiko kimia seperti ultrasentrifuse, kromatografi kolom, dan perlakuan dengan formaldehid (Vademecum Bio Farma, 2011).

Vaksin Hepatitis B digunakan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus Hepatitis B, tapi tidak dapat mencegah infeksi virus lain seperti virus hepatitis A dan C yang diketahui dapat menginfeksi hati. Vaksin DPT-HB

Vaksin mengandung DPT-HB berupa toxoid difteri dan toxoid tetanus yang dimurnikan dan pertusis yang inaktivasi serta vaksin hepatitis B yang merupakan sub unit vaksin virus yang mengandung HbsAg murni dan bersifat non infectios. Vaksin hepatitis B ini merupakan vaksin DNA rekombinan yang berasal dari HbsAg yang diproduksi melalui teknologi DNA rekombinan pada sel ragi (Vademecum Bio Farma, 2011). Vaksin DPT-HB digunakan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, tetanus, pertusis, dan hepatitis B.

Vaksin Lain di Luar Program Imunisasi Yang Ada di Provinsi/Kabupaten/Kota
Vaksin Meningokokus
Vaksin ini diberikan kepada semua calon jemaah haji yang akan berangkat beribadah ke Mekkah. Dosis pemberian adalah 0,5 ml diberikan secara subcutan pada lengan atas. Vaksin ini merupakan vaksin beku kering dengan pelarut menempel pada vial.

Japanese Enchephalitis (JE)
Dosis pemberian adalah 0,5 ml sebanyak 3 kali, diberikan secara subcutan pada lengan atas.

Haemofilus Influenzae (Hib)
Dosis pemberian adalah 0,5 ml sebanyak 2-3 kali tergantung produsen vaksin, diberikan intramuscular pada paha tengah luar untuk bayi dan lengan atas luar untuk anak-anak yang lebih tua.

Vaksin Anti Rabies (VAR)/Serum Anti Rabies (SAR)
Diberikan jika terkena virus rabies lewat gigitan atau cakaran hewan penderita rabies atau luka yang terkena air liur hewan penderita rabies. Pemberian dengan cara intramuscular/intradermal. Ada dua tipe VAR, yaitu NTV (Nerve Tissue Vaccine) dan NNV (Non Nerve Vaccine).

Pengelolaan Vaksin
Menurut Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Depkes RI (2009), pengelolaan vaksin meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian, penggunaan, pencatatan dan pelaporan serta monitoring dan evaluasi. Vaksin hendaknya dikelola secara optimal untuk menjamin tercapainya tepat jumlah dan jenis obat, penyimpanan, waktu pendistribusian, dan penggunaan obat, serta terjamin mutunya di unit pelayanan kesehatan.

Dalam pelaksanaan program imunisasi, pengadaan vaksin yang dikelola ditingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota perlu dilaksanakan secara efektif dan efesien sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan baik dari segi fisik, keuangan maupun manfaatnya bagi kelancaran pelaksanaan program imunisasi sehingga Kajadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang tidak diinginkan tidak akan terjadi. KIPI merupakan suatu kejadian yang disebabkan oleh berberapa faktor diantaranya menurunnya atau hilangnya potensi vaksin dan rusaknya vaksin. Cara distribusi dan penyimpanan yang tidak tepat merupakan salah satu penyebab menurunnya atau hilangnya potensi vaksin yang pada akhirnya dapat menyebabkan KIPI.

Pendistribusian Vaksin
Pendistribusian vaksin berdasarkan Pedoman Pengelolaan Vaksin yang dikeluarkan oleh Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Depkes RI yaitu vaksin alokasi provinsi didistribusikan langsung dari produsen ke provinsi sesuai alokasi yang tertera dalam kontrak. Vaksin alokasi pusat diserahkan ke gudang vaksin Depkes RI. Pendistribusian vaksin alokasi provinsi (terutama BCG) dilakukan secara bertahap (minimal tiga kali pengiriman) dengan interval waktu dan jumlah yang seimbang dengan memperhatikan tanggal kadaluarsa dan kemampuan penyerapan. Khusus vaksin DT bisa dilakukan dalam sekali pengiriman. Setiap melakukan pengiriman vaksin ke provinsi, produsen wajib melaporkan ke Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekkes, Dirjen Binfar dan Alkes. Pengiriman vaksin ke provinsi berdasarkan permintaan resmi dari Dinas Kesehatan Provinsi yang ditujukan kepada Ditjen P2PL, Direktorat Sepimkesma, dengan tembusan ke Ditjen Binfar dan Alkes, Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan.

Permintaan pengiriman vaksin harus mempertimbangkan tingkat stok maksimum kebutuhan dan kapasitas tempat penyimpanan provinsi. Setiap pengiriman vaksin menggunakan cold box yang berisi kotak dingin cair (cool pack) untuk vaksin TT, DT, Hepatitis B, dan DPT-HB, kotak beku (cold pack) untuk vaksin BCG dan Campak, serta dry ice untuk vaksin Polio. Pelarut dan penetes dikemas tanpa menggunakan pendingin. Pengepakan vaksin yang sensitif pembekuan (DT, TT, Hepatitis B, dan DPT-HB) dilengkapi dengan indikator pembekuan, vaksin BCG disertai dengan indikator paparan panas.

Setiap pengiriman harus disertai laporan kedatangan vaksin VAR (Vaccine Arrival Report),copy CoR (Certificate of Release) untuk setiap batch serta SP (Surat Pengantar) untuk vaksin alokasi provinsi/SBBK (Surat Bukti Barang Keluar) untuk vaksin alokasi pusat.

Distribusi dari Dinkes Provinsi dilakukan atas dasar permintaan resmi dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dengan mempertimbangkan stok maksimum kebutuhan dan daya tamping penyimpanan vaksin di kabupaten/kota. Distribusi bisa dilakukan dengan cara dikirimkan oleh provinsi atau diambil oleh kabupaten/kota.

Distribusi dari kabupaten/kota ke Puskesmas dilakukan atas dasar permintaan resmi dari Puskesmas dengan menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). Setiap distribusi vaksin harus mempertimbangkan stok maksimum kebutuhan dan daya tampung penyimpanan vaksin. Distribusi bisa dilakukan dengan cara dikirimkan oleh kabupaten/kota atau diambil oleh Puskesmas. Hal - hal yang perlu diperhatikan dalam pendistribusian vaksin :
  • Pendistribusian vaksin harus memperhatikan kondisi Vaccine Vial Monitor (VVM), tanggal kadaluarsa (FEFO), dan urutan masuk vaksin (FIFO).
  • Setiap distribusi vaksin menggunakan cold box yang berisi kotak dingin cair (cool pack) untuk vaksin TT, DT, Hepatitis B PID,dan DPT-HB, serta kotak beku (cold pack) untuk vaksin BCG, Campak, dan Polio.
  • Apabila pendistribusian vaksin dalam jumlah kecil, dimana vaksin sensitif beku dicampur dengan sensitif panas maka digunakan cold box yang berisi kotak dingin cair (cool pack).
  • Pengepakan vaksin sensitif beku harus dilengkapi dengan indicator pembekuan.


Penyimpanan Vaksin
Berdasarkan Pedoman Pengelolaan Vaksin, tujuan penyimpanan vaksin adalah agar mutu dapat dipertahankan /tidak kehilangan potensi, aman/tidak hilang, dan terhindar dari kerusakan fisik. Sarana dan prasarana yang harus disediakan dalam penyimpanan vaksin :
  • Cool room.
  • Freezer.
  • Lemari es.
  • Cool box.
  • Cool pack.
  • Vaccine carrier.
  • Generator.

Untuk menyimpan vaksin dibutuhkan peralatan rantai vaksin, yaitu seluruh peralatan yang digunakan dalam pengelolaan vaksin sesuai dengan prosedur untuk menjaga vaksin pada suhu yang telah ditetapkan, dari mulai vaksin diproduksi di pabrik pembuat vaksin sampai dengan pemberian vaksinasi pada sasaran Ibu dan Anak. Fungsi dari peralatan rantai vaksin adalah untuk menyimpan/membawa vaksin pada suhu yang telah ditetapkan sehingga potensi vaksin dapat terjamin sampai masa kadaluarsanya.

Jenis peralatan rantai vaksin berbeda pada setiap tingkatan administratif sesuai dengan fungsi dan kapasitas vaksin yang dikelola. Skema berikut ini menggambarkan jenis dan fungsi peralatan mulai dari pabrik sampai kepada sasaran.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Ada pertanyaan ataupun komentar ....!

Fans Page