Ads 468x60px

04 Januari, 2013

Karakteristik Balita Yang Menderita ISPA

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Penyakit ISPA dapat berlanjut menjadi pneumonia, rusaknya jalan nafas, efusi pleura, fibrosis paru, bronchitis dan bronkiolitis. Angka kejadian ISPA di Indonesia sebesar 9,32%. Di provinsi Lampung jumlah penderita ISPA pada balita sebanyak 10,92% dan di kota Metro terdapat peningkatan jumlah kasus menjadi 90,5%. Di Puskesmas Iringmulyo menunjukkan bahwa angka kejadian ISPA pada balita pada tahun 2008 paling tinggi dibandingkan dengan puskesmas lainnya di kota Metro sebesar 23,83%. Faktor resiko untuk terjadinya ISPA adalah umur, jenis kelamin laki – laki, riwayat BBLR, status imunisasi, riwayat pemberian ASI eksklusif, dan tingkat pendidikan ibu yang rendah. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana karakteristik balita yang menderita ISPA di Puskesmas Iringmulyo Metro Timur.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik balita yang menderita ISPA di puskesmas Iringmulyo Metro Timur. Subjek penelitian ini adalah balita yang menderita ISPA. Objek penelitian ini meliputi karakteristik umur, jenis kelamin, riwayat BBLR, status gizi, riwayat imunisasi, riwayat pemberian ASI eksklusif, dan tingkat pendidikan ibu.
Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang menggambarkan karakteristik balita yang menderita ISPA di Puskesmas Iringmulyo Metro Timur. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 66 balita yang menderita ISPA dan diperiksa di Puskesmas Iringmulyo  dan besarnya sampel adalah total populasi. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara dengan bantuan kuesioner. Analisa data yang digunakan adalah analisis univariat yang menghasilkan distribusi dengan prosentase dari setiap varibel yang diteliti.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik anak umur 6 bulan sampai 5 tahun yang menderita ISPA berdasarkan umur, 1 – 5 tahun sebesar 81,81% dan 6 bulan - <1 tahun sebesar 18,19%. Berdasarkan jenis kelamin, perempuan sebesar 46,97% dan laki – laki sebesar 53,03%. Berdasarkan riwayat BBLR, balita yang lahir tidak BBLR sebesar 89,40% dan riwayat BBLR sebesar 10,60%. Berdasarkan status gizi, gizi lebih sebesar 25,76%, gizi baik sebesar 28,79%, gizi kurang sebesar 37,89%, dan gizi buruk sebesar 7,56%. Berdasarkan riwat imunisasi DPT dan campak, lengkap sebesar 69,70% dan tidak lengkap sebesar 30,30%. Berdasarkan riwayat pemberian ASI eksklusif, ASI eksklusif sebesar 30,30% dan tidak ASI eksklusif sebesar 69.70%. Berdasarkan tingkat pendidikan ibu balita, pendidikan tinggi sebesar 27,27%, sedang sebesar 24,24%, dan rendah sebesar 48,49%.
Kesimpulan hasil penelitian menunjukkan bahwa balita yang banyak menderita ISPA  dengan umur 1 – 5 tahun, dengan jenis kelamin laki – laki, riwayat berat badan saat lahir normal, status gizi kurang, riwayat imunisasi lengkap, riwayat pemberian ASI tidak eksklusif, dan tingkat pendidikan ibu yang rendah. Disarankan agar tidak terjadi kasus ISPA berulang maka para orang tua diharapkan rajin mengunjungi tempat pelayanan kesehatan, pemberian informasi yang intensif oleh petugas kesehatan tentang ketujuh variabel tersebut, meningkatkan kegiatan pelaksanaan surveilans P2 ISPA, pelatihan petugas, peningkatan pemantauan tumbuh kembang balita serta mengaktifkan kegiatan pemantauan status gizi dan balita serta mengoptimalkan kegiatan Posyandu.

Kata Kunci        : Balita, ISPA
Daftar bacaan    : 50 (1979 - 2009)

Anda tertarik Untuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI : PESAN SEKARANG JUGA


Fans Page